Minggu, 29 Desember 2013

catatan2

Goals Setting and Planning

 

Jika kita ingin bepergian maka hal pertama yang harus ditetapkan yaitu tujuan perjalanan. Demikian pula dengan manajemen organisasi. Penetapan tujuan merupakan tahapan paling awal dari suatu proses manajemen. Tujuan merupakan sasaran yang ingin dicapai oleh suatu organisasi di masa yang akan datang dan manajer bertugas mengarahkan jalannya organisasi untuk mencapai tujuan tersebut. Tujuan yang baik harus memenuhi sifat-sifat sebagai berikut:
1. Spesifik : maksudnya tujuan harus sesuatu yang clear sehingga jelas apa yang ingin dicapai atau diperoleh.
2. Realistis : maksudnya tujuan harus bisa dicapai, bukan sekedar angan-angan
3. Terukur : maksudnya tujuan memiliki ukuran-ukuran tertentu untuk menentukan keberhasilannya.
4. Berbatas waktu : maksudnya tujuan harus mempunyai batas waktu sebagai target, dan kapan tujuan tersebut harus bisa dicapai.
Setelah tujuan ditetapkan maka langkah selanjutnya yaitu menyusun rencana untuk mencapai tujuan. Perencanaan ini sangat penting sehingga muncul ungkapan ” gagal merencanakan berarti merencanakan kegagalan”. Perencanaan atau planning dilakukan dengan memikirkan hal-hal yang terkait dengan pekerjaan itu agar mendapat hasil yang optimal. Oleh karena itu perencanaan merupakan sebuah keniscayaan, sebuah keharusan di samping sebagai sebuah kebutuhan. Segala sesuatu memerlukan perencanaan. Rasulullah SAW bersabda :
”Jika engkau ingin mengerjakan sesuatu pekerjaan maka pikirkanlah akibatnya, maka jika pekerjaan tersebut baik, ambillah dan jika perbuatan itu jelek, maka tinggalkanlah” (HR Ibnul Mubarak)
Konsep manajemen Islam menjelaskan bahwa setiap manusia (bukan hanya organisasi) hendaknya memperhatikan apa yang telah diperbuat pada masa yang telah lalu untuk merencanakan hari esok. Dalam Al Qur’an Allah berfirman :
” Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”.
(Q.S. Al Hasyr : 18)
Ayat ini menjelaskan bahwa perencanaan yang akan dilakukan harus disesuaikan dengan keadaan keadaan situasi dan kondisi pada masa lampau, saat ini, serta prediksi masa datang. Oleh karena itu untuk melakukan segala perencanaan masa depan, diperlukan kajian-kajian masa kini.
Rencana yang baik harus memenuhi sifat-sifat RHUMBA sebagai berikut:
1. Realistic : sesuai kenyataan yang ada, bukan sesuatu yang bersifat impian atau angan-angan.
2. Humanistic : mempertimbangkan semangat, perasaan dan dampak pada orang-orang yang terlibat dalam program itu.
3. Understandable : dapat dipahami oleh seluruh anggota tim kerja dan manajer yang akan bertanggung jawab.
4. Measurable : dapat diukur menggunakan indikator pengukuran yang tepat guna mengevaluasi keberhasilan, peninjauan-ulang, dan tindakan perbaikan di waktu mendatang.
5. Behavioral : dapat dipecah dan dideskripsikan sampai kepada rencana tindakan menggunakan formula 5W-2H
6. Achievable : mampu mencapai target yang ditetapkan. Penetapan target harus bersifat realistik namun menantang, sehingga pencapaian target itu melalui suatu semangat kerja yang menantang (challenging spirit).
Jika ciri-ciri di atas telah dimiliki maka prinsip yang berlaku adalah “berhasil merencanakan berarti merencanakan keberhasilan”.

sumber:
 http://ekonomi.kompasiana.com/manajemen/2013/12/29/goals-setting-and-planning--623528.html/28/12/2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar