2014, Ayo Berwirausaha!
Wirausaha semakin menjadi primadona dan cita-cita banyak orang seiring dengan ketatnya persaingan di dunia kerja. Ya, menciptakan lapangan kerja sendiri melalui wirausaha sesungguhnya merupakan langkah mulia, selain sebagai sumber pendapatan sendiri, juga memberikan mata pencaharian bagi orang lain.
Kini, tak terbilang jumlah wirausahawan di Indonesia. Banyak yang sudah sukses, banyak yang masih berjuang dan ada pula yang belum apa-apa sudah merasa ingin menyerah. Ternyata berwirausaha tak semulus bayangan orang, meski juga tak sesulit yang dibayangkan sebagian orang. Ya, ngapain selalu ‘membayangkan’ untuk berwirausaha, orang yang gamang berwirausaha pasti bingung sendiri, takut berlebihan atau terlalu ribet dengan berbagai perhitungan.
Namun, bagi mereka yang jeli melihat peluang dan berani menerima tantangan, berwirausaha bukan hal yang menakutkan, justru mengasyikkan. Tengoklah di penghujung tahun 2013 ini, seperti halnya momen menjelang pergantian kalender di tahun-tahun sebelumnya, bermunculan pedagang-pedagang terompet menawarkan dagangannya.
Kreatifitas Menjadi Kunci
Jangan pernah sepelekan jenis usaha ini. Mungkin mereka terlihat biasa saja dengan berjualan di pinggir jalan, atau dengan menggenjot sepeda atau malah mendorong gerobak sebagai lapaknya. Tapi sesungguhnya mereka adalah orang-orang luar biasa.
Bagi yang membuat atau memproduksi aneka ragam terompet, kreatifitas adalah kunci utama. Jika model terompet hanya begitu-begitu saja, mungkin orang tak akan tertarik membeli. Maka dibutuhkan sentuhan tangan kreatif untuk membuat aneka bentuk terompet seperti bentuk naga, keong, ular, bebek dan aneka warna-warni topi kerucut untuk menyemarakkan momen pergantian tahun.
Bagi yang sekedar mengambil dari perajin dan menjualnya secara asongan, dibutuhkan juga kreatifitas dan keuletan untuk bisa menjual terompet sampai habis sebelum tahun berganti. Ya, jenis dagangan ini sangat unik, bisa sangat laris terjual sebelum malam pergantian tahun pada 31 Desember malam. Dan beresiko tidak akan laku setelah melewati pukul 00.00 yang menandakan bahwa tahun telah berganti. Apalagi jika malam tahun baru diwarnai hujan, tentu butuh kiat-kiat tertentu untuk bisa menghabiskan terompet-terompet tersebut. Sungguh sebuah usaha yang menantang.
“Dengan usaha ini tiga anak saya bisa sekolah,” demikian ucapan seorang perajin dan pedagang terompet yang masih terngiang di telinga saya ketika dua tahun lalu kami berbincang.
Luar biasa. Orang-orang yang berkecimpung di usaha terompet ini seolah tak pernah kapok dari tahun ke tahun menggeluti usaha ini. Keuntungan besar pastinya hanya bisa diperoleh dengan kreatifitas dan kerja keras.
Menyelami Bisnis Basah
Salah satu bentuk kreatifitas usaha, saya temukan pula saat saya sejenak berkunjung ke obyek wisata Pantai Glagah, Kulonprogo, beberapa waktu lalu. Beberapa orang di sana jeli melihat peluang membuat area kolam renang anak yang aman sekaligus membuka penyewaan kamar mandi dan toilet. Inilah jenis bisnis basah yang benar-benar basah.
Salah satu penyedia jasa kolam rengan dan kamar mandi terlihat unik dengan memasang daftar tarif yang bisa memancing senyum orang yang membacanya. Tarif untuk renang di kolam buatan itu hanya tiga ribu rupiah. Sedangkan untuk bilas dikenakan tarif dua ribu rupiah, mandi dua ribu rupiah, buang air kecil seribu rupiah dan ganti baju seribu rupiah. Jika anda mengecer untuk tiap jasa tentu saja tarifnya harus sesuai dengan daftar tersebut. Tapi tenang saja, kan ada paket lima ribu rupiah untuk renang plus kegiatan bilas, mandi dan sebagainya di kamar mandi. Wah, benar-benar kreatifitas unik untuk bersaing dengan jasa serupa yang berdekatan lokasinya.
Dari usaha yang terkesan biasa itu, ternyata bisa membuka lapangan kerja untuk beberapa orang lainnya, seperti petugas pembersih kolam renang, penjaga toilet dan ada yang menjual peralatan mandi seperti sabun mandi dan shampo.
Belajar dari Perjuangan Penjual Es Keliling
Kendala berwirausaha yang terbesar adalah pada diri sendiri. Tanpa kemauan kuat dan tekad besar bisa saja seseorang akan gagal sebelum mencoba. Begitu juga rasa malu dan gengsi bagi sebagian orang untuk menekuni jenis usaha tertentu. Hmm, mau maju kok malu ya?
Perjumpaan saya dengan seorang penjual es krim keliling di pelosok Sulawesi Tenggara, tepatnya di Bombana, menyadarkan saya tentang arti perjuangan hidup dan kemauan keras untuk berusaha. Bermula dari iseng menanyakan plat nomor motornya yang memakai kode “DD” bukannya “DT” yang lazim dipakai kendaraan di Sulawesi Tenggara. Pria itu menjawab bahwa ia memang berasal dari daerah Bulukumba di Sulawesi Selatan.
Butuh waktu tiga hari baginya menuju Bombana dengan mengendarai motor, karena diperlukan juga perjalanan laut naik kapal kayu dan singgah bermalam di Kabupaten Kolaka yang jaraknya masih beratus kilo meter lagi ke arah Bombana.
Ia menjadi satu-satunya penjual es krim keliling di ibu kota Kabupaten Bombana dan tiap hari dagangannya selalu habis diserbu anak-anak sekolah hingga pegawai kantoran. Ia mematok harga seribu rupiah untuk satu es krim.
“Mereka suka dengan kerupuknya,” tutur pria itu.
Kini di Bombana dia sudah mulai memiliki rumah walau sederhana dan membangunnya sedikit demi sedikit. Rumah tempat ia tinggal dan juga tempat ia memproduksi sendiri es krim beserta kerupuknya yang terasa unik di lidah. Padahal ia mengaku belum pernah mengunjungi daerah tersebut sebelumnya. Inilah buah manis dari tekad dan kerja kerasnya.
Ayo Make it Real!
Mencerna kembali kisah-kisah para pelaku wirausaha, dan berbincang langsung dengan mereka, seolah membangkitkan semangat untuk menapak sukses mereka. Pengalaman mereka yang luar biasa bisa menjadi pelajaran berharga bagi siapapun.
Mereka adalah orang-orang yang sudah menjadikan sesuatu menjadi nyata, Make it Real, seperti halnya slogan Kratingdaeng. Mengubah sesuatu hal yang biasa menjadi luar biasa. Anda tidak bisa mencap seseorang penjual asongan itu adalah seorang yang susah dan tidak berdaya, cobalah berbincang sejenak dengan mereka jika ada kesempatan. Bisa jadi mereka adalah orang-orang luar biasa yang sudah nyaman dengan cara mereka mendapatkan nafkah.
Mungkin saya dan banyak lagi orang-orang memiliki ketertarikan berbisnis dan bercita-cita melakukan wirausaha, tetapi sering terkendala oleh sebab-sebab dari diri sendiri. Terlalu banyak ide tanpa realisasi, terlalu banyak rencana tanpa pelaksanaan, dan terlalu banyak ini-itu yang akhirnya gagal terwujud. Calon wirausawahan itu banyak di negeri ini. Tapi para calon itu masih terkungkung dalam label “calon” meski sudah bolak-balik ikut seminar kewirausahaan, dan bolak-balik mendapat sentuhan motivator.
Beberapa jam lagi tahun 2013 akan berakhir. Keburu tahun habis, mungkin tak sedikit yang belum sempat merealisasikan mimpinya menjadi wirausahawan sukses. Memang mimpi kesuksesan itu tak semudah meniup api pada lilin yang menyala. Butuh proses panjang dari mulai niat, tekad, kreatifitas dan kerja keras mengubah sesuatu yang biasa menjadi luar biasa.
Tahun 2014 sudah di ambang pintu, setiap orang punya resolusi, setiap orang punya cita-cita, dan keinginan saya memiliki usaha sendiri yang sukses seharusnya bisa mulai terwujud ketika saat jari-jari saya mengetikkan kata-kata dalam artikel ini, semangat saya ikut membuncah sedikit demi sedikit. Make it Real, mewujudkan mimpi dan ide menjadi nyata. Itulah yang harus saya lakukan saat sinar matahari mulai menyinari tahun 2014.
Selamat tahun baru 2014. Salam sukses.
sumber: http://ekonomi.kompasiana.com/wirausaha/2013/12/31/2014-ayo-berwirausaha-624162.html/unduh/31/2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar