Optimalisasi Pertanian Menyongsong Perubahan
Sektor
pertanian merupakan pilar utama pembangunan bangsa Indonesia. Hampir
seluruh kegiatan perekonomian Indonesia berpusat pada sektor pertanian, hal
tersebut dapat dilihat dalam pembentukan PDB, penerimaan devisa,
penyerapan tenaga kerja, penyediaan pangan, dan penyediaan bahan baku
industri. Kondisi geografis Indonesia yang terdiri dari ribuan pulau dari sabang sampai merauke baik
besar maupun kecil dengan wilayah daratan dan lautan yang begitu luas,
serta posisi silang Indonesia yang sangat strategis membawa implikasi
adanya kandungan sumber daya alam yang begitu berlimpah serta beraneka
ragam yang tersebar di seluruh wilayah nusantara. Dengan melihat kondisi
lingkungan geografis serta berkaca pada mata pencaharian masyarakat
Indonesia yang sebagian besar berprofesi sebagai petani, sudah barang
tentu hal tersebut menjadikan sektor pertanian sebagai sektor penting
dalam roda struktural perekonomian Indonesia. Seiring dengan
berkembangnya perekonomian bangsa Indonesia yang mencanangkan masa depan
perekonomian Indonesia menuju era industrialisasi, tentunya tetap
dipertimbangkan pula untuk memperkuat sektor pertanian.
Sektor
pertanian masih tetap akan berperan besar dalam pembangunan ekonomi
Indonesia. Belajar dari pengalaman masa lalu dan kondisi yang dihadapi
saat ini, sudah selayaknya sektor pertanian menjadi sektor unggulan
dalam menyusun strategi pembangunan nasional. Sektor pertanian haruslah diposisikan sebagai sektor andalan perekonomian nasional. Pola konsumsi
masyarakat atas berbagai produk pertanian yang semakin hari semakin
meningkat serta pertumbuhan penduduk Indonesia yang semakin meningkat
pula sampai-sampai telah mencapai 240 juta orang, sangat mempengaruhi
ketersediaan pangan dan pemenuhan kebutuhan pangan masyarakat Indonesia.
Hal tersebut mengharuskan seluruh elemen bangsa ini terutama para
petani terus berpacu untuk meningkatkan hasil pertanian untuk mencapai
ketahanan serta kemandirian pangan. Perlu adanya manjemen serta
kebijakan dari pemerintah untuk mengatur pola produksi pangan negeri.
Untuk
mencapai keberhasilan peningkatan pembangunan sektor pertanian
diperlukan adanya kerjasama antara berbagai kalangan yang berkecimpung
langsung dibidang pertanian baik itu dari pelaku pertanian dalam hal ini
petani, pemerintah, lembaga peneliti, ilmuwan, innovator, kalangan
akademik, maupun pihak swasta sebagai kalangan industri, dengan demikian diharapkan dengan hal tersebut dapat memecahkan masalah kebuntuan terhadap masalah pertanian yang dihadapi, sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan ketahanan pangan nasional.
Dalam
penyediaan lapangan kerja di Indonesia, sebenarnya sektor pertanian
mempunyai kontribusi sangat besar dan terbesar di antara sektor-sektor
yang ada, namun dari data BPS dalam waktu 10 tahun terakhir dimana telah
terjadi alih fungsi lahan sawah seluas 80.000 hektar per tahun menjadi lahan industri dan perumahan, sehingga hal tersebut menyebabkan berkurangnya lahan
pertanian. Walaupun kebutuhan pangan dalam negeri semakin hari semakin
meningkat, namun produksi pangan dalam negeri malah sering mengalami
fluktuasi akibat berbagai faktor yang ada, salah satunya ketersediaan
lahan yang semakin sempit akibat pembangunan perumahan dan industri yang
semakin merajalela. Hal inilah yang kemudian menyebabkan ketidak
seimbangan antara permintaan dan produksi pangan dalam negeri. Untuk
beberapa tanaman pangan seperti beras, jagung, kedelai, gandum, selisih
antara tingkat produksi dan konsumsi rata-rata mencapai 10 juta ton.
Kekurangan produksi ini ditutup dengan impor yang volumenya terus
meningkat tiap tahun, sehingga tingkat ketergantungan pangan Nasional
secara keseluruhan terhadap impor adalah 12,9%. Perubahan
iklim, harga pangan dunia yang fluktuatif, tingkat konversi lahan
pertanian ke non pertanian yang tinggi, insentif rendah bagi pelaku
usaha tani merupakan beberapa faktor yang menyebabkan masalah
ketersediaan pangan tak kunjung selesai. Dan
jika hal ini dibiarkan, maka bangsa kita akan mengalami krisis pangan,
dan menyebabkan tidak terpenuhinya kebutuhan pangan masyarakat
Indonesia.
Maka
pemerintah harus segera melakukan upaya-upaya pencegahan agar krisis
pangan tidak terjadi di Indonesia. Seperti yang telah dicanangkan meteri
pertanian tahun 2010-2014 tentang target sukses pembangunan nasional
merupakan salah satu upaya yang dilakukan pemerintah dalam mencegah
krisis pangan dalam negeri.
Mengacu
pada 4 target pembangunan pertanian yang dicanangkan oleh pemerintah
terutama kementerian pertanian, perlu adanya upaya-upaya khusus untuk
mencapai hal tersebut. Berikut ulasan dan upaya mewujudkan 4 target
pembangunan pertanian:
· Pencapaian swasembada dan swasembada berkelanjutan
Swasembada pangan memiliki arti bahwasanya
kita mampu untuk mengadakan sendiri kebutuhan pangan dengan
bermacam-macam kegiatan yang dapat menghasilkan kebutuhan yang sesuai
diperlukan masyarakat Indonesia dengan kemampuan yang dimiliki dan pengetauhan lebih yang dapat menjalankan kegiatan ekonomi tersebut terutama di bidang kebutuhan pangan. Kita
tahu bahwasanya saat ini Indonesia masih tegantung pada impor pangan
dari negara lain. Seperti makanan pokok bangsa kita yaitu beras, yang
mana saat ini indonesia masih mengimpor beras dari Thailand. Tidak hanya
beras, ada lima komoditas pokok yang sampai sekarang bangsa kita masih
mengandalkan impor dari negara lain, yaitu padi, jagung, kedelai, gula,
dan daging. Indonesia saat ini belum mampu untuk mencukupi kebutuhan
pangan masyarakatnya sendiri. Lantas, mau sampai kapan bangsa kita
bergantung bangsa lain? Mau tidak mau bagsa ini harus segera memenuhi
ketahanan dan kemandirian pangan demi peningkatan kesejahteraan bangsa. Dalam memenuhi swasembada pangan, Indonesia masih membutuhkan lahan sekitar 3 juta Hektar.
Target produksi padi (GKG) pada 2014 adalah 75 juta ton dari 64 juta
ton sekarang. Jagung dari 17 juta ton menjadi 29 juta ton, kedelai pada
2014 ditargetkan 2,7 juta ton. Begitu industri gula sekarang baru 2,3
juta ton ditargetkan naik menjadi 3,6 juta ton pada tahun 2014. Ada beberapa upaya yang sebenarnya dapat dicanangkan pemerintah untuk mencapai swasembada dan ketahanan pangan Indonesia:
1. Mempersiapkan pertanian dalam negeri yang unggul dan menekan angaka impor
2. Peningkatan
produktifitas lahan dimana sekarang banyak lahan yang tidak produktif
dan makin luasnya lahan industri sehingga menjadikan lahan pertanian
semakin sempit
3. Pengelolaan
sumber daya genetik dan teknologi pembenihan untuk menghasilkan
varietas unggul dan dapat menghasilkan produk pertanian dengan jumlah
yang banyak. Menurut hasil riset, saat ini dalam
hal varietas tanaman pangan, tidak kurang dari 244 varietas padi, 54
varietas jagung, dan 58 varietas kedelai telah dihasilkan. Sampai saat
ini tingkat adopsi petani terhadap varietas unggul spesifik lokasi telah
mencapai 90% untuk padi, 45% untuk jagung, dan 80% untuk kedelai. Hal seperti inilah yang perlu dikembangkan secara terus menerus
4. Melakukan rehabilitasi dan perluasan jaringan irigasi demi hasil pertanian yang maksimal
5. Menyisihkan lahan kosong disetiap provinsi di Indonesia untuk lahan pertanian
6. Membatasi proyek-proyek besar yang dapat mempersempit lahan pertanian
· Peningkatan difersifikasi pangan
Saat
ini sebagian besar masyarakat Indonesia menjadikan beras sebagai bahan
pokok makanan. Akibatnya permintaan masyarakat terhadap ketersediaan
beras semakin hari semakin meningkat. Padahal masih banyak bahan pangan
lain yang memiliki kandungan karbohidrat yang sama dengan beras seperti
singkong, gandum, ubi, sagu, dan masih banyak lagi. Maka dari itu, untuk
menanggulangi masalah tersebut perlu adanya variasi makanan agar bangsa
ini tidak selalu tergantung terhadap ketersediaan beras. Juga sebagai
langkah kongkret dalam meningkatkan mutu gizi dalam masyarakat secara kualitas maupun kuantitas. Karena dari
segi fisiologis, manusia untuk dapat hidup aktif dan sehat memerlukan
lebih 40 jenis zat gizi yang terdapat pada berbagai jenis makanan, tidak hanya satu jenis makanan saja. Beberapa upaya yang bisa dilakukan untuk meningkatkan difersifikasi pangan adalah:
1. Adanya
sosialisasi ragam menu makanan pokok secara intensif di setiap wilayah
dan menjadi program pokok di setiap pemerintah daerah
2. Mengganti
program pemerintah dalam hal swasembada beras dengan program swasembada
pangan, karena swasembada pangan tidak mengacu pada satu komoditas
makanan saja, namun beragam komoditas makanan yang ada
3. Lebih memanfaatkan potensi pangan lokal dan keanekaragamannya. Seperti pengembangan pangan karbohidrat khas Nusantara spesifik lokasi seperti sukun, talas, garut, sagu, jagung dan lain-lain
4. Mencanangkan
program produk pangan unggulan di setiap wilayah, dengan melihat
kecocokan dan ketersediaan lahan di setiap daerah, jadi setiap daerahnya
memiliki poroduk pangan unggulannya masing-masing. Misalnya, jawa
tengah sebagai penghasil utama singkong, kemudia kalimantan timur
sebagai penghasil utama gandum, dan seterusnya. Sehingga, jika
diakumulasikan seluruh Indonesia akan menghasilkan difersifikasi pangan
yang begitu beragam.
· Peningkatan nilai tambah, daya saing, dan ekspor
Di
era globalisasi, faktor daya saing memegang peranan kunci. Laju
globalisasi bakal menggusur mereka yang lemah dan menguntungkan mereka
yang perkasa. Terkait hal tersebut, ramai diperbincangkan soal daya
saing Indonesia. Hal itu terlihat dari melemahnya kinerja ekspor kita
pada tahun lalu. Bahkan, neraca perdagangan kita mengalami defisit. Hal
itu terjadi karena ekspor kita menurun,
sementara produk impor terus membanjiri pasar dalam negeri. Ekspor
turun 4,6 persen, sedangkan impor membengkak 9,92 persen. Data terbaru
statistik perekonomian Indonesia menunjukkan pertumbuhan produk domestik
bruto (PDB) tahunan juga melambat menjadi 5,8 persen pada kuartal
II-2013. Ini merupakan catatan pertumbuhan terlambat selama hampir tiga
tahun terakhir. Saat
ini, daya saing produk lokal kalah dengan produk impor yang memiliki
kualitas bagus dan harga yang terjangkau. Masyarakat cenderung membeli
produk pangan impor yang bagus dan terjangkau daripada membeli hasil
produk dalam negeri yang belum tentu baik dari segi kualitas dan juga
mahal. Akibatnya, petanilah yang menjadi korban dari semua itu. Itu
artinya, perlu adanya peningkatan mutu produk pangan agar dapat bersaing
dengan produk-produk impor luar negeri. Begitu pula hasil ekspor
indonesia ke negara lain dimana saat ini baru 20% produk ekspor bangsa
Indonesia yang berbentuk bahan olahan, sisanya masih berbentuk bahan
mentah yang belum terolah. Hal ini dapat menjadikan petani yang susah
payah menanamnya tidak bisa menikmati nilai tambah dari produk tersebut.
Padahal jika bisa diolah dengan baik sebelum dijual maupun di ekspor ke
negara lain, akan memberikan keuntungan yang lebih bagi para petani
lokal. Misalnya, beras akan memiliki harga jual yang lebih apabila sudah
dalam bentuk kemasan rapi daripada masih dalam bentuk beras dalam
karung. Sebenarnya para petani lokal tau akan hal tersebut, namun mereka
terkendala keterbatasan sarana, keterbatasan modal, keterbatasan jaringan pemasaran, serta keterbatasan kemampuan manajemen. Upaya-upaya yang bisa dilakukan sebagai jalan keluar dari permasalahan tersebut adalah:
1. Penataan
ulang strategi pembangunan ekonomi dengan titik berat meningkatkan daya
saing global sehingga bisa lebih bertahan ketika muncul guncangan dari
eksternal dan internal
2. Penyediaan infrastuktur yang memadai dari pemerintah untuk peningkatan mutu produk pangan dalam negeri
3. Belajar pada Australia dan brazil,
negara eksportir sumber daya alam (SDA). Sebelumnya, Australia dan
Brasil sangat bergantung pada ekspor SDA ke China di saat negara ekonomi
terbesar kedua di dunia itu mengalami masa keemasan, yakni pertumbuhan
PDB dua digit. Namun, kedua negara itu kini mulai mengubah strategi
pembangunan ekonomi dengan mengurangi kebergantungan pada sektor ekspor
komoditas SDA.
4. Kebijakan hilirisasi dan pengembangan industri dalam negeri
5. Peningkatan efektifitas kerjasama internasional yang lebih menguntungkan produktifitas pangan dalam negeri
· Peningkatan kesejahteraan petani
Petani
merupakan pelaku utama dalam sistem pertanian Indonesia. Petanilah yang
memiliki peran penting, karena merekalah yang menjadi eksekutor
langsung dalam semua jenis pertanian. Tanpa adanya petani, maka
Indonesia akan mengalami krisis pangan berkepanjangan. Menurut data BPS pada Februari 2009, prosentase angkatan kerja yang bekerja di sektor pertanian jumlahnya mencapai 42,1%. Namun
amat disayangkan dimana sekarang kesejahteraan petani mulai diabaikan.
Angka kemiskinan dikalangan petani begitu tinggi. Saat ini, rata-rata
kepemilikan lahan petani kecil di Indonesia hanya 0,33 hektare. Pada
2050, luas lahan ini diperkirakan akan semakin turun menjadi 0,18
hektare. Dengan semakin sempitnya luas lahan yang dimiliki para petani,
maka makin sulit pula dalam meningkatkan kesejahteraan petani. Oleh karena itu, perlu adanya upaya untuk meningkatkan kesejahteraan petani, diantaranya:
1. Penstabilan harga-harga barang pangan agar petani tidak dirugikan ketika harga produk pertanian turun drastis
2. Pengendalian
impor hasil pangan. Perlua adanya pembatasan impor dari negara lain
agar Indonesia tidak tergantung dengan bangsa lain, dan lebih
memprioritaskan hasil pangan dari petani lokal
3. Adanya subsidi pupuk dan benih atau bantuan benih gratis dari pemerintah sebagai wujud bantuan nyata terhadap para petani
4. Penyediaan
pinjaman modal skala kecil maupun skala besar, agar lebih banyak
masyarakat yang tertarik menjadi petani, dan petani merasa dimudahkan.
Sehingga, produksi pangan dalam negeri terus meningkat
5. Akselerasi penerapan inovasi teknologi yang dapat membantu petani dalam mengolah hasil-hasil pertanian
6. Penyuluhan pertanian terhadap para petani untuk meningkatkan kualitas para petani lokal dalam mengolah hasil pertanian
7. Memperkenalkan
dan mengelola agribisnis untuk meningkatkan nilai tambah dan daya saing
hasil pertaniannya yang akhirnya mampu mengangkat kesejahteraan petani
8. Penghimbauan kepada masyarakat untuk membeli produk petani lokal daripada produk hasil impor
9. Peningkatan pengelolaan produk pasca panen dengan cara pengadaan koperasi pertanian di setiap daerah. Salah
satu kunci peningkatkan kesejahteraan petani adalah dengan penguatan
koperasi petani. Koperasi petani perlu ditingkatkan perannya sampai
dengan tahap menghasilkan produk yang dapat digunakan langsung oleh
konsumen. Petani
tidak perlu memiliki sendiri sarana sarana pengolahan hasil pertanian,
namun dapat diupayakan oleh koperasi. Jaringan pemasaran dan proses
penjualan pun dapat dilakukan oleh koperasi petani sebagai badan usaha
10. Menciptakan
informasi (berbasis sms maupun internet) untuk mengetahui informasi
pasar komoditas pertanian, serta sistem informasi iklim dan cuaca untuk
basis penentuan musim tanam yang dapat diakses petani. Hal ini sudah
terbukti di beberapa negara seperti Mozanbik, Kenya, dan Uganda dan
dapat meningkatkan produktifitas dan pendapatan petani.
Dengan
optimalisasi 4 target sukses pembangunan pertanian dan melakukan segala
upaya untuk merealisasikannya. Maka di masa yang akan datang,
perekonomian Indonesia akan semakin kuat. Sesuai dengan visi Indonesia
2030 yang dicanangkan pemerintah, dimana Indonesia pada tahun 2030 akan
menjadi negara maju dengan basis perekonomian dunia terkuat. Perekonomian Indonesia akan menjadi kekuatan nomor 1 di dunia pada tahun 2030 diikuti China, India, Amerika Serikat, dan Uni Eropa. Hal itu bisa terwujud dengan asumsi pertumbuhan ekonomi riil rata-rata Indonesia mencapai 7,62 % per tahun, dan laju inflasi 4,95 % per tahun.
Dan untuk menyongsong visi Indoneisa 2030 dengan penguatan perekonomian
Indonesia diawali dengan optimalisasi sektor pertaniannya.
Maka, marikita bersama-sama menyongsong perubahan besarbagibangsaini dengan adanya kerjasama dan kesinergian antar
pihak yang terkait seperti petani, pemerintah, lembaga peneliti
pertanian, ilmuwan, innovator serta kalangan akademik maupun swasta, sehingga
dengan demikian diharapkan dengan hal tersebut dapat meningkatkan
produksi pangan dan memenuhi kebutuhan pangan masyarakat Indonesia. Strategi dan upaya dari pemerintah secara optimal dengan dukungan dari berbagai pihak diharapkan mampu meningkatkan hasil produksi pangan, sehingga kebutuhan pangan terpenuhi yang pada akhirnya dapat meningkatkan ketahanan pangan nasional.
Dengan 4 target sukses pembangunan pertanian yang telah dicanangkan
pemerintah dan kemeterian pertanian, maka ketahanan pangan serta
kemandirian pangan bangsa Indonesia akan dapat terwujud di masa yang
akan datang. Maka dari itu, mari kita bersama-sama wujudkan pertanian
Indonesia yang lebih maju dan berkualitas dengan mengoptimalkan sumber
daya alam dan sumber daya manusia dalam bidang pertanian Indonesia.
Songsong perubahan-perubahan besar bangsa Indonesia menuju visi
Indonesia 2030.
Majulah pertanian Indonesia!
Daftar Pustaka
· Badan Pengawas Obat Dan Makanan Republik Indonesia. 1996. Undang-undang RI No.7 tahun 1996 tentang Pangan
· ejournal.umm.ac.id/index.php/…/66_umm_scientific_journal.doc diakses pada tanggal 25 April 2012 pukul 15.00WIB
· http://bkp.deptan.go.id
· http://www.scribd.com/alfulaila/d/52682605/17-Boks-1-1-Permasalahan-Mendasar-Sektor-Pertania diakses tanggal 17 April 2012 pukul 14.00 WIB
· http://dayintapinasthika.wordpress.com/2011/03/23/sektor-pertanian/ diakses tanggal 17 april 2012 pukul 13.00 WIB
· http://www.tabanankab.go.id/potensi-daerah/pertanian/362-permasalahan-dan-langkah-pemecahan-dalam-bidang-pertanian diakses tanggal 17 April 2012
· Lembaga
Ketahanan Nasional RI. 2012. Term of Reference (TOR) Perumusan judul
Essay BS. Kewaspadaan nasional dalam rangka PPRA XLVIII/2012
· Pokja
Lemhannas RI BS. Kewaspadaan Nasional. 2012. Modul 1 Kewaspadaan
Nasional Dari Era Ke Era Serta Hakikat Ancaman Yang Dihadapi.
· Suwarna, Budi. M. Yunus, Bankir Kaum Papa, Artikel Kompas tanggal 14 Oktober 2006
sumber:
http://ekonomi.kompasiana.com/agrobisnis/2013/12/21/optimalisasi-pertanian-menyongsong-perubahan-620443.html/25/12/2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar