Jumat, 17 Mei 2013

Nasib dan Takdir




Banyak manusia yang tidak bisa bisa membedakan antara nasib dan takdir, nasib bisa dirubah oleh manusia, kalaupun itu harus dengan ijin dari Yang Maha Kuasa, karena Tuhan berkata “ tidak akan kurubah nasib seseorang, ketika ia sendiri tidak mau merubahnya “, Bahasa Tuhan ini memberi isyarat bahwa Tuhan memberi ijin kepada manusia untuk merubah nasibnya dengan kerja keras dan doa. Sedangkan takdir milik Tuhan semata.
Takdir, ketika menjadikannya sebagai asset dalam pembenahan hidup, juga secara maknawi mempunyai nilai yang sangat fundamental menjadikan hidup lebih baik,karena dengan penerimaan akan takdir berarti penerimaan terhadap kuasa ILLAHI kepada apa yang terjadi dalam hidup.
Takdir, adalah bahasa Tuhan. Dan itu tak bisa diubah, sudah merupakan kepastian. Dan kegagalan bukan merupakan takdir, maka bisa dirubah. Yang bisa merubahnya adalah manusia dengan izin Yang Maha Kuasa. Syaratnya adalah punya kemauan, berupaya, berusaha dan meminta izin dari Tuhan, maka “ GAGAL” bisa berubah menjadi “SUKSES”. Dengan kalam-Nya Tuhan sudah memberi isyarat, bahwa manusia punya hak untuk merubahnya. Pada sisi lain Tuhan, tidak megijinkan manusia untuk putus asa, dan itu sudah dicontohkan ketika penciptaan manusia pertama Adam dan Hawa, ketika kegagalan dialaminya, Adam dan Hawa dengan segala kemauan, upaya dan usahanya yang tak mengenal lelah serta memohon ampun guna merubah nasibnya, akhirnya merubah “ KEGAGALAN’ menjadi “ KESUKSESAN”.
Tuhan sudah memberi isyarat, bahwa nasib manusia bisa dirubah ketika manusia  mempunyai kemauan, usaha dan upaya tak kenal lelah. Tuhanpun telah memberi contoh terhadap kegagalan yang dialami oleh Adam dan Hawa. Tuhan memberi hak pada manusia untuk “ SUKSES”, Tuhanpun memberi hak untuk merubah “GAGAL” menjadi “SUKSES”. Adanya bahasa Tuhan, memperjelas bahwa setiap orang punya hak untuk merubah “KEGAGALAN “ menjadi “ KESUKSESAN”.
Harapan yang tidak sesuai dengan kenyataan, diartikan “ GAGAL”, hampir semua mansusia mengartikan “ SATU KEGAGALAN” sebagai “ SEMUA KEGAGALAN”, sehingga tertutup semua akses untuk munculnya kebangkitan. Secara tidak sadar kontaminasi hati terhadap hal ini menghasilkan persepsi yang menimbulkan asumsi yang berujung pada kesimpulan, bahwa “ GAGAL YANG SATU MERUPAKAN KEGAGALAN UNTUK SEMUANYA”, akhirnya manusia punya sikap untuk mendiskreditkan Tuhan, bahwa ini adalah semua hasil karya Tuhan. Kegagalan adalah hasil karya manusia, dan siapapun mengalaminya, siapapun dia. Kegagalan, bisa diartikan sebagai musibah, ujian, cobaan, bencana bahkan hikmah.
Ada perbedaan yang paling mendasar, ketika terjadi kegagalan, yaitu “menyikapi” kegagalan. Bagi orang – orang yang mampu metransformasi bahasa Tuhan, kegagalan dianggap sebagai ujian, bahkan sebagai “hikmah” karena dengan adanya hal tersebut berarti Tuhan penuh kasih dan sayang. Namun  bagi orang – orang yang tidak mampu mentransformnasi bahasa Tuhan, kegagalan sebagai “ malapetaka, bencana bahkan kutukan”
 
Bahasa Tuhan adalah bahasa yang penuh dengan keberhasilan,kesuksesan dan kemenangan, maka dalam Bahasa Tuhan tidak ada dalam bahasa kegagalan,kekalahan dan ketidak-keberhasilan.
Sesuatu pasti ada awalnya, dan mulailah dengan nama Tuhan, karena dia yang punya hak mutlak atas hidup ini, dari permulaan ketika proses itu sedang terjadi dan yang mengakhirinya.
SEMOGA KITA DAPAT MERUBAH KEGAGALAN MENJADI KESUKSESAN DENGAN DOA DAN USAHA

pustaka:
http://filsafat.kompasiana.com/2011/06/23/antara-nasib-dan-takdir-375669.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar