Sabtu, 25 Mei 2013

Danang, Anakku…



Danang, anakku..
Pagi ini entah kenapa bapak merindukanmu, le
Maaf tadi tak sempat mengantar ke sekolah
Bapak buru-buru
Ada kerusakan bangunan di bagian bawah gedung
Dinding sebelah utara basement tiba-tiba retak
Bapak juga bingung kenapa bisa begitu
.
Danang, anakku..
Bapak heran kenapa hari ini bapak juga kepikiran ibumu
Apa karena semalem bapak mimpi liat ibumu nangis ya?
Bapak nggak ngerti kenapa ibumu bercucuran airmata
Pesen bapak ya, le, jagai ibumu
Sayangi dia
Ojo nakal
Jangan suka ngelawan apa katanya ibu
Selalu ingat pesan bapak ya, le
Surga itu ada di telapak kaki ibumu
Jadi jangan mokong
Dengar-dengaran ngendikane ibu
Ojo sampe bikin ibumu susah
Merga anak polah bapa kepradah
Mestine ndak cuma bapak sing kepradah, tapi ibumu juga
Eling-elingen kuwi ya, le
Buat bapak ibumu bangga
.
Danang melipat kertas kecoklatan itu rapi ke dalam dompetnya. Tanpa sadar airmatanya menitik. Pesan almarhum bapak, puluhan tahun lalu saat ia masih kanak-kanak. Saat pikirannya masih sedemikian lugu. Polos. Tak sepolos isi kepalanya sekarang, saat jerat harta dan kuasa begitu menarik perhatian. Saat nurani terkalahkan oleh nikmatnya dunia. Saat si kecil Danang yang sudah beranjak dewasa menjadi target KPK. Dan saat nasib harus mengakhiri perjalanannya sebagai seorang narapidana.
.
#sebab korupsi tak pernah benar-benar membuat seseorang menjadi kaya..
(hanya fiksi belaka)

pustaka:
http://fiksi.kompasiana.com/cermin/2013/05/25/danang-anakku-563240.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar