Senin, 23 Desember 2013

catatan2

Kesempatan & Penasaran

 

Heran, aku juga heran dan selalu saja mengherankan ketika menemui seseorang dengan pemikiran terbalik.
“ada yang merasa cukup justru saat kesempatan itu terbuka lebar-lebar. dia dengan ringannya bermain-main dengan kesempatan. sementara ada juga yg sudah belasan tahun mempertanyakan makna kesempatan karena merasa tidak pernah punya kesempatan”
Gini ceritanya .
Dia seorang pemuda, punya kesempatan menyelam lebih lama menikmati pemandangan bawah laut. tapi menurutnya dia hanya butuh 30 menit, karena terlalu lama berada dibawah sana akan semakin hambar kenangannya, hilang rasa spesialnya. baginya jauh lebih menyenangkan menyimpan sepotong kejadian yang hanya selintas terjadi. katanya hal itu akan membuat penasaran saat mengenangnya. dibandingkan merekam kejadian dengan kamera atau foto yang bisa dilihat berkali-kali. tidak ada celah untuk membayangkan kenangan itu lagi.
Herran…bukannya sebaliknya??? merekam jejak justru lebih mudah membangkitkan kenangan??? aiiishh tidak sepakat.
Yang lebih ekstrimnya lagi.
Pemuda ini juga pernah melakukan pendakian ke gunung Jayawijaya (4.884 mdpl), Papua. Dia butuh sekitar 6 bulan mempersiapakan pendakiannya menuju puncak gunung itu. perjalanan yang panjang, pendakian yang melelahkan. hanya tinggal 100 m lagi dari puncak tertinggi yang bersalju, dan hanya butuh sekitar 15 menit lagi namun dia memutuskan untuk TURUN. benar-benar tidak masuk akal, hanya 100 m lagi…lantas buat apa seluruh perjalanan itu kalau saat satu lemparan batu lagi tiba dipuncaknya justru membatalkannya. katanya, aku bisa saja berfoto dipuncak dan pulang membawa kebanggaan dan mengatakan pada semua orang bahwa aku pernah menaklukkan puncak Jayawijaya. tapi buat apa?? justru semua itu lebih menyenangkan saat dikenang bahwa aku pernah punya kesempatan menjejak puncak, dan mudah skali menyelesaikan sepotong sisanya, tapi aku memutuskan untuk CUKUP. memutuskan kembali. memutuskan hanya mereka-reka seperti apa rasanya saat tiba dipuncak. percaya atau tidak membayangkan seperti apa hebatnya perasaan itu akan jauh lebih hebat dibandingkkan kalau kau benar-benar tiba disana.
Herran..bukankah itu kebodohan yg amat sangat?? bodoh..bodoh..kita tidak hidup dengan membayangkan.
Bagaimana menurutmu kawan?? terutama para penikmat perjalanan, penyuka ketinggian puncak dan pecandu kemewahan bawah laut yg indah. Apakah sepantasnya pemuda ini kita katakan bodoh atau gimana? Puncak ini merupakan obsesi setiap orang apalagi bersalju yang mungkin kita Negara yang beriklim tropis susah mendapatkan suasana seperti itu. Apalagi untuk saya yang kecanduan sama puncak yang sering gagal sampai ke puncak karena kondisi badan yang tidak memungkinkan lagi untuk melanjutkan lagi perjalanan tapi ini tidak ada alasan yang rasional. Heran….
Seandainya pemuda itu adalah saya mungkin kesempatan itu tidak akan saya sia-siakan. Tapi aahh sudahlah….
Memang setiap logika pemikiran berbeda, dan masing-masing memiliki kebenarannya sendiri, apa yg dialami pemuda tadi adalah keinginan vs kebutuhan, dan 1 hall lgi sesuatu yg tidak selesai kadang-kadang memiliki sensasi trsendiri.. membangkitkan rasa penasaran, dan seorang petualang adalah org yang selalu Penasaran he he he..
Saya selalu meyakini bahwa salah satu sumber kekuatan, energi dan motivasi yg tak terbatas selain KETAKUTAN (sering lebih besar dari HARAPAN) adalah PENASARAN. Sampai-sampai ada yang mati pun tetap penasaran…. hahahaha
Semoga ada kesempatan untuk kesana karena kita tahu bahwa gunung tak berpindah kemana-mana, laut tak akan mengering. namun kata “masih ada kesempatan” untuk mngunjunginya.

sumber:
http://hiburan.kompasiana.com/humor/2013/12/17/kesempatan-penasaran-619250.html/unduh/23/12/2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar