Gratisan Musik
Di Matematika kita mengenal ada persamaan implisit dan persamaan eksplisit. Persamaan eksplisit umumnya lebih cepat diselesaikan daripada persamaan implisit. Awalnya, persamaan implisit, dibuat dulu menjadi eksplisit, untuk lebih mudah diselesaikan. Misalnya kita punya persamaan sederhana: y=2x+3.
Jika yang diketahui adalah nilai x (misal x=4), maka itu menjadi bentuk eksplisit: y=2*4+3, y=11.
Tapi jika yang diketahui adalah y (misal y=4), maka itu akan menjadi bentuk implisit: 4=2x+3, yang umumnya kita mendapatkan hasilnya dengan membuatnya menjadi eksplisit dulu: 4=2x+3 ==> 2x=4-3=1 ==> x=1/2.
Umumnya, persamaan implisit membutuhkan usaha lebih dalam berpikir dan mencerna untuk menyelesaikannya, daripada persamaan eksplisit. Pada saat kita menjumpai persamaan implisit pertama kali, mungkin kita melakukan coretan-coretan di kertas saat menyelesaikannya. Tetapi dengan latihan terus menerus, kita bisa menyelesaikan kalimat implisit lebih cepat dan mungkin cukup dengan membayangkan saja di kepala kita, atau bahkan di luar kepala.
Begitu juga dengan hidup. Dalam hidup, ada yang implisit dan ada yang eksplisit. Kadang-kadang sering disebut sebagai yang tersurat (eksplisit) dan yang tersirat (implisit). Pada umumnya, kita lebih cepat menangkap yang eksplisit (tersurat) daripada yang implisit (tersirat), dan ini pula yang membuat kita kadang-kadang salah menangkap maksud seseorang, saat kita berbicara dengan orang lain. Akan tetapi, sama dengan matematika, sejalan dengan meningkatnya usia, bertambahnya pengalaman dan interaksi dengan orang lain, bertambah terbuka nya pikiran kita untuk mengerti orang lain, maka ini menjadi latihan bagi diri kita sendiri untuk lebih mudah dan mengerti apa yang dimaksudkan seseorang. Tentu saja akan lebih mudah, jika kita berhadapan dengan orang yang bisa menyampaikan sesuatu dengan jelas dan gamblang. Tetapi pada prakteknya, tidak semua orang dapat menyampaikan hal secara eksplisit (entah karena memang topiknya yang sulit diungkapkan secara eksplisit, entah karena karakternya, entah karena kurang dapat memilih kata-kata yang tepat). Tapi jika kita mau belajar dari setiap pengalaman, maka kita akan bisa lebih mengerti pola pikir orang lain dengan lebih baik. Dan proses belajar ini tidak pernah usai.
Seperti juga di matematika, persamaan implisit tidak selalu mudah seperti persamaan di atas, ada banyak persamaan yang sangat kompleks, yang untuk menyelesaikan perlu pemikiran yang panjang. Coba kita lihat contoh yang sedikit lebih kompleks: y=x+sqrt(x).
Jika x=1, maka kita punya: y=1+1=2 (eksplisit)
Jika y=1, maka kita punya: 1=x+sqrt(x) (implisit)
Dibandingkan dengan persamaan pertama, kita harus lebih berpikir untuk menyelesaikan dengan cara termudah.
1=x+sqrt(x) ==> (1-x)=sqrt(x) ==> jika kedua sisi dikuadratkan, kita mendapatkan : 1-2x+x^2=x ==> x^2-3x+1=0, yang kemudian dapat diselesaikan dengan rumus persamaan kuadrat biasa.
Dan itu juga yang terjadi dalam hidup, meskipun kadang-kadang kita merasa sudah dapat mengerti hal yang implisit, tapi ada saat di mana kita harus berusaha lebih besar untuk dapat mencerna apa yang sebenarnya terjadi atau diucapkan oleh orang lain. Namun, jika kita dapat mengambil nilai positif dari setiap kalimat implisit, maka kita akan mendapatkan “gift”, yaitu kita semakin mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan di tempat kita berada. Dan pada saat yang bersamaan, tanpa kita sadari, kita bisa lebih mengambil makna positif yang ada dari setiap kejadian yang kita alami. Karena kita hanya dapat mengerti makna yang ada, jika kita mengerti apa yang tersirat (implisit) di dalamnya.
pustaka:
http://edukasi.kompasiana.com/2013/05/26/yang-implisit-dan-yang-eksplisit-559363.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar