Gratisan Musik
HAKIKAT PRIBADI MANUSIA
Manusia adalah makhluk Tuhan yang otonom, berdiri sebagai pribadi yang tersusun atas kessatuan harmonis JIWA-RAGA dan eksis sebagai INDIVIDU yang MEMASYARAKAT.
Sebagai Makhluk Tuhan Yang Otonom. Manusia lahir dalam keadaan serba-misterius. Artinya, sangat sulit mengetahui mengapa, bagaimana, dan untuk apa kelahiranya itu. Yang pasti diketahui ialah bahwa manusia dilahirkan oleh Tuhan melalui manusia lain (orang tua), sadar akan hidup dan kehidupanya dan sadar pula akan tujuan hidupnya, yaitu kembali kepada Tuhan. Kehadiranya ke dunia seperti buku tanpa bab pendahuluan dan penutup. Ia hanya menghadapi isinya saja. Ia harus menyusun sendiri ban pendahuluan dan penutupnya itu berdasarkan fakta yang tersirat dalam lembaran-lembaran isinya. Oleh karena itu setiap orang akan cenderung berbeda pandanganya tentang ide pendahuluan buku yang menggambarkan asal-usul dan ide pennutup buku yang menggambarkan tujuan akhir hidupnya nanti. Hal ini karena setiap orang tidak sama kemampuan imajinasinya terhadap lembaran-lembaran isi buku yang menggambarkan fakta atau kenyataan hidup ini. Perbedaan-perbedaan itu hendaknya justru dipandang sebagai sumber kekayaan pengetahuan tentang misteri hidup dan kehidupan manusia.
Kenyataan di atas menjelaskan bahwa sesungguhnya manusia adalah makhluk yang lemah, yang keberadaanya sangat tergantung kepada Penciptanya. Akan tetapi kebergantungan terhadap Sang Pencipta tersebut bukanlah semata-mata, melainkan ketergantungan (dependence) yang berkeleluasaan (independence). Manusia menerima ketergantungan itu dengan otonomi, independensi, serta kreativitasnya sedemikian rupa sehingga mampu mempertahankan dan mengembangkan hidup dan kehidupanya.
Dengan otonomi dan kreativitasnya, segala doa dan puji kepada Sang Pencipta diwujudkan dalam bentuk usaha untuk mengatasi segala macam problem hidup. Segala potensi alam diolah agar lebih bisa memberikan pemenuhan kebutuhan yang sesuai baginya. Dalam perekembangan selanjutnya, otonomi, independensi dan kreativitas tersebut mengantarkan manusia pada taraf tertentu yang membuat manusia semakin jauh jaraknya dengan sang Pencipta, bahkan dewasa ini terkesan bahwa manusia seolah dapat berdiri di atas kemampuanya sendiri tanpa campur tangan Sang Pencipta. Memang, sejauh itu menyangkut segi fisik-biologis, manusia nampak mampu menyelenggarakan kehidupan yang sehat dan kemaasyarakatan yang aman, akan tetapi bagaimana dengan segi spritual?
Antara ketergantungan (dependensi) dan otonomi (independensi) adalah dua unsur potensi kontradiktif yang ada dalam kesatuan yang dinamis. Keberadaanya yang demikian justru memberikan makna jelas kepada diri pribadi manusia sebagai makhluk Sang Pencipta. Otonom, kebebasan, dan kreativitas adalah jelmaan otonomi, kebebasan dan kreativitas Sang Pencipta. (Ingat, sebuah rumah batu yang kuat, kekuatanya itu adalah warisan kodrat dari batu sebagai benda yang memang kuat).
Bersambung.......
pustaka:
Soetriono dan Rita Hanafie, (2007), Filsafat Ilmu dan Metode Penelitian, Andi Offset, Yogyakarta.
Dengan otonomi dan kreativitasnya, segala doa dan puji kepada Sang Pencipta diwujudkan dalam bentuk usaha untuk mengatasi segala macam problem hidup. Segala potensi alam diolah agar lebih bisa memberikan pemenuhan kebutuhan yang sesuai baginya. Dalam perekembangan selanjutnya, otonomi, independensi dan kreativitas tersebut mengantarkan manusia pada taraf tertentu yang membuat manusia semakin jauh jaraknya dengan sang Pencipta, bahkan dewasa ini terkesan bahwa manusia seolah dapat berdiri di atas kemampuanya sendiri tanpa campur tangan Sang Pencipta. Memang, sejauh itu menyangkut segi fisik-biologis, manusia nampak mampu menyelenggarakan kehidupan yang sehat dan kemaasyarakatan yang aman, akan tetapi bagaimana dengan segi spritual?
Antara ketergantungan (dependensi) dan otonomi (independensi) adalah dua unsur potensi kontradiktif yang ada dalam kesatuan yang dinamis. Keberadaanya yang demikian justru memberikan makna jelas kepada diri pribadi manusia sebagai makhluk Sang Pencipta. Otonom, kebebasan, dan kreativitas adalah jelmaan otonomi, kebebasan dan kreativitas Sang Pencipta. (Ingat, sebuah rumah batu yang kuat, kekuatanya itu adalah warisan kodrat dari batu sebagai benda yang memang kuat).
Bersambung.......
pustaka:
Soetriono dan Rita Hanafie, (2007), Filsafat Ilmu dan Metode Penelitian, Andi Offset, Yogyakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar