Jumat, 08 Maret 2013

Definisi Entrepreneurship Tak Pernah Statis



Apa itu entrepreneurship? Mungkin kita berpikir bahwa jawabannya sudah jelas dan hanya anak kecil yang menanyakan pertanyaan ‘simpel’ semacam itu. Akan tetapi kita kini perlu sadari bahwa upaya mendefinisikan apapun termasuk entrepreneurship tidak dapat dilakukan sekali dan akan berlaku selamanya. Mengapa? Karena entrepreneurship itu sendiri terus bergerak, dinamis, mencari bentuknya yang selanjutnya. Ia bukan objek yang diam. Karenanya, kita perlu memaknai entrepreneurship dengan cara yang dinamis pula.

Sejarah kata “entrepreneurship” sendiri cukup panjang dan para akademisi telah berusaha keras menerangkannya pada masyarakat luas. Sebagian di antaranya telah kita baca di berbagai literatur entrepreneurship. Misalnya, definisi yang dikemukakan oleh Prof. Howard Stevenson yang dianggap sebagai pelopor telaah entrepreneurship di Harvard Business School yang mengatakan bahwa entrepreneurship ialah “pengejaran peluang di luar sumber daya yang dimiliki seseorang”.

“Pengejaran” itu sendiri menyiratkan makna fokus tunggal yang tidak kenal lelah. Entrepreneur sering menemukan celah peluang. Mereka harus menunjukkan kemajuan yang nyata untuk menangkap peluang itu dan ketersediaan modal membuat entrepreneur harus berjuang keras. Tak heran entrepreneur biasanya memiliki semangat untuk menyelesaikan segala sesuatu dengan lebih cepat dan efisien yang jarang dijumpai di perusahaan mapan yang memiliki lebih banyak modal dan sumber daya dan peluang hanyalah bagian dari portofolio mereka.

“Peluang” menyiratkan bahwa ada tawaran yang baru dalam berbagai sudut pandang yang tak banyak diketahui orang. Peluang ini mengharuskan entrepreneur untuk 1) memulai merancang produk inovatif, 2? merancang model bisnis baru, 3) menciptakan versi produk yang lebih baik dari yang sudah ada, 4) membawa produk yang sudah ada ke segmen konsumen baru. Peluang-peluang semacam ini tidakah eksklusif sifatnya.

Di luar sumber daya yang dimiliki seseorang” menyiratkan batasan-batasan sumber daya yang dipunyai. Di awal usaha baru, pendirinya mengendalikan sumber daya keuangan, sosial dan manusia. Banyak entrepreneur yang memulai dengan sumber dayanya sendiri: mereka membatasi pengeluaran dan sembari menginvetasikan waktunya sendiri dan jika perlu dana mereka sendiri. Dalam sebagian kasus, ini telah cukup untuk  membawa bisnis baru ke posisi yang di dalamnya ia bisa tmbuh secara berkelanjutan dari arus kas yang dihasilkan secara internal. Namun, dalam mayoritas bisnis berpotensi tinggi, para pendiri harus memindahkan sumber daya lebih banyak daripada sumber daya yang mereka kendalikan secara personal: perusahaan akhirnya membutuhkan fasilitas produksi, kanal distribusi, modal kerja dan sebagainya.

Karena menghadapi peluang baru dan tak banyan memiliki sumber daya, entrepreneur harus mengatasi risiko yang besar yang berasal dari 4 sumber: permintaan, teknologi, eksekusi, dan finansial. Risiko permintaan berhubungan dengan kemauan konsumen prospektif untuk mengadopsi solusi yang dimiliki entrepreneur. Risiko teknologi juga tak kalah tinggi saat terobosan ilmiah dan teknik dibutuhkan untuk membawa solusi menjadi nyata. Risiko eksekusi berhubungan dengan kemampuan entrepreneur menarik pegawai dan mitra bisnisnya yang dapat mengimplentasikan rencananya. Sementara itu, risiko finansial berkenaan dengan ketersediaan modal eksternal dalam persyaratan yang masuk akal. Tugas entrepreneur kemudian ialah mengelola kondisi yang tak pasti dan menyadari bahwa risiko tertentu tak dapat dikendalikan.

Jadi apakah definisi di atas penting bagi entrepreneur dalam tataran praktis? Bisa iya, bisa tidak. Namun, jika ditinjau dari sudut pandang praktis, definisi ini akan memberikan panduan bagi entrepreneur. Pertama, membantu entrepreneur memahami entrepreneurship dalam perspektif berbeda sebagai sebuah pendekatan yang unik dalam mengelola, bukan sebagai suatu tahapan tertentu dalam siklus hidup perusahaan (atau startup), peran istimewa pendiri, atau konstelasi atribut personal seperti tekad untuk mandiri dan keinginan mengambil risiko. Dalam hal ini, entrepreneur dapat ditemukan dalam berbagai perusahaan  dan organisasi termasuk bahkan perusaahaan besar.

Kedua, definisi ini memberikan gambaran besar untuk mengambil tindakan entrepreneurial berikutnya, yang mengarah pada taktik yang dapat ditempuh untuk mengelola risiko dan memobiliasi sumber daya. (HBR/ *AP)

@2013akumencatatnya.

Sumber:
www.ciputraenterpreneurship,11/januari/2013





Tidak ada komentar:

Posting Komentar