Makin Tinggi Pendapatan, Makin Bijak Berpendapat
Sebagian besar dari kita pasti pernah mengalami perbedaan pendapat,
baik dengan teman sekolah, guru, teman kuliah, dosen, teman kantor
(atasan dan bawahan), kerabat, pacar bahkan dengan pasangan
(suami/istri). Di kompasiana sendiri, perbedaan pendapat dan perdebatan
seru adalah pemandangan sehari-hari, bukan karena sengaja diciptakan,
tapi karena kompasiana terdisri dari ratusan ribu member yang mempunyai
posisi sejajar, tidak ada superior atau inferior, jadi masing-masing
member bebas mengutarakan pendapatnya, admin hanya menjadi penonton
dengan pisau kebijakannya yang siat membunuh akun kompasianer yang ‘out
of control’ dalam berpendapat sehingga melanggar term and condition
(tac).
Saat perbedaan pendapat terjadi, maka debat seru tak terhindarkan,
masing-masing pihak ingin mempertahankan pendapatnya. Hanya orang
‘autis’ atau orang pingsan atau tidur yang tidak mau berdebat untuk
mempertahankan pendapatnya.
Namun yang harus diingat dan diperhatikan, perdebatan yang hangat,
bahkan panas, tidak boleh membuat putus tali silaturahmi. Ikatan
pertemanan atau persaudaraan tetap harus terjalin erat, seperti sebelum
timbulnya perbedaan pendapat dan perdebatan panas tersebut, bahkan
sangat disarankan, ikatan pertemanan atau persaudaraan justru semakin
dekat dan erat, karena masing-masing pihak makin mengenal karakter lawan
debatnya, dari yang sebelumnya diam tersembunyi, lalu keluar terekspos
dalam debat. Maka menjadi pas apa yang dikatakan pepatah ‘tak kenal maka
tak sayang.’
Perdebatan seru bahkan panas hendaknya fokus ke satu isu tertentu, tidak
bergeser ke isu yang lain, misal menyerang pribadi lawan debat (misal :
mengatakan bahwa lawan debatnya psikopat, egois, buta mata hati,
sombong dll), dan apabila perdebatan sudah selesai, baik karena sudah
sepakat dengan pendapat salah satu pihak, atau sepakat untuk tidak
sepakat dengan pendapat masing-masing pihak, atau karena sebab lain
(misal bosan dan cape berdebat, gagal paham, sesat pikir dll), hendaknya
menjadikan kita lebih berpengetahuan, arif dan bijaksana dalam
memandang suatu permasalahan, sehingga sudut pandang kita atas suatu
permasalahan menjadi lebih luas, tidak sempit seperti sebelum debat.
Karena ternyata, atas suatu permasalahan, orang lain bisa melihat dari
sudut pandang yang beda.
Oh iya, teman saya Ruhut mengatakan “Perbedaan sudut pandang dalam
pendapat, katanya dipengaruhi juga oleh pendapatan seseorang, makin
tinggi tingkat pendidikan, tingkat pergaulan, kemapanan seseorang akan
mempengaruhi sudut pandangnya dalam berpendapat dan memandang suatu
permasalahan atau isu.”
Saya tidak menyangkal pendapat Ruhut ini, karena saya mendapati
kebenaran dari pendapat ini. Dengan tingkat pendidikan dan kemapanan
yang saya punya, terbukti sudut pandang saya dalam memandang suatu
permasalahan lebih luas dan lebih komprehensif dibanding saat saya masih
SMA dulu. Bahkan seorang sohib dekat, dosen Psikologi di Universitas
Hasanuddin Makasar, secara terus terang mengatakan “saya salut dengan
pakde, bisa dan sering berpikir LATERAL (out of box) dalam menyikapi
suatu isu. Saya yakin ini ada pengaruhnya dengan anugerah Tuhan pada
diri pakde, yaitu ganteng, pintar dan mapan.”
Saya hanya menjawab singkat judgment dari sohib dekat saya tersebut “Amin.”
Selamat malam Indonesia
sumber:
http://media.kompasiana.com/new-media/2013/12/25/makin-tinggi-pendapatan-makin-bijak-berpendapat-619660.html/unduh/26/12/2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar