Rabu, 25 Desember 2013

CATATAN2

Makin Tinggi Pendapatan, Makin Bijak Berpendapat

 

Sebagian besar dari kita pasti pernah mengalami perbedaan pendapat, baik dengan teman sekolah, guru, teman kuliah, dosen, teman kantor (atasan dan bawahan), kerabat, pacar bahkan dengan pasangan (suami/istri). Di kompasiana sendiri, perbedaan pendapat dan perdebatan seru adalah pemandangan sehari-hari, bukan karena sengaja diciptakan, tapi karena kompasiana terdisri dari ratusan ribu member yang mempunyai posisi sejajar, tidak ada superior atau inferior, jadi masing-masing member bebas mengutarakan pendapatnya, admin hanya menjadi penonton dengan pisau kebijakannya yang siat membunuh akun kompasianer yang ‘out of control’ dalam berpendapat sehingga melanggar term and condition (tac).
Saat perbedaan pendapat terjadi, maka debat seru tak terhindarkan, masing-masing pihak ingin mempertahankan pendapatnya. Hanya orang ‘autis’ atau orang pingsan atau tidur yang tidak mau berdebat untuk mempertahankan pendapatnya.
Namun yang harus diingat dan diperhatikan, perdebatan yang hangat, bahkan panas, tidak boleh membuat putus tali silaturahmi. Ikatan pertemanan atau persaudaraan tetap harus terjalin erat, seperti sebelum timbulnya perbedaan pendapat dan perdebatan panas tersebut, bahkan sangat disarankan, ikatan pertemanan atau persaudaraan justru semakin dekat dan erat, karena masing-masing pihak makin mengenal karakter lawan debatnya, dari yang sebelumnya diam tersembunyi, lalu keluar terekspos dalam debat. Maka menjadi pas apa yang dikatakan pepatah ‘tak kenal maka tak sayang.’
Perdebatan seru bahkan panas hendaknya fokus ke satu isu tertentu, tidak bergeser ke isu yang lain, misal menyerang pribadi lawan debat (misal : mengatakan bahwa lawan debatnya psikopat, egois, buta mata hati, sombong dll), dan apabila perdebatan sudah selesai, baik karena sudah sepakat dengan pendapat salah satu pihak, atau sepakat untuk tidak sepakat dengan pendapat masing-masing pihak, atau karena sebab lain (misal bosan dan cape berdebat, gagal paham, sesat pikir dll), hendaknya menjadikan kita lebih berpengetahuan, arif dan bijaksana dalam memandang suatu permasalahan, sehingga sudut pandang kita atas suatu permasalahan menjadi lebih luas, tidak sempit seperti sebelum debat. Karena ternyata, atas suatu permasalahan, orang lain bisa melihat dari sudut pandang yang beda.
Oh iya, teman saya Ruhut mengatakan “Perbedaan sudut pandang dalam pendapat, katanya dipengaruhi juga oleh pendapatan seseorang, makin tinggi tingkat pendidikan, tingkat pergaulan, kemapanan seseorang akan mempengaruhi sudut pandangnya dalam berpendapat dan memandang suatu permasalahan atau isu.”
Saya tidak menyangkal pendapat Ruhut ini, karena saya mendapati kebenaran dari pendapat ini. Dengan tingkat pendidikan dan kemapanan yang saya punya, terbukti sudut pandang saya dalam memandang suatu permasalahan lebih luas dan lebih komprehensif dibanding saat saya masih SMA dulu. Bahkan seorang sohib dekat, dosen Psikologi di Universitas Hasanuddin Makasar, secara terus terang mengatakan “saya salut dengan pakde, bisa dan sering berpikir LATERAL (out of box) dalam menyikapi suatu isu. Saya yakin ini ada pengaruhnya dengan anugerah Tuhan pada diri pakde, yaitu ganteng, pintar dan mapan.”
Saya hanya menjawab singkat judgment dari sohib dekat saya tersebut “Amin.”

Selamat malam Indonesia

sumber:
 http://media.kompasiana.com/new-media/2013/12/25/makin-tinggi-pendapatan-makin-bijak-berpendapat-619660.html/unduh/26/12/2013


Tidak ada komentar:

Posting Komentar