Bekal yang Diperlukan
Dalam rangka
membangun kembali sains di Dunia Islam, anak-anak muda Isalm harus didorong untuk
berbondong-bondong memasuki dunia sains terlebih dahulu. Harus ada anak muda
dalam jumlah cukup besar yang terjun, bergelut dengan tekun dan bekerja secara
konsisten serta totalitas sebagai ilmuwan di laboratorium-laboratorium. Tanpa itu,
jangan bermimpi ada sains di Dunia Isalm, baik sains modern apalagi sains
Islam.
Karena aspek
ontologis maupun aksiologis telah tersimpan secara inheren di dalam jiwa
muslim, jalan bagi seorang muslim untuk menguasai dan membangun sains muslim
dibedakan pada pelibatan wahyu sebagai sumber inspirasi dan doa bagi terjadinya
akselerasi perolehan ilham atau wahyu. Mengingat kenyataan bahwa Al-Qur’an
disampaikan dalam bahasa Arab, setiap calon ilmuwan muslim hendaknya juga
melengkapi diri dengan pemahaman bahasa Arab dan pendukungnya, seperti nahwu,
sharaf, dan balȃgah. Di belakang akan
diperlihatkan contoh signifikansi bahasa Arab dalam memahami secaara kriitis
fenomena dan ayat tentang semut (al-namlu).
Para pemuda
Islam tidak perlu bimbang dengan sains apa yang akan digelutinya. Silakan geluti
bidang sains yang sesuai dengan minat, sesuai dengan panggilan hati. Seluruh ciptaan
pada dasarnya telah tunduk pada kehendak Ilahi.
Dan mereka
(orang-orang kafir) berkata, “Allah mempunyai anak.” Mahasuci Allah, bahkan apa
yang ada di langit dan di bumi adalah kepunyaan Allah. Semua tunduk kepada-Nya.
(QS Al-Baqarah [2]; 116).
Dan kepunyaan-Nyalah
apa saja yang ada di langit dan di bumi. Semuanya hanya kepada-Nya tunduk. (QS
Ar-Rum [30]; 26)
Sejarah ilmu telah
membuktikan kebenaran ketundukan ciptaan kepada Sang Pencipta. Klaim kepensiunan
dan ketiadaan Tuhan para filsuf dan ilmuwan ateis yang menyandarkan argumennya
pada fisika klasik akhirnya dimungkiri sendiri oleh sains, tepatnya fisika
modern. Seperti akan kita lihat pada uraian-uraian mendatang, sains
memperlihatkan bahwa Tuhan tidak pensiun, melainkan terus menerus mencipta,
memusnahkan, dan mengulangi aksi penciptaan makhluk-Nya. Tuhan tidak mati,
melainkan terus-menerus bahkan sangat sibuk dengan penyelenggaraan tatanan
ciptaan-Nya.
Dengan demikian,
para pemuda tidak perlu terlalu risau dengan subjek yang akan digeluti. Sepanjang
hati bersih dan tulus, maka Allah tidak akan membiarkan hamba-Nya tersesat. Memang
akan lebih baik bila kita mempunyai pertimbangan matang ketika menentukan satu
bidang yang akan kita ggeluti. Setdak-tidaknya, sikap demikian akan membuat
kita lebih siap terhadap berbagai kemungkinan yang akan kita hadapi ketika
mengembangkan suatu subjek. Kita tidak menjadi frustrasi dan kehilangan
orientasi tatkala menghadapi kendala minimnya fasilitas.
Para calon
ilmuwan muslim juga perlu dibekali dengan sejarah Islam dan tradisinya serta
sejarah pemikiran dan filsafat secara umum. Melalui pendidikan yang benar,
semua bekal yang diperlukan ini bukanlah hal yang sulit untuk dipenuhi.
Pustaka:
Sofyan Abdul
Rosyid (2011).Al-Qur'an dan Terjemahanya. Edisi Ilmu Pengetahuan PT Mizan
Publishing House. Bandung
Tidak ada komentar:
Posting Komentar