Apa itu
entrepreneurship? Mungkin kita berpikir bahwa jawabannya sudah jelas dan hanya
anak kecil yang menanyakan pertanyaan ‘simpel’ semacam itu. Akan tetapi kita
kini perlu sadari bahwa upaya mendefinisikan apapun termasuk entrepreneurship
tidak dapat dilakukan sekali dan akan berlaku selamanya. Mengapa? Karena
entrepreneurship itu sendiri terus bergerak, dinamis, mencari bentuknya yang
selanjutnya. Ia bukan objek yang diam. Karenanya, kita perlu memaknai
entrepreneurship dengan cara yang dinamis pula.
Sejarah kata “entrepreneurship” sendiri cukup panjang dan para akademisi
telah berusaha keras menerangkannya pada masyarakat luas. Sebagian di antaranya
telah kita baca di berbagai literatur entrepreneurship. Misalnya, definisi yang
dikemukakan oleh Prof. Howard Stevenson yang dianggap sebagai pelopor telaah
entrepreneurship di Harvard Business School yang mengatakan bahwa
entrepreneurship ialah “pengejaran peluang di luar sumber daya yang dimiliki
seseorang”.
“Pengejaran” itu
sendiri menyiratkan makna fokus tunggal yang tidak kenal lelah. Entrepreneur
sering menemukan celah peluang. Mereka harus menunjukkan kemajuan yang nyata
untuk menangkap peluang itu dan ketersediaan modal membuat entrepreneur harus
berjuang keras. Tak heran entrepreneur biasanya memiliki semangat untuk
menyelesaikan segala sesuatu dengan lebih cepat dan efisien yang jarang
dijumpai di perusahaan mapan yang memiliki lebih banyak modal dan sumber daya
dan peluang hanyalah bagian dari portofolio mereka.
“Peluang” menyiratkan bahwa ada tawaran yang baru
dalam berbagai sudut pandang yang tak banyak diketahui orang. Peluang ini
mengharuskan entrepreneur untuk 1) memulai merancang produk inovatif, 2?
merancang model bisnis baru, 3) menciptakan versi produk yang lebih baik dari
yang sudah ada, 4) membawa produk yang sudah ada ke segmen konsumen baru.
Peluang-peluang semacam ini tidakah eksklusif sifatnya.
Di luar sumber
daya yang dimiliki seseorang” menyiratkan batasan-batasan sumber daya yang
dipunyai. Di awal usaha baru, pendirinya mengendalikan sumber daya keuangan,
sosial dan manusia. Banyak entrepreneur yang memulai dengan sumber dayanya
sendiri: mereka membatasi pengeluaran dan sembari menginvetasikan waktunya
sendiri dan jika perlu dana mereka sendiri. Dalam sebagian kasus, ini telah
cukup untuk membawa bisnis baru ke posisi yang di dalamnya ia bisa tmbuh
secara berkelanjutan dari arus kas yang dihasilkan secara internal. Namun,
dalam mayoritas bisnis berpotensi tinggi, para pendiri harus memindahkan sumber
daya lebih banyak daripada sumber daya yang mereka kendalikan secara personal:
perusahaan akhirnya membutuhkan fasilitas produksi, kanal distribusi, modal
kerja dan sebagainya.
Karena
menghadapi peluang baru dan tak banyan memiliki sumber daya, entrepreneur harus
mengatasi risiko yang besar yang berasal dari 4 sumber: permintaan, teknologi,
eksekusi, dan finansial. Risiko permintaan berhubungan dengan kemauan konsumen
prospektif untuk mengadopsi solusi yang dimiliki entrepreneur. Risiko teknologi
juga tak kalah tinggi saat terobosan ilmiah dan teknik dibutuhkan untuk membawa
solusi menjadi nyata. Risiko eksekusi berhubungan dengan kemampuan entrepreneur
menarik pegawai dan mitra bisnisnya yang dapat mengimplentasikan rencananya.
Sementara itu, risiko finansial berkenaan dengan ketersediaan modal eksternal
dalam persyaratan yang masuk akal. Tugas entrepreneur kemudian ialah mengelola
kondisi yang tak pasti dan menyadari bahwa risiko tertentu tak dapat
dikendalikan.
Jadi apakah
definisi di atas penting bagi entrepreneur dalam tataran praktis? Bisa iya,
bisa tidak. Namun, jika ditinjau dari sudut pandang praktis, definisi ini akan
memberikan panduan bagi entrepreneur. Pertama, membantu entrepreneur memahami
entrepreneurship dalam perspektif berbeda sebagai sebuah pendekatan yang unik
dalam mengelola, bukan sebagai suatu tahapan tertentu dalam siklus hidup
perusahaan (atau startup), peran istimewa pendiri, atau konstelasi atribut
personal seperti tekad untuk mandiri dan keinginan mengambil risiko.
Dalam hal ini, entrepreneur dapat ditemukan dalam berbagai perusahaan dan
organisasi termasuk bahkan perusaahaan besar.
Kedua, definisi
ini memberikan gambaran besar untuk mengambil tindakan entrepreneurial
berikutnya, yang mengarah pada taktik yang dapat ditempuh untuk mengelola
risiko dan memobiliasi sumber daya. (HBR/ *AP)
@2013akumencatatnya.
Sumber:
www.ciputraenterpreneurship,11/januari/2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar