Goals Setting and Planning
Jika kita ingin bepergian maka hal
pertama yang harus ditetapkan yaitu tujuan perjalanan. Demikian pula
dengan manajemen organisasi. Penetapan tujuan merupakan tahapan paling
awal dari suatu proses manajemen. Tujuan merupakan sasaran yang ingin
dicapai oleh suatu organisasi di masa yang akan datang dan manajer
bertugas mengarahkan jalannya organisasi untuk mencapai tujuan tersebut. Tujuan yang baik harus memenuhi sifat-sifat sebagai berikut:
1. Spesifik : maksudnya tujuan harus sesuatu yang clear sehingga jelas apa yang ingin dicapai atau diperoleh.
2. Realistis : maksudnya tujuan harus bisa dicapai, bukan sekedar angan-angan
3. Terukur : maksudnya tujuan memiliki ukuran-ukuran tertentu untuk menentukan keberhasilannya.
4. Berbatas waktu : maksudnya tujuan harus mempunyai batas waktu sebagai target, dan kapan tujuan tersebut harus bisa dicapai.
Setelah tujuan ditetapkan
maka langkah selanjutnya yaitu menyusun rencana untuk mencapai tujuan.
Perencanaan ini sangat penting sehingga muncul ungkapan ” gagal
merencanakan berarti merencanakan kegagalan”. Perencanaan atau planning
dilakukan dengan memikirkan hal-hal yang terkait dengan pekerjaan itu
agar mendapat hasil yang optimal. Oleh karena itu perencanaan merupakan
sebuah keniscayaan, sebuah keharusan di samping sebagai sebuah
kebutuhan. Segala sesuatu memerlukan perencanaan. Rasulullah SAW
bersabda :
”Jika engkau
ingin mengerjakan sesuatu pekerjaan maka pikirkanlah akibatnya, maka
jika pekerjaan tersebut baik, ambillah dan jika perbuatan itu jelek,
maka tinggalkanlah” (HR Ibnul Mubarak)
Konsep manajemen Islam menjelaskan
bahwa setiap manusia (bukan hanya organisasi) hendaknya memperhatikan
apa yang telah diperbuat pada masa yang telah lalu untuk merencanakan
hari esok. Dalam Al Qur’an Allah berfirman :
” Hai orang-orang yang beriman,
bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa
yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah
kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu
kerjakan”.
(Q.S. Al Hasyr : 18)
Ayat ini menjelaskan bahwa
perencanaan yang akan dilakukan harus disesuaikan dengan keadaan keadaan
situasi dan kondisi pada masa lampau, saat ini, serta prediksi masa
datang. Oleh karena itu untuk melakukan segala perencanaan masa depan, diperlukan kajian-kajian masa kini.
Rencana yang baik harus memenuhi sifat-sifat RHUMBA sebagai berikut:
1. Realistic : sesuai kenyataan yang ada, bukan sesuatu yang bersifat impian atau angan-angan.
2. Humanistic : mempertimbangkan semangat, perasaan dan dampak pada orang-orang yang terlibat dalam program itu.
3. Understandable : dapat dipahami oleh seluruh anggota tim kerja dan manajer yang akan bertanggung jawab.
4. Measurable : dapat
diukur menggunakan indikator pengukuran yang tepat guna mengevaluasi
keberhasilan, peninjauan-ulang, dan tindakan perbaikan di waktu
mendatang.
5. Behavioral : dapat dipecah dan dideskripsikan sampai kepada rencana tindakan menggunakan formula 5W-2H
6. Achievable :
mampu mencapai target yang ditetapkan. Penetapan target harus bersifat
realistik namun menantang, sehingga pencapaian target itu melalui suatu
semangat kerja yang menantang (challenging spirit).
Jika ciri-ciri di atas
telah dimiliki maka prinsip yang berlaku adalah “berhasil merencanakan
berarti merencanakan keberhasilan”.
sumber:
http://ekonomi.kompasiana.com/manajemen/2013/12/29/goals-setting-and-planning--623528.html/28/12/2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar