Kamis, 27 September 2012

Tanggung Jawab Pemimpin



Mungkin sebagian kita tidak asing dengan gambar segitiga di atas dan juga tentang makna tulisan-tulisan didalamnya. Pembagian jenjang ini sudah menjadi hal yang umum di dunia manajemen saat ini. Dimana orang yang berada di jenjang paling atas dan lebih sedikit jumlahnya dinamakan top manajemen atau pimpinan dari suatu organisasi, lembaga, atau sekumpulan orang-orang..

Menajadi seorang pemimpin berarti kita memiliki kekuasaan untuk mengatur jalannya suatu organisasi dan memiliki wewenang lebih untuk mengatur orang-orang yang berada dibawahnya. Dengan menjadi seorang pemimpin  kita akan mendapat lebih banyak popularitas dan pengakuan dari orang lain dibandingkan bila kita tidak menjadi seorang pemimpin. Hal ini sekilas menggiurkan dan menyenangkan sehingga banyak orang yang berlomba-lomba bahkan menghalalkan segala macam cara untuk menjadi seorang pemimpin yang memiliki kekuasaaanm semata-mata untuk memenuhi ambisi pribadinya.

Kalau kita melihat dari sisi lain dan merenunginya lebih dalam, ternyata menjadi pemimpin itu bukan pekerjaan yang mudah dan kadang tak menyenangkan. Coba kita balik segitiga diatas dan merenungi lagi maknannya dengan seksama.

Ternyata dibalik semua topeng-topeng kebahagiaan semu yang ada pada jabatan dan kekuasaan, tersimpan suatu tanggung jawab yang sangat besar, jika kita analogikan dengan segitiga itu maka orang-orang yang menjadi pemimpin (sekarang dibawah) adalah orang yang bertanggung jawab atas segala hal yang terjadi pada orang-orang yang dipimpinnya.

Kalau pemimpin itu meminpin 3 orang , maka dia harus bertanggung jawab memikul beban 3 orang tersebut, kalau dia memimpin 9000, 12000, bahkan 200 juta orang??? Luar biasa tanggung jawab dan beban yang dia pikul. Itu baru dari sisi manusia yang kita pimpin, ternyata kalau diingat lagi kita sebagai khalifah di muka bumi juga “dititipi” untuk memimpin dan menjaga alam ini.

Maka dapat kita maklumi perkataan Umar dalam memaknai tanggung jawab kepemimpinan ini “Seandainya ada anak kambing mati di tepian sungai eufrat, maka Umar merasa takut diminta pertanggungjawaban oleh Allah” dan “Aku telah berjanji pada diriku sendiri , aku tidak akan makan minyak samin dan daging hingga seluruh kaum muslimin kenyang memakannya”  

“With great power comes great responsibility.” 

Menjadi pemimpin memang bukan hal yang mudah, dengan tanggung jawab yang besar ini apakah kita tidak dapat memikulnya?
Simak firman Allah berikut ini
“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya. (Mereka berdo`a): “Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami tersalah. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang yang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya. Beri maaflah kami; ampunilah kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah Penolong kami, maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir”.(QS 2:286).


Walaupun begitu memang tanggung jawab yang besar ini terkadang tidak bisa memikulnya sendiri, maka, “Dari Abu Hurairah: ‘Aku (Abu Hurairah) tidak pernah melihat seorang yang palng banyak bermusyawarah dengan para sahabatnya kecuali Rasulullah saw.’ (HR.Tirmidzi)

Insya Allah dengan selalu menyadari tanggung jawab kita, selalu meningkatkan kapasitas diri kita, saling membantu satu sama lain, dan yang paling utama, adalah selalu meminta pertolongan dari Allah, untuk dapat memikul dan mempertsnggung jawabkan beban-beban kepemimpinan yang ada dipundak kita.

Wallahu A’lam.

Sumber : Agung Pandi Nugroho