Senin, 22 Juli 2013

AL-Qur'an dan Terjemahanya. Edisi Ilmu Pengetahuan (8)



Einstein versus Salam (8)
Sebagai ilustrasi, kita simak uraian singkat teori unifikasi berikut. Listrik dan magnet mulanya merupakan fenomena terpisah, tetapi serentetan penemuan pada akhirnya membawa pada keterpaduan atau unifikasi keduanya dan lahirlah elektromagnetisme, medan listrik dan medan magnet muncul sebagai satu kesatuan, dalam arti tidak dapat dan tidak mungkin muncul sendiri sebagai medan listrik saja atau medan magnet saja. Cahaya lampu, cahaya matahari, gelombang radio, maupun sinar-X merupakan gelombang dari medan listrik dan medan magnet.

Unifikasi elektromagnetisme tersebut memberi Albert Einstein inspirasi. Medan dan interaksi elektromagnetik yang mulanya terpisah tetapi akhirnya terpadu mestinya juga dapat dipadukan lebih lanjut dengan medan, gaya, atau interaksi gravitasi yang juga telah dikenal sebelumnya. Gagasan unifikasi interaksi elektromagnetik dan interaksi gravitasi ini dikenal sebagai impian Einstein (Einstein’s dream) dan menjadi impian serta perburuan para ahli fisika teori dunia. Di alam, saat ini diketahui terdapat empat gaya fundamental yang terpisah, yakni gaya atau interaksi elektromagnetik, gaya gravitasi, gaya lemah, dan gaya kuat.

Gaya gravitasi mengikat materi karena faktor massanya. Interaksi elektromagnetik mengikat elektron dalam atom, sedangkan gaya atau interaksi lemah bertanggung jawab atas terjadinya peluruhan inti atom dan radiasi sinar beta. Terakhir, gaya kuat mengikat netron dan proton sehingga dapat berkumpul di dalam inti atom.

Pada dasawarsa 1960-an, tiga ahli fisika teori- Sheldon Glashow, Steven Weinberg, dan Abdus Salam – secara terpisah membangun teori unifikasi interaksi elektromagnetik dan interaksi lemah. Unifikasi keduanya menghasilkan teori terpadu, yakni teori medan elektrolemah terpadu (unified electroweak field theory). Pada energi rendah, gaya elektromagnetik dan gaya lemah merupakan dua gaya yang terpisah, tetapi pada energi tinggi, yakni pada energi di atas 100 GeV (giga elektronvolt, 1 GeV sama dengan satu triliun elektronvolt), ke-duanya merupakan satu gaya. Keberhasilan ini mendorong unifikasi lebih lanjut, yakni unifikasi antara elektrolemah dan interaksi kuat dan menghasilkan teori kemanunggalan agung (Grand Unified Theory) dengan tingkat energi terjadinya unifikasi adalah 1016 GeV. Sampai saat ini, gaya gravitasi belum berhasil dipadukan dengan ketiga gaya elektromagnetik, lemah, dan kuat.

Ada hal yang perlu mendapat catatan khusus dalam upaya penyatuan keempat gaya tersebut. Para ahli fisika umumnya digerakan  oleh impian Einstein bahwa gaya-gaya yang terpisah pada wilayah energi rendah, sesungguhnya merupakan satu gaya terpadu pada tingkat energi tertentu. Einstein dengan impianya mendapat inspirasi dari fakta empiris seperti telah dijelaskan di depan. Abdus Salam, ahli fisika teoritis muslim dari Pakistan, juga mempunyai keyakinan sama, tetapi landasan atau motivasi keyakinan adanya unifikasi Salam berbeda dari Einstein. Salam tidak menyandarkan pada fakta empiris, tetapi pada basis keyakinan keimanannya, yakni tauhid. Prinsip tauhid menyatakan bahwa segala sesuatu, termasuk keempat gaya, dialam berasal dan merupakan manifestasi dari Yang Satu, Allah subhanahu wa ta’ala (Swt). Karena berasal dari Yang Satu, gaya di alam mulanya juga merupakan satu gaya terpadu sebelum akhirnya terurai saat energi alam semesta terus mengalami penurunan. Dus, di balik teori yang sama, terdapat motivasi material dan motivasi spiritual, empirisme versus tauhid.

..............

Pustaka:
Sofyan Abdul Rosyid (2011).Al-Qur'an dan Terjemahanya. Edisi Ilmu Pengetahuan PT Mizan Publishing House. Bandung 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar