Selasa, 24 Desember 2013

catatan2

Optimalisasi Pertanian Menyongsong Perubahan

 

Sektor pertanian merupakan pilar utama pembangunan bangsa Indonesia. Hampir seluruh kegiatan perekonomian Indonesia berpusat pada sektor pertanian, hal tersebut  dapat dilihat dalam pembentukan PDB, penerimaan devisa, penyerapan tenaga kerja, penyediaan pangan, dan penyediaan bahan baku industri. Kondisi geografis Indonesia yang terdiri dari ribuan pulau dari sabang sampai merauke baik besar maupun kecil dengan wilayah daratan dan lautan yang begitu luas, serta posisi silang Indonesia yang sangat strategis membawa implikasi adanya kandungan sumber daya alam yang begitu berlimpah serta beraneka ragam yang tersebar di seluruh wilayah nusantara. Dengan melihat kondisi lingkungan geografis serta berkaca pada mata pencaharian masyarakat Indonesia yang sebagian besar berprofesi sebagai petani, sudah barang tentu hal tersebut menjadikan sektor pertanian sebagai sektor penting dalam roda struktural perekonomian Indonesia. Seiring dengan berkembangnya perekonomian bangsa Indonesia yang mencanangkan masa depan perekonomian Indonesia menuju era industrialisasi, tentunya tetap dipertimbangkan pula untuk memperkuat sektor pertanian.
Sektor pertanian masih tetap akan berperan besar dalam pembangunan ekonomi Indonesia. Belajar dari pengalaman masa lalu dan kondisi yang dihadapi saat ini, sudah selayaknya sektor pertanian menjadi sektor unggulan dalam menyusun strategi pembangunan nasional. Sektor pertanian haruslah diposisikan sebagai sektor andalan perekonomian nasional. Pola konsumsi masyarakat atas berbagai produk pertanian yang semakin hari semakin meningkat serta pertumbuhan penduduk Indonesia yang semakin meningkat pula sampai-sampai telah mencapai 240 juta orang, sangat mempengaruhi ketersediaan pangan dan pemenuhan kebutuhan pangan masyarakat Indonesia. Hal tersebut mengharuskan seluruh elemen bangsa ini terutama para petani terus berpacu untuk meningkatkan hasil pertanian untuk mencapai ketahanan serta kemandirian pangan. Perlu adanya manjemen serta kebijakan dari pemerintah untuk mengatur pola produksi pangan negeri.
Untuk mencapai keberhasilan peningkatan pembangunan sektor pertanian diperlukan adanya kerjasama antara berbagai kalangan yang berkecimpung langsung dibidang pertanian baik itu dari pelaku pertanian dalam hal ini petani, pemerintah, lembaga peneliti, ilmuwan, innovator, kalangan akademik, maupun pihak swasta sebagai kalangan industri, dengan demikian diharapkan dengan hal tersebut dapat memecahkan masalah kebuntuan terhadap masalah pertanian yang dihadapi, sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan ketahanan pangan nasional.
Dalam penyediaan lapangan kerja di Indonesia, sebenarnya sektor pertanian mempunyai kontribusi sangat besar dan terbesar di antara sektor-sektor yang ada, namun dari data BPS dalam waktu 10 tahun terakhir dimana telah terjadi alih fungsi lahan sawah seluas 80.000 hektar per tahun menjadi lahan industri dan perumahan, sehingga hal tersebut menyebabkan berkurangnya lahan pertanian. Walaupun kebutuhan pangan dalam negeri semakin hari semakin meningkat, namun produksi pangan dalam negeri malah sering mengalami fluktuasi akibat berbagai faktor yang ada, salah satunya ketersediaan lahan yang semakin sempit akibat pembangunan perumahan dan industri yang semakin merajalela. Hal inilah yang kemudian menyebabkan ketidak seimbangan antara permintaan dan produksi pangan dalam negeri. Untuk beberapa tanaman pangan seperti beras, jagung, kedelai, gandum, selisih antara  tingkat produksi dan konsumsi rata-rata mencapai 10 juta ton. Kekurangan produksi ini ditutup dengan impor yang volumenya  terus meningkat tiap tahun, sehingga tingkat ketergantungan pangan Nasional secara keseluruhan terhadap impor adalah 12,9%. Perubahan iklim, harga pangan dunia yang fluktuatif, tingkat konversi lahan pertanian ke non pertanian yang tinggi, insentif rendah bagi pelaku usaha tani merupakan beberapa faktor yang menyebabkan masalah ketersediaan pangan tak kunjung selesai. Dan jika hal ini dibiarkan, maka bangsa kita akan mengalami krisis pangan, dan menyebabkan tidak terpenuhinya kebutuhan pangan masyarakat Indonesia.
Maka pemerintah harus segera melakukan upaya-upaya pencegahan agar krisis pangan tidak terjadi di Indonesia. Seperti yang telah dicanangkan meteri pertanian tahun 2010-2014 tentang target sukses pembangunan nasional merupakan salah satu upaya yang dilakukan pemerintah dalam mencegah krisis pangan dalam negeri.
Mengacu pada 4 target pembangunan pertanian yang dicanangkan oleh pemerintah terutama kementerian pertanian, perlu adanya upaya-upaya khusus untuk mencapai hal tersebut. Berikut ulasan dan upaya mewujudkan 4 target pembangunan pertanian:
· Pencapaian swasembada dan swasembada berkelanjutan
Swasembada pangan memiliki arti bahwasanya kita mampu untuk mengadakan sendiri kebutuhan pangan dengan bermacam-macam kegiatan yang dapat menghasilkan kebutuhan yang sesuai diperlukan masyarakat Indonesia dengan kemampuan yang dimiliki dan pengetauhan lebih yang dapat menjalankan kegiatan ekonomi tersebut terutama di bidang kebutuhan pangan. Kita tahu bahwasanya saat ini Indonesia masih tegantung pada impor pangan dari negara lain. Seperti makanan pokok bangsa kita yaitu beras, yang mana saat ini indonesia masih mengimpor beras dari Thailand. Tidak hanya beras, ada lima komoditas pokok yang sampai sekarang bangsa kita masih mengandalkan impor dari negara lain, yaitu padi, jagung, kedelai, gula, dan daging. Indonesia saat ini belum mampu untuk mencukupi kebutuhan pangan masyarakatnya sendiri. Lantas, mau sampai kapan bangsa kita bergantung bangsa lain? Mau tidak mau bagsa ini harus segera memenuhi ketahanan dan kemandirian pangan demi peningkatan kesejahteraan bangsa. Dalam memenuhi swasembada pangan, Indonesia masih membutuhkan lahan sekitar 3 juta Hektar. Target produksi padi (GKG) pada 2014 adalah 75 juta ton dari 64 juta ton sekarang. Jagung dari 17 juta ton menjadi 29 juta ton, kedelai pada 2014 ditargetkan 2,7 juta ton. Begitu industri gula sekarang baru 2,3 juta ton ditargetkan naik menjadi 3,6 juta ton pada tahun 2014. Ada beberapa upaya yang sebenarnya dapat dicanangkan pemerintah untuk mencapai swasembada dan ketahanan pangan Indonesia:
1. Mempersiapkan pertanian dalam negeri yang unggul dan menekan angaka impor
2. Peningkatan produktifitas lahan dimana sekarang banyak lahan yang tidak produktif dan makin luasnya lahan industri sehingga menjadikan lahan pertanian semakin sempit
3. Pengelolaan sumber daya genetik dan teknologi pembenihan untuk menghasilkan varietas unggul dan dapat menghasilkan produk pertanian dengan jumlah yang banyak. Menurut hasil riset, saat ini dalam hal varietas tanaman pangan, tidak kurang dari 244 varietas padi, 54 varietas jagung, dan 58 varietas kedelai telah dihasilkan.  Sampai saat ini tingkat adopsi petani terhadap varietas unggul spesifik lokasi telah mencapai 90% untuk padi, 45% untuk jagung, dan 80% untuk kedelai. Hal seperti inilah yang perlu dikembangkan secara terus menerus
4. Melakukan rehabilitasi dan perluasan jaringan irigasi demi hasil pertanian yang maksimal
5. Menyisihkan lahan kosong disetiap provinsi di Indonesia untuk lahan pertanian
6. Membatasi proyek-proyek besar yang dapat mempersempit lahan pertanian
· Peningkatan difersifikasi pangan
Saat ini sebagian besar masyarakat Indonesia menjadikan beras sebagai bahan pokok makanan. Akibatnya permintaan masyarakat terhadap ketersediaan beras semakin hari semakin meningkat. Padahal masih banyak bahan pangan lain yang memiliki kandungan karbohidrat yang sama dengan beras seperti singkong, gandum, ubi, sagu, dan masih banyak lagi. Maka dari itu, untuk menanggulangi masalah tersebut perlu adanya variasi makanan agar bangsa ini tidak selalu tergantung terhadap ketersediaan beras. Juga sebagai langkah kongkret dalam meningkatkan mutu gizi dalam masyarakat secara kualitas maupun kuantitas. Karena dari segi fisiologis, manusia untuk dapat hidup aktif dan sehat memerlukan lebih 40 jenis zat gizi yang terdapat pada berbagai jenis makanan, tidak hanya satu jenis makanan saja. Beberapa upaya yang bisa dilakukan untuk meningkatkan difersifikasi pangan adalah:
1. Adanya sosialisasi ragam menu makanan pokok secara intensif di setiap wilayah dan menjadi program pokok di setiap pemerintah daerah
2. Mengganti program pemerintah dalam hal swasembada beras dengan program swasembada pangan, karena swasembada pangan tidak mengacu pada satu komoditas makanan saja, namun beragam komoditas makanan yang ada
3. Lebih memanfaatkan potensi pangan lokal dan keanekaragamannya. Seperti pengembangan pangan karbohidrat khas Nusantara spesifik lokasi seperti sukun, talas, garut, sagu, jagung dan lain-lain
4. Mencanangkan program produk pangan unggulan di setiap wilayah, dengan melihat kecocokan dan ketersediaan lahan di setiap daerah, jadi setiap daerahnya memiliki poroduk pangan unggulannya masing-masing. Misalnya, jawa tengah sebagai penghasil utama singkong, kemudia kalimantan timur sebagai penghasil utama gandum, dan seterusnya. Sehingga, jika diakumulasikan seluruh Indonesia akan menghasilkan difersifikasi pangan yang begitu beragam.
· Peningkatan nilai tambah, daya saing, dan ekspor
Di era globalisasi, faktor daya saing memegang peranan kunci. Laju globalisasi bakal menggusur mereka yang lemah dan menguntungkan mereka yang perkasa. Terkait hal tersebut, ramai diperbincangkan soal daya saing Indonesia. Hal itu terlihat dari melemahnya kinerja ekspor kita pada tahun lalu. Bahkan, neraca perdagangan kita mengalami defisit. Hal itu terjadi karena ekspor kita menurun, sementara produk impor terus membanjiri pasar dalam negeri. Ekspor turun 4,6 persen, sedangkan impor membengkak 9,92 persen. Data terbaru statistik perekonomian Indonesia menunjukkan pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) tahunan juga melambat menjadi 5,8 persen pada kuartal II-2013. Ini merupakan catatan pertumbuhan terlambat selama hampir tiga tahun terakhir. Saat ini, daya saing produk lokal kalah dengan produk impor yang memiliki kualitas bagus dan harga yang terjangkau. Masyarakat cenderung membeli produk pangan impor yang bagus dan terjangkau daripada membeli hasil produk dalam negeri yang belum tentu baik dari segi kualitas dan juga mahal. Akibatnya, petanilah yang menjadi korban dari semua itu. Itu artinya, perlu adanya peningkatan mutu produk pangan agar dapat bersaing dengan produk-produk impor luar negeri. Begitu pula hasil ekspor indonesia ke negara lain dimana saat ini baru 20% produk ekspor bangsa Indonesia yang berbentuk bahan olahan, sisanya masih berbentuk bahan mentah yang belum terolah. Hal ini dapat menjadikan petani yang susah payah menanamnya tidak bisa menikmati nilai tambah dari produk tersebut. Padahal jika bisa diolah dengan baik sebelum dijual maupun di ekspor ke negara lain, akan memberikan keuntungan yang lebih bagi para petani lokal. Misalnya, beras akan memiliki harga jual yang lebih apabila sudah dalam bentuk kemasan rapi daripada masih dalam bentuk beras dalam karung. Sebenarnya para petani lokal tau akan hal tersebut, namun mereka terkendala keterbatasan sarana, keterbatasan modal, keterbatasan jaringan pemasaran, serta keterbatasan kemampuan manajemen. Upaya-upaya yang bisa dilakukan sebagai jalan keluar dari permasalahan tersebut adalah:
1. Penataan ulang strategi pembangunan ekonomi dengan titik berat meningkatkan daya saing global sehingga bisa lebih bertahan ketika muncul guncangan dari eksternal dan internal
2. Penyediaan infrastuktur yang memadai dari pemerintah untuk peningkatan mutu produk pangan dalam negeri
3. Belajar pada Australia dan brazil, negara eksportir sumber daya alam (SDA). Sebelumnya, Australia dan Brasil sangat bergantung pada ekspor SDA ke China di saat negara ekonomi terbesar kedua di dunia itu mengalami masa keemasan, yakni pertumbuhan PDB dua digit. Namun, kedua negara itu kini mulai mengubah strategi pembangunan ekonomi dengan mengurangi kebergantungan pada sektor ekspor komoditas SDA.
4. Kebijakan hilirisasi dan pengembangan industri dalam negeri
5. Peningkatan efektifitas kerjasama internasional yang lebih menguntungkan produktifitas pangan dalam negeri
· Peningkatan kesejahteraan petani
Petani merupakan pelaku utama dalam sistem pertanian Indonesia. Petanilah yang memiliki peran penting, karena merekalah yang menjadi eksekutor langsung dalam semua jenis pertanian. Tanpa adanya petani, maka Indonesia akan mengalami krisis pangan berkepanjangan. Menurut data BPS pada Februari 2009, prosentase angkatan kerja yang bekerja di sektor pertanian jumlahnya mencapai 42,1%. Namun amat disayangkan dimana sekarang kesejahteraan petani mulai diabaikan. Angka kemiskinan dikalangan petani begitu tinggi. Saat ini, rata-rata kepemilikan lahan petani kecil di Indonesia hanya 0,33 hektare. Pada 2050, luas lahan ini diperkirakan akan semakin turun menjadi 0,18 hektare. Dengan semakin sempitnya luas lahan yang dimiliki para petani, maka makin sulit pula dalam meningkatkan kesejahteraan petani. Oleh karena itu, perlu adanya upaya untuk meningkatkan kesejahteraan petani, diantaranya:
1. Penstabilan harga-harga barang pangan agar petani tidak dirugikan ketika harga produk pertanian turun drastis
2. Pengendalian impor hasil pangan. Perlua adanya pembatasan impor dari negara lain agar Indonesia tidak tergantung dengan bangsa lain, dan lebih memprioritaskan hasil pangan dari petani lokal
3. Adanya subsidi pupuk dan benih atau bantuan benih gratis dari pemerintah sebagai wujud bantuan nyata terhadap para petani
4. Penyediaan pinjaman modal skala kecil maupun skala besar, agar lebih banyak masyarakat yang tertarik menjadi petani, dan petani merasa dimudahkan. Sehingga, produksi pangan dalam negeri terus meningkat
5. Akselerasi penerapan inovasi teknologi yang dapat membantu petani dalam mengolah hasil-hasil pertanian
6. Penyuluhan pertanian terhadap para petani untuk meningkatkan kualitas para petani lokal dalam mengolah hasil pertanian
7. Memperkenalkan dan mengelola agribisnis untuk meningkatkan nilai tambah dan daya saing hasil pertaniannya yang akhirnya mampu mengangkat kesejahteraan petani
8. Penghimbauan kepada masyarakat untuk membeli produk petani lokal daripada produk hasil impor
9. Peningkatan pengelolaan produk pasca panen dengan cara pengadaan koperasi pertanian di setiap daerah. Salah satu kunci peningkatkan kesejahteraan petani adalah dengan penguatan koperasi petani. Koperasi petani perlu ditingkatkan perannya sampai dengan tahap menghasilkan produk yang dapat digunakan langsung oleh konsumen. Petani tidak perlu memiliki sendiri sarana sarana pengolahan hasil pertanian, namun dapat diupayakan oleh koperasi. Jaringan pemasaran dan proses penjualan pun dapat dilakukan oleh koperasi petani sebagai badan usaha
10. Menciptakan informasi (berbasis sms maupun internet) untuk mengetahui informasi pasar komoditas pertanian, serta sistem informasi iklim dan cuaca untuk basis penentuan musim tanam yang dapat diakses petani. Hal ini sudah terbukti di beberapa negara seperti Mozanbik, Kenya, dan Uganda dan dapat meningkatkan produktifitas dan pendapatan petani.
Dengan optimalisasi 4 target sukses pembangunan pertanian dan melakukan segala upaya untuk merealisasikannya. Maka di masa yang akan datang, perekonomian Indonesia akan semakin kuat. Sesuai dengan visi Indonesia 2030 yang dicanangkan pemerintah, dimana Indonesia pada tahun 2030 akan menjadi negara maju dengan basis perekonomian dunia terkuat. Perekonomian Indonesia akan menjadi kekuatan nomor 1 di dunia pada tahun 2030 diikuti China, India, Amerika Serikat, dan Uni Eropa. Hal itu bisa terwujud dengan asumsi pertumbuhan ekonomi riil rata-rata Indonesia mencapai 7,62 % per tahun, dan laju inflasi 4,95 % per tahun. Dan untuk menyongsong visi Indoneisa 2030 dengan penguatan perekonomian Indonesia diawali dengan optimalisasi sektor pertaniannya.
Maka, marikita bersama-sama menyongsong perubahan besarbagibangsaini dengan adanya kerjasama dan kesinergian antar pihak yang terkait seperti petani, pemerintah, lembaga peneliti pertanian, ilmuwan, innovator serta kalangan akademik maupun swasta, sehingga dengan demikian diharapkan dengan hal tersebut dapat meningkatkan produksi pangan dan memenuhi kebutuhan pangan masyarakat Indonesia. Strategi dan upaya dari pemerintah secara optimal dengan dukungan dari berbagai pihak diharapkan mampu meningkatkan hasil produksi pangan, sehingga kebutuhan pangan terpenuhi yang pada akhirnya dapat meningkatkan ketahanan pangan nasional. Dengan 4 target sukses pembangunan pertanian yang telah dicanangkan pemerintah dan kemeterian pertanian, maka ketahanan pangan serta kemandirian pangan bangsa Indonesia akan dapat terwujud di masa yang akan datang. Maka dari itu, mari kita bersama-sama wujudkan pertanian Indonesia yang lebih maju dan berkualitas dengan mengoptimalkan sumber daya alam dan sumber daya manusia dalam bidang pertanian Indonesia. Songsong perubahan-perubahan besar bangsa Indonesia menuju visi Indonesia 2030.
Majulah pertanian Indonesia!
Daftar Pustaka
· Badan Pengawas Obat Dan Makanan Republik Indonesia. 1996. Undang-undang RI No.7 tahun 1996 tentang Pangan
· ejournal.umm.ac.id/index.php/…/66_umm_scientific_journal.doc diakses pada tanggal 25 April 2012 pukul 15.00WIB
· http://bkp.deptan.go.id
· http://dayintapinasthika.wordpress.com/2011/03/23/sektor-pertanian/ diakses tanggal 17 april 2012 pukul 13.00 WIB
· Lembaga Ketahanan Nasional RI. 2012. Term of Reference (TOR) Perumusan judul Essay BS. Kewaspadaan nasional dalam rangka PPRA XLVIII/2012
· Pokja Lemhannas RI BS. Kewaspadaan Nasional. 2012. Modul 1 Kewaspadaan Nasional Dari Era Ke Era Serta Hakikat Ancaman Yang Dihadapi.
· Suwarna, Budi. M. Yunus, Bankir Kaum Papa, Artikel Kompas tanggal 14 Oktober 2006

sumber:
http://ekonomi.kompasiana.com/agrobisnis/2013/12/21/optimalisasi-pertanian-menyongsong-perubahan-620443.html/25/12/2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar