Selasa, 21 Mei 2013

Rahasia Marketing Rosulullah SAW




Gratisan Musik








Wakil presiden, Gubernur, Walikota, Bupati, Camat, pasca turunnya pimpinannya, biasanya memberanikan diri mencalonkan diri menjadi untuk menjadi penggantinya. Biasanya, banyak yang berhasil. Selama menjadi wakil, selama itu pula ia belajar dengan baik, sehingga mampu menguasai dengan baik tata cara memimpin dan memerintah. Banyak sudah wakil-wakil itu kemudian naik menjadi sosok pemimpin, karena pernah menjadi kernet (wakil).

Begitu juga dengan seorang sopir bis. Biasanya, terlebih dahalu menjadi seorang kernet. Ketika menjadi kernet, ia banyak belajar bagaimana sang sopir mengendalikan bisnya dengan baik. Mulai cara menghidupkan mesin, mematikan, ketika dalam diperjalanan, bahkan ketika bisnya mogok-pun diperhatikan dengan baik. Ketika sang sapir udzur (berhalangan), maka sang kernet dengan mudah dan tangkas menggantikan sang sopir. Kadang, ketika menjadi sopir, kernet ini lebih bagus dan menguasai, karena memang sudah menguasai ilmunya dengan baik.

Para asisten pelatih sepakbola juga melakukan hal yang sama. Setelah menjadi pendamping pelatih beberapa tahun, biasanya meningkat menjadi pelatih. Pengalaman selama menjadi pendamping (carteker) dijalani dengan baik. Dengan modal pengalaman itulah, ahirnya sang carteker menjadi pelatih dan mampu membawa juara club yang dilatihnya.

Sahabat-sahabat kita keturunan China yang bermukim di negeri Indonesia. Hampir kesemuanya mengeluti dunia bisnis (dagang). Lihat saja, hampir semua pasar, ruko, serta pracangan disepanjang jalan seluruh pelosok nusantara di kuasai oleh warga Indonesia keturunan China. Secara ekonomi, keturunan China kadang jauh lebih baik dari pada orang Jawa, Madura, Betawi, Arab, India, Melayu. Walaupun tidak dipungkiri,  juga banyak orang-orang Jawa, Melayu, Arab, Madura, Batak, yang sukses dalam dunia perdagangan.

Salah satu rahasia kesuksesan bisnis warga China, ternyata sama dengan apa yang dilakukan oleh Rosulullah SAW yaitu ngernet terlebih dahulu. Dalam bahasa Jawa disebut dengan ‘’Ngenger’’ terlebih dahulu. Sebagian besar orang-orang yang sukses dalam bisnis, tidak lepas dari ngenger(ngernet) sebelum ahirnya menjadi bos besar.

Dalam tradisi China, selalu mengajarkan cara berdagang kepada anak-anaknya dengan menjadi kernet terlebih dahulu, tidak langsung menjadi juragan. Seorang China yang memiliki toko sepeda, dealer mobil, biasanya anaknya disuruh melayani setiap pembeli, sementara untuk posisi kasir tetap dipegang orang tuanya.

Anaknya harus menguasai bagaimana memberikan pelayanan terbaik terhadap setiap pelanggan, serta bagaimana mengambil hati setiap pelanggan. Ketika sudah menguasai dengan baik, biasanya orangtuanya memberikan tempat khusus untuk mengembangkan bisnisnya.

Berbeda dengan orang Indonesia pada umumnya, yang kadang lebih suka putranya menjadi Pegawai Negeri Sipil, karyawan di sebuah perusahaan. Bahkan, kadang orangtua lebih suka anaknya menjadi seorang karyawan disebuah toko kelontong,  kain, supermarket, menjadi SPG, atau karyawan disebuah perusahaan dengan busana rapi, memakai dasi, sepatu bagus, walaupaun gajinya tidak terlalu besar. Yang penting penampilannya keren dan menarik, walaupun gajinya sedikit. Tidak berlebihan, jika lulus sekolah tujuan utamanya mencari pekerjaan dan bercita-cita menjadi PNS.

Fenomena lain yang terjadi disekitar kita misalnya, banyak dari orang Indonesia yang cukup materinya, juga memiliki usaha, ternyata anak-anaknya tidak melanjutkan usaha orangtuanya yang selama ini dirintis mati-matian hingga berdarah-darah. Anak-anaknya tidak diberikan ilmu perdangan yang selama ini dimilikinya. Justru, putra-putrinya disekolahkan tinggi hingga menjadi seorang dokter, dosen, insinyur, konsultan. Ketika putra-putrinya sudah mengeluti dan sibuk diprofesinya masing-masing, usaha yang dirintis selama ini lambat laun mati. Dan, ini terjadi dimana-mana.

Masih membincangkan gaya kernet Rosulullah SAW. Muhammad sejak remaja sudah belajar bisnis dengan cara menjadi kernet terlebih dahulu pada pamanya sendiri. Sang paman mengajak Muhammad berdagang hingga mancanegara ke kenegeri (Syam) untuk berniaga. Sebagai seorang kernet yang amat cerdas, Muhammad dengan mudah menguasai geografis negeri Syam serta demografinya dengan sempurna, bahkan Muhammad sudah mengetahui secara rinci karakteristik masyarakatnya.

Syam kala itu menjadi pusat perdagangan pada musim dingin dan panas. Selama berada di Syam Muhammad benar-benar memperhatikan dan menganalisasi setiap kebutuhan masyarakat secara cermat dan akurat. Muhammad mengetahui apa saja komoditas yang dibutuhkan oleh tingkat usia, pendidikan, serta taraf ekonominya. Selama berada di negeri itu, Muhammad benar-benar menggunakan kesempatan untuk menganalisa pasar semenanjung Arab dengan baik dan sempurna.

Ditegaskan dalam sebuah keterangan hadis yang diriwayatkan Imam Ahmad. Setelah Fathu Makkah, ratusan utusan datang menghadap Rosulullah SAW, salah satu dari utusan itu bernama Abdul Qois menemui Rosulullah SAW. Kemudian Rosulullah SAW meminta kepadanya agar menyebutkan siapa pemimpin mereka. Mereka-pun menyebutkan pimpinanya yang bernama ‘’Al-Ashajj’’.

Ketika menghadap Rosulullah SAW, Nabi SAW mengajukan beberapa pertanyaan seputar penduduk serta berbagai kebutuhan mereka terhadap Al-Ashajj. Ternyata, Rosulullah SAW sangat memahami geografis semenanjung Arab dengan sempurna. Rosulullah SAW menyebutkan beberapa tempat, seperti; Sofa, Mushaqqor, Hijar, dan beberapa kota lainnya.

Mendengar penjelasan itu, Al-Ashajj terkagum-kagum dan terkesan mendalam kepada Rosulullah SAW. Al-Ashajj tidak pernah terbesit dalam benaknya, jika Rosulullah SAW lebih mengetahui tentang negerinya dari pada dirinya. Kemudian Al-Ashajj mengatakan kepada Muhammad SAW:’’ Ayah dan Ibuku akan berkorban demi nda (Muhammad), karena engkau tahu banyak tentang negeriku dibanding aku sendiri dan mengetahui nama-nama lebih banyak kota di negeri kami kami daripada yang kami ketahui’’.

Kemudian Rosulullah SAW menjelaskan:’’saya memiliki banyak kesempatan melakukan sebuah perjalanan di negeri Anda. Dan, di sana saya menemukan kerahamtamahan yang sangat besar terhadap saya. Dalam catatan, geografis kuno, negeri yang disebutkan di atas (Sofa, Mushaqqar, dan Hijar) berada di wilayah Bahrain.[1]
Di dalam catatan sejarawan, seperti; Syirah Ibn Hisyam, Ibn Atsir, Syirah Ibn Katsir, Muhammad dua kali melakukan perjalanan menuju ke Syam.  Perjalanan pertama bersama sang paman Abu Tholib, ketika itu Muhammad baru bersuai 12 tahun, yaitu pada tahun 582 M. Dalam perjalanan itu, Muhammad diketahui oleh seorang pendeta yang bernama Buhaira. Ia mengetahui ciri-ciri Muhammad sebagai seorang utusan Allah SAW sebagaiman yang tertulis dalam kitab Taurat, Injil, dan Zabur. Karena itulah, Salaman Al-Farisi beriman kepada Muhammad, karena ia tahun bahwa Muhammad SAW adalah nabi terahir yang telah diberitakan pada kitab suci sebelum.

Walaupun usianya beliau realatif muda (belia), tetapi kecerdasan Muhammad bukan seperti kecerdasan manusia pada umumnya. Hampir setiap tempat yang dilalaui, dihafalnya dengan baik dan sempurna. Muhammad juga memahami karakteristik masyarakatnya. Terkait dengan perdagangan, Muhammad juga sangat famam betul, bagaimama menjadi pedagang yang baik, walaupun perjanalan ke negeri syam tidak begitu lama.

Pengamalam bersama pamannya saat berniaga di Syam, menjadikan Muhammad semakin hari semakin matang dalam berbisnis.  Sampai suatu ketika, saat Muhammad mulai dewasa, Sang paman-pun mendaftarkan Muhammad sebagai salah satu karyawan Khodijah ra. Saat itulah, Khodijah memberikan kepercayaan penuh kepada Muhammad. Pribadi yang santun, tegas, amanah, serta cerdas menjadikan Khodijah semakin percaya kepada Muhammad.

Dengan modal ngernet bersama pamannya dan pengalamannya. Muhammad berangkat ke negeri Syam untuk membawa komoditas. Ternyata, Muhammad benar-benar mendapatkan kepercayaan yang sangat luar biasa. Hampir semua pelanggan yang pernah datang dan bertransaksi dengan Muhammad merasa puas. Para pelanggan itu tidak pernah berfikir untuk berpindah ditempat lain. Muhammad mampu menciptakan pelanggan-pelanggan setia. Walhasil, Muhammad mendapatkan keuntungan yang melimpah ruah. Sekembali dari Syam, Khodijah hampir-hampir tidak percaya dengan apa yang diperoleh oleh Muhammad.

pustaka:
 http://ekonomi.kompasiana.com/marketing/2013/05/19/rahasia-marketing-rosulullah-saw--561581.html


Tidak ada komentar:

Posting Komentar