Jumat, 24 Mei 2013

Kelas Menengah Memunculkan Ekonomi Positif



Peningkatan jumlah kelas menengah di Indonesia diperkirakan terus meningkat. Hal tersebut telah diprediksikan melalui laporan lembaga konsultan McKinsey Global Institute, bahwa kelas menengah Indonesia saat ini memiliki potensi yang akan tumbuh kurang lebih sekitar 135 orang pada tahun 2030 nanti.
Kecenderungan meningkatnya pertumbuhan kelas menengah tersebut, disebabkan oleh meningkatnya iklim pertumbuhan ekonomi yang positif. McKinsey mengkategorikan kelas konsumen Indonesia saat ini lebih besar atau diperkirakan jauh dari perkiraan perkembangan pendapatan penduduk.
Oleh sebab itulah tumbuhnya kelas menengah di Indonesia disebabkan sebagai salah satu peningkatan roda perekonomian nasional. Pernyataan McKinsey terhadap pertumbuhan kelas menengah di Indonesia tersebut, ternyata diakui juga oleh lembaga-lembaga Internasional. Bahkan Bank Dunia menilai lebih dari 50 persen pertumbuhan ekonomi dunia akan disumbangkan oleh enam nagara yang punya kekuatan ekonomi baru saat ini, termasuk Indonesia.
Sementara itu, untuk tingkat kelas menengah di Indonesia sebenarnya patut kita akui bersama bahwa dengan adanya sebuah inovasi kreatif dalam peningkatan pemanfaatan dan kemampuan finansial yang dimiliki Indonesia, ternyata mampu memberikan arti positif bagi perkembangan dan pertumbuhan ekonomi nasional kali ini.
Walaupun demikian sebenarnya pola prilaku mereka sebenarnya masih sebatas konsumtif belaka, dan belum mampu ikut andil dalam peningkatan usaha produktif. Sebagian besar dari mereka sebenarnya juga belum mampu memikirkan peningkatan finansial di masa yang akan datang.
Seperti yang diungkapkan Menteri Koordinator Perekonomian RI Hatta Rajasa, bahwa proyeksi keberadaan kelas menengah tersebut masih belum begitu banyak berikan kontribusi bagi sebuah kemajuan untuk bangsa ini. Memang seperti kita lihat bahwa tingkat konsumsi domestik kini tinggi, namun jika dinilai dari tingkat kepemilikan dalam hal tabungan kelas menengah Indonesia hanya diperkirakan sebesar 32 persen saja. Jadi jumlah tersebut sebenarnya rendah jika dibandingkan dengan negara-negara di ASEAN.
Salah satu solusi untuk mengubah kelas menengah menjadi sebuah katalisator pembangunan nasional adalah melalui peningkatan pendidikan, dan melakukan pengelolaan finansial yang dimilikinya agar hal ini dapat mendorong percepatan penurunan angka kemiskinan dan tingkat pengangguran di Indonesia.
Begitu pula dengan peran yang akan dimainkan melalui pola menjadi produsen yang nantinya mampu memperluas lapangan pekerjaan dalam rangka mengurangi pengangguran. Dengan adanya penciptaan lapangan pekerjaan tersebut masalah yang dihadapi negara ini terhadap kemiskinan dan pengangguran niscaya akan sedikit hilang.
Oleh sebab itulah minimnya peran kelas menengah dalam mendorong menciptakan lapangan pekerjaan bisa dikatakan terkait dengan karyawan saja. Dan belum banyak dari mereka yang berada di level entrepreneur, sehingga dapat membuka lapangan pekerjaan. Dan dapat diperkirakan lagi untuk tingkat entrepreneur di Indonesia masih tergolong sangat rendah.
Kelas menengah Indonesia sendiri sebenarnya masih sekedar menjadi objek pasar atau konsumen saja. Memang dalam kenyatannya ini sebuah keuntungan bagi pertumbuhan ekonomi nasional, namun disisi lain sebenarnya telah menguntungkan industri-industri asing saja.
Andai saja mereka mulai bertransformasi melakukan peran sebagai penghasil barang dan jasa atau sebagai produsen, melalui peningkatan pendidikan dan modal finansial yang mereka punya seharusnya bukan merupakan hal yang sulit, melainkan dapat membuka peluang pekerjaan bagi masyarakat secara luas.

pustaka:
http://ekonomi.kompasiana.com/bisnis/2013/05/24/kelas-menengah-memunculkan-ekonomi-positif-562921.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar