Senin, 13 Mei 2013

Menjaga, Mempertahankan dan Meningkatkan Pertumbuhan Nasional


Nisa
kembalilah keperahu
yg sederhana ini
............
kita 
akan berlayar
kepelosok
nusantara
.......
untuk
menebarkan
100000
CINTA
...................


Pertumbuhan ekonomi nasional, terus menujukkan tren positif di saat negara-negara lain masih dinaungi awan kelabu krisis global. Di Tahun 2013, pertumbuhan ini diperkirakan masih berada di kisaran enam persen.  Bahkan Ekonom Universitas Indonesia I Kadek Dian Sutrisna Artha memperkirakan pertumbuhan ekonomi nasional 2013 mencapai 6,5 persen.
Apa yang disampaikan ekonom tersebut, sejujurnya tidak berbeda jauh dengan proyeksi yang ditetapkan oleh Bank Indonesia yakni 6,2-6,6 persen.  Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mencatat realisasi total investasi Penanaman Modal Asing (PMA) dan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) selama Triwulan I (Januari-Maret) 2013 mencapai Rp93,0 triliun, tumbuh 30,6 persen dibanding realisasi investasi periode sama 2012 sebesar Rp71,2 triliun.
Faktor penopang pertumbuhan ini, dipengaruhi oleh dua faktor. Pertama, nilai investasi yang melebihi target. Tercatat nilai investasi Indonesia pada tahun 2012 membukukan nilai tertinggi sepanjang sejarah. Pasalnya, krisis keuangan di Eropa membuat banyak investor asing lari ke Indonesia. Peningkatan realisasi investasi dalam tiga bulan pertama 2013, didorong perbaikan iklim investasi yang terus digulirkan, mendorong adanya kepastian berbisnis di Tanah Air.
Kedua, Pertumbuhan yang tinggi tersebut tidak lepas dari peran masyarakat yang kontribusi konsumsi domestiknya mencapai 60 persen. Selain itu, adanya pertumbuhan harga konsumen yang stabil, daya beli konsumen yang menguat, serta kepercayaan bisnis, yang membantu meningkatkan permintaan domestik.
Realisasi PMA mencapai Rp65,5 triliun, naik 27,2 persen dari sebelumnya Rp51,5 triliun. Realisasi PMDN berdasarkan sektor usaha selama Januari-Maret 2013, investasi terbesar adalah pertambangan Rp6 triliun, transportasi, gudang dan telekomunikasi Rp6 triliun, industri makanan Rp4 triliun, industri logam dasar, barang logam, mesin dan elektronik Rp1,8 triliun, sektor listrik, gas dan air Rp1,7 triliun.
Bahkan, McKinsey Global Institute (MGI), memposisikan Indonesia berpotensi menjadi negara dengan ekonomi terbesar ke-7 di dunia di tahun 2030, mengalahkan Jerman dan Inggris.
Saat ini, Indonesia menjadi negara urutan kedua terbaik di G20 dengan pertumbuhan enam koma emat persen. Pada akhirnya penulis menyimpulkan bahwa Performa impresif ekonomi Indonesia pada saat ini yang ditandai dengan bertahannya pertumbuhan ekonomi nasional ditengah ancaman krisis global serta adanya pengakuan dari berbagai kalangan baik dari dalam negeri maupun dunia internasional, menunjukan bahwa prestasi saat ini, merupakan pencapaian paling gemilang
Sebagai anak bangsa yang terkahir di negara dengan luas kurang lebih 1,904,569 km2 dan jumlah penduduk diperkirakan sekitar 250 juta jiwa, tersebar di 17.000 pulau, dengan ratusan etnis dan beragam keyakinan, merasakan kebanggaan yang tak terkira, akan keberhasilan pertumbuhan ekonomi nasional yang terus-menerus menunjukan trant positif, tetap patut diwaspadai. Jangan sampai keterlenaan ini, justru menyebabkan terpuruk.
Belajar dari pengalaman sejarah bangsa ini ketika. Indonesia pernah hampir memasuki fase tinggal landas (take off) pada era orde baru yang kemudian runtuh pada tahun 1998. Ketika krisis moneter menerpa negeri yang indah akan kekayaan alamnya. Peristiwa ini menjadi awal kejatuhan bangsa Indonesia. Akibat krisis tersebut, Indonesia seakan harus memulai perjuangannya dari awal lagi. Saat itu pemerintah Orde Baru, mencanangkan Repelita yang sukses mengantarkan Indonesia menjadi salah satu macan asia.
Efek dari runtuhnya pondasi perekonomian ini, langsung berdampak pada kehidupan masyarakat. Tingginya harga barang dan inflasi pun tak terelakkan. Rakyat menjadi cukup sulit untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya. Bahkan, rakyat harys mengantri untuk mendapatkan sembako dengan harga murah karena harga standar yang dijual di pasar sudah tak terjangkau lagi oleh daya beli masyarakat.
Untuk itu, luka trauma yang masih segar dalam sejarah perjalanan bangsa ini tak terulang kembali. Saya hanya menyarankan, Bangsa Indonesia tidak boleh terlena dengan pertumbuhan positif ekonomi untuk itu, agar sejarah kelabu tak kembali terulang di negeri ini pertumbuhan ekonomi nasional harus dapat dipertahankan dan serta harus dapat membangkitkan pertumbuhan ekonomi nasional. Kemajuan yang telah diraih, sepatutnya terus dipertahankan ditingkatkan dengan menjadikan masyarakat menjadi lebih maju dan mandiri yang mampu memperkokoh sendi-sendi perekonomian nasional.

sumber:
http://ekonomi.kompasiana.com/wirausaha/2013/05/10/menjaga-mempertahankan- dan-meningkatkan-pertumbuhan-nasional-559034.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar