Keseimbangan
Work & Life Balance Itu Riil, Bukan Kebohongan
“Saya menemukan bahwa yang utama dari work & life balance [WLB] adalah tentang keseimbangan di dalam pikiran dan jiwa, bukanlah keseimbangan fisik dan waktu” Certain wisdom Any balance, harus dilihat dengan sudut pandang yang lebih tinggi, a certain wisdom, bukan sekedar “bagi-bagi waktu” antara urusan kerja dan keluarga atau kerja dan urusan spiritual atau antara kerja dan urusan diri sendiri. Jika Anda menganut prinsip WLB sebagai prinsip bagi waktu seperti ini, tak akan pernah bisa “adil.” WLB adalah tentang manajemen diri dan wisdom diri, dan manajemen diri serta wisdom itu riil, bukan kebohongan.
Jika Anda mendefinisikan the balance sebagai kombinasi antara “enjoyment of life” dan “achievement of work” itu mak-sense. Jika Anda mengatakan WLB adalah “giving life to work,” supaya hidup itu tidak diperbudak oleh “hanya kerja,” alias workaholic, juga bisa. Jika Anda berpendapat bahwa WLB adalah totality of life and the universe, itu oke. Jika agak sedikit matematis, Anda yang dari HR, akan berfikir WLB adalah urusan keseimbangan hak antara employee dan employer, itu fair. Dan penganut yang terakhir ini, sedang banyak di Amerika. Sehingga disana, hak cuti hamil, hak cuti sakit, hak cuti bepergian, semua diatur melalui standing-instruction atau SE perusahaan, dst.
No time division
Jim Bird dari worklifebalance.com, berpendapat, manusia “tidak” mungkin bisa membagi waktu secara benar-benar equal, adil dan persis sama diantara banyak urusan dalam hidup dan kerja, maksudnya antara kesibukan di pekerjaan dan quadrant hidup lainnya. Saya sependapat dengan Jim Bird dan dengan Anda. Seorang ibu rumah tangga yang bekerja, “tak akan” pernah bisa mengatakan kepada diri sendirinya, ” Aku akan menaruh semua urusan pekerjaanku di depan pintu rumah, ketika aku masuk rumah dan bertemu keluargaku. Dan sebaliknya, “aku akan menaruh semua urusan keluarga di depan pintu kantor, ketika aku akan bekerja.” Itu tak mungkin, bukan? Ternyata, tanpa disadari oleh ibu tsb., ia malah bermimpi tentang nasabah tua yang marah-marah tadi siang di kantor, di dalam tidurnya. Wisdomnya adalah, terimalah anugerah mimpi itu.
Manusia berkecenderungan secara alami untuk membuat ketidak-seimbangan, menjadi seimbang kembali. Keseimbangan itu alamiah saja. Siang - malam, hitam dan putih, kenyang dan lapar, keluar dan masuk, bekerja dan tidur, bisnis dan sosial, tua dan muda, benar dan salah, utara dan selatan, adalah keseimbangan alam-semesta yang diatur secara natual oleh Tuhan, Kekuatan Maha Besar. “Terimalah” apa adanya, model keseimbangan seperti 2 muka koin itu dan biarkanlah kekuatan alami itu berjalan apa adanya. Maksudnya, jangan sampai Anda “membunuh” mimpi malam tentang nasabah marah-marah itu. Atau Anda mencoba membenturkan kepala ke dinding karena tidak bisa konsentrasi kerja di kantor, karena memikirkan anak sakit di rumah. Contoh lain, jika Anda mencoba menyemir rambut habis-habisan, itu mengganggu keseimbangan. Toh kita tak bisa menyemir wajah kita jadi muda kembali atau merubah umur jadi muda lagi. Jika rambut mulai 2 warna, terimalah. Jika hidung agak pesek, terimalah. Karena jika Anda mulai menyuntik silikon ke wajah, itu merusakkan keseimbangan. Jika kulit agak gelap, terimalah, jangan dioperasi. Jika rambut sangat keriting, terimalah, jangan direbonding. Percayalah, alam dan Tuhan akan membantu kita menikmati keseimbangan hidup. Nasabah yang marah, ternyata karena ia sayang dan loyal dengan perusahaan kita dan ia ingin kita memberi layanan yang baik. Jika kita rendah hati dan mau melakukan perbaikan, maka layanan kita segera lebih baik. Positif bukan? Jika rambut kita agak memutih, justru itu menandakan kematangan dan wisdom. Baik bukan? Wisdomnya adalah, terimalah pergerakan irama alami kehidupan kita [life acceptance], tetapi bukan menyerah.
Balanced life quadrant
Paling tidak, saya menganut 5 quadrant [urusan] hidup yang harus kita urusi setiap saat, agar kehidupan kita seimbang, damai, tenang dan tidak stressful. Mereka adalah quadrant “Faith, Finance, Family, Friends dan Fit” [5Fs]. Jim Bird mengatakan ada 4 quadrant, Work, Family, Friends dan Self. Siapa saja bisa membagi quadrantnya masing-masing, sesuai selera dan wisdomnya. Anda mungkin tipe pribadi yang suka njelimet dan presisi, Anda bisa membaginya menjadi 10 quadrant. It is fair. Jika Anda tipe pribadi simple-life, semua hal disederhanakan, Anda silahkan membaginya menjadi 3 quadrant saja, Faith, family dan finance. It is so simple. Kenyataan dan realitanya, 3 atau 10 quadrant, kita tidak pernah bisa membagi waktu secara adil terhadap 3 atau 10 urusan itu, bukan? Karena kehidupan ini mengalir seperti cairan, fluid. Untuk itu, saya sepakat dengan Jim, bahwa otak kita tak bisa dibagi-bagi dan dikotak-kotakkan menurut quadrant-quadrant seperti itu, kerja dan keluarga, kerja dan sosial, kerja dan ibadah, kerja dan hobi, kerja dan kebahagiaan, dst dst.
Lalu keseimbangan kerja dan kehidupan itu sebaiknya seperti apa? Bagaimana memanagenya? Saya lebih mengatakan, WLB adalah memberi perhatian proportional [seimbang] terhadap semua quadrant hidup kita, dan itu bukan pembagian waktu yang adil. Memberi “perhatian” adalah jangan sampai ada satu quadrant hidup kita yang “bolong,” terlantar, tak terurusi.
Jika itu terjadi, hidup kita tidak seimbang. Degree atau tingkat, dimana satu quadrant terlantar dibandingkan quadrant lainnya, berbeda satu orang dengan lainnya. It is normal.
How to manage it
Karena keseimbangan esensinya adalah sebuah seni bukan eksakta matematika, maka managemen keseimbangan adalah upaya yang sederhana, simple dan mudah, tidak serumit matematika dan ilmu kimia. Fokusnya dan kuncinya ada di kendali PIKIRAN Anda sendiri, saya sebut sebagai dimensi perhatian, porsi atau sentuhan. Keseimbangan adalah memperhatikan keseluruhan, sampai Anda sendiri merasa “semua hal terkendali dengan baik, happy, tenang, nyaman dan damai.” Ia adalah kombinasi antara kinerja alam, kinerja wisdom [hikmat] dan mind-set [pengaturan pikiran].
Karena melibatkan kerja wisdom dan pikiran, yang menentukan ukurannya adalah Anda sendiri. Ya, WLB adalah subyektif, unik dan specific, tapi dapat diukur. Sebagai contoh, jika quadrant ibadah kita sedang “bolong” dalam waktu yang cukup lama, misalkan 5 tahun, maka wisdom Anda akan mengatakan “something wrong must be corrected soon.” Jika ternyata Anda kelewat sibuk dengan pekerjaan, maka alarm WLB akan berdering di otak Anda, “hey, berhenti bekerja dan ingatlah aku disini.” Jika Anda tetap membandel, maka bukan lagi alarm keseimbangan yang datang mengingatkan Anda, jiwa dan roh spiritual Anda sendiri akan terasa “sakit.” Hidup spiritual Anda akan terasa hampa, kering, kosong dan tak bermakna. Ini adalah tandanya, indikatornya, signalnya. Ini adalah hukum keseimbangan alami. Keseimbanganlah yang akan bekerja sendiri, otomatis, menjaga total hidup kita harmoni dan selaras.
Sekali lagi, WLB, bukanlah tentang membagi waktu, melainkan memberi perhatian, atensi, porsi, sentuhan dan mengendalikan quadrant hidup kita. Itu 2 hal yang berbeda, yang satu tentang atensi/kendali [wisdom] dan yang satunya tentang bagi-bagi waktu. Setelah Anda “tersadar” bahwa jiwa spiritual Anda “kosong dan sakit,” saat itulah Anda harus memberi perhatian khusus [atensi, energi sentuhan] terhadap kehidupan spiritual Anda [quadrant Faith, ibadah], agar kembali dalam kondisi harmonis dan selaras. Indikatornya mudah diamati dan dirasakan, jiwa Anda kini menjadi tenang dan damai kembali, apa saja yang Anda lakukan kini menjadi lebih bermakna dan berarti. Itulah kerja quadrant Faith atau ibadah, keimanan Anda. Teknisnya, ya benar, Anda tentu akan membutuhkan “dimensi waktu” [alokasi waktu] tertentu untuk menegakkan ibadah Anda. Waktu hanyalah media, sarana dan alat di dalam menjaga keseimbangan. Karena bersifat subyektif, unik dan specific, maka level kecukupan pencerahan [charging spiritual] tsb, tentu berbeda-beda antar individu. Pak Anwar membutuhkan waktu pemulihan iman 2 tahun, tetapi ibu Anwar, istrinya, hanya butuh waktu 1 tahun.
Life art
Contoh lainnya, bagi pak Roy hanya butuh waktu 1 bulan untuk memulihkan kekosongan hubungannya dengan anaknya [quadrant Family]. Tetapi bagi ibu Roy butuh 6-12 bulan untuk memulihkan kembali hubungan yang “terputus” dengan anaknya yang sudah lama ia tinggalkan dengan baby sitter dan memanjakannya dengan uang berlimpah. Hukum keseimbangan akan bekerja mengirimkan “alarm WLB” lebih lambat kepada ibu Roy. Ibu Roy, akan melewati proses pemulihan sbb.: menyesali gaya hidupnya, merenungi kesalahannya, menangisi dosanya dan mencari cara terbaik sebagai langkah iman. Ia mulai pelan-pelan mendekati sang anak. Disini ia membutuhkan adaptasi waktu yang lebih lama ketimbang pak Roy.
Bagi pak Roy, WLB itu masalah mudah saja untuk diatasi, sekali sentuh, anaknya langsung “terobati” [dipulihkan]. At the end, setelah ibu Roy melewati proses pemulihan yang “berdarah-darah” tsb, hubungan dengan anaknya, dipulihkan. Ia tak belajar itu semua dari bangku sekolah. Ia menemukannya sendiri, meramunya sendiri dan meraciknya sendiri. It is an art of life. Ia lalu menata-ulang pola hidupnya, hingga keseimbangan antara urusan kerja dan urusan keluarga menjadi baik. WLB itu seni hidup, benar-benar tentang sebuah seni. Ia bisa dirasakan, dijiwai dan dipelajari dari alam semesta dan dipraktekkan.
WLB atau keseimbangan adalah kerja alam, wisdom [hikmat] dan kinerja pikiran. Oleh karenanya keseimbangan adalah tentang sebuah seni hidup [life art, a basic life-skill], bukan eksakta matematika, apalagi hanya soal bagi-bagi waktu.” WLB bisa dilatih dan dikembangkan [acquired] oleh siapa saja, sesuai kedewasaan dan kematangannya.
Jika seandaninya Anda membutuhkan bantuan khusus, Anda bisa mulai membaca buku-buku atau mencari teman, mengikuti komunitas yoga atau meditasi di kota Anda atau bertanya kepada seseorang yang lebih senior atau kepada fasilitator/mentor.
.....
harry purnama, coach/mentor WLB
harry.uncommon@yahoo.co.id atau 0821.3147.7119
pustaka:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar