Konsep Strategi Klasik
Seorang ahli strategi dari Amerika bernama Lewit pada tahun 1960 mengemukakan teorinya mengenai siklus hidup produk (product life cycle). Penekanan Lewit adalah pada kebutuhan konsumen dan diferensiasi produk (durable, mode, dan gadget) untuk mendapatkan posisi produk (potensial, sukses, dan gagal) sesuai dengan keragaman faktor teknik, komersial, dan keuangan.
Strategi Harvard LCGA (Learned, Christiansen, Andrew, Guth, 1965) atau dikenal dengan istilah SWOT (strengths, weaknesses, apportunities, threaths) terdiri atas tahapan seperti analisis lingkungan perusahaan/industri, diagnostik perusahaan/industri, sensus dan evaluasi kemungkinan kegiatan yang dilakukan, integrasi nilai-nilai eksternal dan internal, serta perumusan strategi.
Konsep klasikberorientasi pada diversifikasi yang melibatkan faktor ekonomi, bisnis, teknologi, dan keuangan. Dalam hal ini keuntungan strategi yang dicari adalah yang terkait dengan spesifikasi konsumen (dominasi/sektor keseluruhan), biaya rendah (diferensiasi/sektor keseluruhan), dan kombinasi keduanya (terpusat/segmen khusus dari keseluruhan sektor) melalui tahapan diagnostik, posisi citra, dan perumusan strategi. Pada Tabel 1.1 dapat dilihat uraian konsep strategi klasik.
Dari strategi yang tergambarkan pada Tabel 1.1 terlihat bahwa strategi sebagai penghasil visi (arah: 3-10 tahun vs rencana aksi dengan durasi 1 tahun) ditentukan oleh perubahan yang bersumber dari teknologi, pasar, perusahaan/industri yang bersangkutan, dan pihak lainya. Visi (cita-cita dan mimpi) dalam pencarian merupakan suatu proses iteratif yang termuat pada Gambar 1.7.
Gambar 1.7 menjelaskan bahwa dorongan untuk menjaga keberlanjutann telah memaksa perusahaan untuk melakukan rancang ulang terhadap sistem bisnisnya akibat situasi lingkungan yang berubah secara dramatis dan dinamis. Kegiatan rancang ulang ini diharapkan dapat melahirkan perbaikan-perbaikan atau inovasi-inovasi baru yang memungkinkan perusahaan meningkatkan kinerjanya. Kinerja yang baik akan menjadi bagian dari daya saing perusahaan yang memungkinkanya untuk bertahan ditengah persaingan sehingga mampu menjaga kontiniutas bisnisnya. Dalam siklus tersebut, perusahaan dituntut untuk mempertanyakan secara terus-menerus capaian terhadap visi yang telah ditetapkan dan relevansi visi yang dimiliki dihadapkan pada perubahan-perubahan yang terjadi di lingkungan. Ketika visi perusahaan telah berhasil direalisasikan, kemampuan perusahaan untuk mengembangkan visi barunya menjadi tantangan yang menentukan, apakah akan mengalami stagnasi atau terus bertumbuh.
Untuk mencapai tahapan tersebut, pengujian atau visi atau gambaran ke depan yang dirumuskan perusahaan dapat diidentifikasi seperti dimuat pada gambar 1.8.
Pustaka:
Musa Hubeis dan Mukhamad Najib (2008), Manajemen Strategik dalam Pengembangan Daya Saing Organisasi, PT Alex Media Komputindo Kelompok Gramedia, Jakarta.
.........
Tidak ada komentar:
Posting Komentar