Einstein versus Salam (8)
Sebagai
ilustrasi, kita simak uraian singkat teori unifikasi
berikut. Listrik dan magnet mulanya merupakan fenomena terpisah, tetapi
serentetan penemuan pada akhirnya membawa pada keterpaduan atau unifikasi
keduanya dan lahirlah elektromagnetisme,
medan listrik dan medan magnet muncul sebagai satu kesatuan, dalam arti
tidak dapat dan tidak mungkin muncul sendiri sebagai medan listrik saja atau
medan magnet saja. Cahaya lampu, cahaya matahari, gelombang radio, maupun
sinar-X merupakan gelombang dari medan listrik dan medan magnet.
Unifikasi elektromagnetisme
tersebut memberi Albert Einstein inspirasi. Medan dan interaksi elektromagnetik
yang mulanya terpisah tetapi akhirnya terpadu mestinya juga dapat dipadukan
lebih lanjut dengan medan, gaya, atau interaksi gravitasi yang juga telah
dikenal sebelumnya. Gagasan unifikasi interaksi elektromagnetik dan interaksi
gravitasi ini dikenal sebagai impian Einstein (Einstein’s dream) dan menjadi impian serta perburuan para ahli
fisika teori dunia. Di alam, saat ini diketahui terdapat empat gaya fundamental
yang terpisah, yakni gaya atau interaksi elektromagnetik, gaya gravitasi, gaya
lemah, dan gaya kuat.
Gaya gravitasi
mengikat materi karena faktor massanya. Interaksi elektromagnetik mengikat
elektron dalam atom, sedangkan gaya atau interaksi lemah bertanggung jawab atas
terjadinya peluruhan inti atom dan radiasi sinar beta. Terakhir, gaya kuat
mengikat netron dan proton sehingga dapat berkumpul di dalam inti atom.
Pada dasawarsa
1960-an, tiga ahli fisika teori- Sheldon Glashow, Steven Weinberg, dan Abdus
Salam – secara terpisah membangun teori unifikasi interaksi elektromagnetik dan
interaksi lemah. Unifikasi keduanya menghasilkan teori terpadu, yakni teori
medan elektrolemah terpadu (unified
electroweak field theory). Pada energi rendah, gaya elektromagnetik dan
gaya lemah merupakan dua gaya yang terpisah, tetapi pada energi tinggi, yakni
pada energi di atas 100 GeV (giga elektronvolt, 1 GeV sama dengan satu triliun
elektronvolt), ke-duanya merupakan satu gaya. Keberhasilan ini mendorong
unifikasi lebih lanjut, yakni unifikasi antara elektrolemah dan interaksi kuat
dan menghasilkan teori kemanunggalan agung (Grand
Unified Theory) dengan tingkat energi terjadinya unifikasi adalah 1016
GeV. Sampai saat ini, gaya gravitasi belum berhasil dipadukan dengan
ketiga gaya elektromagnetik, lemah, dan kuat.
Ada hal yang
perlu mendapat catatan khusus dalam upaya penyatuan keempat gaya tersebut. Para
ahli fisika umumnya digerakan oleh
impian Einstein bahwa gaya-gaya yang terpisah pada wilayah energi rendah,
sesungguhnya merupakan satu gaya terpadu pada tingkat energi tertentu. Einstein
dengan impianya mendapat inspirasi dari fakta empiris seperti telah dijelaskan
di depan. Abdus Salam, ahli fisika teoritis muslim dari Pakistan, juga
mempunyai keyakinan sama, tetapi landasan atau motivasi keyakinan adanya unifikasi
Salam berbeda dari Einstein. Salam tidak menyandarkan pada fakta empiris, tetapi
pada basis keyakinan keimanannya, yakni tauhid. Prinsip tauhid menyatakan bahwa
segala sesuatu, termasuk keempat gaya, dialam berasal dan merupakan manifestasi
dari Yang Satu, Allah subhanahu wa ta’ala (Swt). Karena berasal dari Yang Satu,
gaya di alam mulanya juga merupakan satu gaya terpadu sebelum akhirnya terurai
saat energi alam semesta terus mengalami penurunan. Dus, di balik teori yang sama, terdapat motivasi material dan
motivasi spiritual, empirisme versus tauhid.
..............
Pustaka:
Sofyan Abdul
Rosyid (2011).Al-Qur'an dan Terjemahanya. Edisi Ilmu Pengetahuan PT Mizan
Publishing House. Bandung
Tidak ada komentar:
Posting Komentar