Selasa, 19 Maret 2013

MinAPolitan (Konsep Ekonomi Desa)





Judul Tulisan: Konsep Dasar Minapolitan
Penulis: Suaib Radhi Muhammad
Sumber: file:///C:/Users/7/Downloads/geliat%20ekonomi%20desa/Ai%20Suaib%20%20%20KONSEP%20DASAR%20MINAPOLITAN.htm/16/21/2013
@2013catatansorerindumentaripulangdesa


......................................................................


Aku




 Kamu
Apa Kabar teman-teman,... MERDEKA.!!!


A. Konsep Minapolitan Untuk Pengembangan Wilayah Mandiri
Minapolitan adalah konsep pembangunan kelautan dan perikanan berbasis wilayah dengan pendekatan sistem dan manajemen kawasan dengan prinsip: integrasi, efisiensi, kualitas dan akselerasi. Kawasan Minapolitan adalah kawasan ekonomi yang terdiri dari semata-mata produksi dan perdagangan komoditas kelautan dan perikanan, jasa, perumahan dan kegiatan terkait lainya.

Konsep minapolitan pada dasarnya adalah konsep pengembangan wilayah dimana konsep ini menitik beratkan pada pengembangan komoditas-komoditas unggulan pada sektor perikanan di suatu wilayah pesisir Dengan kecenderungan kegagalan model pembangunan di suatu daerah yang  secara umum menyebabkan perekonomian di daerah tersebut yang tidak berkembang sehingga menyebabkan pembangunan terhambat. Dengan terhambatanya pembangunan di suatu daerah, maka dapat pula menyebabkan daerah tersebut menjadi daerah tertinggal atau menyebabkan disparitas antar wilayah.

Dengan begitu model-model pengembangan kemandirian di daerah terus menerus digali. Disini akan dikaji tentang bagaimana mengembangkan konsep Minapolitan sebagai pendorong kemandirian pembangunan di daerah.

Indonesia akan mewujudkan program kawasan minapolitan di berbagai daerah. Program ini harus di tunjangan dengan kegiatan yang lain dalam menjaga keberlanjutannya, seperti pengadaan fasilitas, pendampingan, pemberdayaan masyarakat, teknologi, pembiayaan, serta pemasaran produk perikanan dan kelautan. Pengembangan program ini pula harus di dukung dengan pengadaan sarana  dan prasarana serta pengembangan infrastruktur dan aksesibiltas dari dan menuju kawasan tersebut. Dengan semua pengembangan minapolitan yang melibatkan peran seluruh pemangku kepentingan dan sehingga proses transisi menjadi kawasan minapolitan mandiri dapat terwujud.

Seperti diketahui bahwa kegiatan ekonomi kelautan dan perikanan yang pada umumnya berada di daerah pedesaan lambat berkembang karena kurangnya sarana, prasarana dan fasilitas pelayanan umum. Kualitas sumberdaya manusia juga relatif rendah dibandingkan dengan sumberdaya manusia di daerah perkotaan.

Kawasan pedesaan lebih banyak berperan sebagai penyedia bahan baku, sedangkan nilai tambah produknya lebih banyak dinikmati di daerah perkotaan. Bahkan hubungan ekonomi kota dan desa sering eksploitatif, sehingga ekonomi masyarakat di daerah pedesaan sulit berkembangkan. Hal ini lah yang menyebabkan disparitas antar wilayah terjadi.

Dengan konsep Minapolitan pembangunan sektor kelautan dan perikanan diharapkan dapat dipercepat. Kemudahan-kemudahan atau peluang yang biasanya ada di daerah perkotaan perlu pula dikembangkan di daerah-daerah pedesaan, seperti prasarana, sistem pelayanan umum, jaringan distribusi bahan baku dan hasil produksi di sentra-sentra produksi.

Sebagai sentra produksi, daerah pedesaan diharapkan dapat berkembang sebagaimana daerah perkotaan dengan dukungan prasarana, energi, jaringan distribusi bahan baku dan hasil produksi, transportasi, pelayanan publik, akses permodalan, dan sumberdaya manusia yang memadai. Pengembangan wilayah dengan menggunakan konsep minapolitan merupakan konsep pengembangan ekonomi suatu daerah dengan menggunakan sektor perikanan sebagai basis perekonomian, dengan komoditas unggulan daerah masing-masing. Dengan basis pengembangan sektor unggulan sebagai kutub tumbuh kemandirian daerah, maka secara konseptual Minapolitan akan sangat sesuai untuk diterapkan sebagai strategi pengembangan daerah pesisir yang mandiri di Indonesia.
..........................................

Tujuan Minapolitan
Ø  Meningkatkan produksi, produktivitas dan kualitas
Ø  Meningkatkan pendapatan nelayan, pembudidaya dan pengolah ikan yang adil dan merata
Ø  Mengembangkan kawasan minapolitan sebagai pusat pertumbuhan ekonomi di daerah

Karakteristik Minapolitan
Ø  Terdiri dari sentra-sentra produksi dan pemasaran berbasis perikanan dan mempunyai multiflier effect tinggi terhadap perekonomian disekitarnya.
Ø Mempunyai keanekaragaman kegiatan ekonomi,produksi,perdagangan,jasa pelayanan,kesehatan dan sosial yang saling terkait.
Ø  Mempunyai sarana dan prasarana memadai sebagai pendukung keanekaragaman aktifitas ekonomi sebagai layaknya sebuah kota.

Persyaratan Minapolitan
Ø  Komitmen Daerah : ditetapkan Bupati/Walikota sesuai Renstra
Ø  Komoditas Unggulan : seperti udang,patin, rumput laut dan lainnya.
Ø  Letak Geografis : Lokasi strategis dan secara alami yang sesuai
Ø  Sistem dan Mata Rantai Produksi Hulu dan Hilir : Keberadaan sentra produksi yang aktif seperti lahan budidaya dan pelabuhan perikanan
Ø  Kelayakan Lingkungan : Tidak merusak lingkungan.

..............................................
B. Unsur-Unsur Minapolitan Secara Konseptual
Secara ringkas Minapolitan dapat didefinisikan sebagai berikut: Minapolitan adalah Konsep Pembangunan Ekonomi Kelautan dan Perikanan berbasis wilayah dengan pendekatan dan sistem manajemen kawasan berdasarkan prinsip-prinsip  integrasi, efisiensi,  kualitas, dan akselerasi tinggi.

Sementara itu, kawasan minapolitan adalah kawasan ekonomi berbasis kelautan dan perikanan yang terdiri dari sentra-sentra produksi dan perdagangan, jasa, permukiman, dan kegiatan lainnya yang saling terkait.

Dalam perencanaan pengembangan kawasan minapolitan perlu di ketahui terlebih dahulu tentang unsur-unsur apa saja yang masuk dalam pengembangan minapolitan.

Seperti diketahui bahwa tujuan pengembangan kawasan minapolitan adalah untuk mendorong percepatan pengembangan wilayah dengan kegiatan perikanan sebagai kegiatan utama dalam meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat dengan mendorong keterkaitan desa dan kota dan berkembangnya sistem dan pengembangan wilayah pedesaan sebagai produsen yang berdaya saing tinggi. Hal ini harus di tunjang dengan perencanaan yang berbasis kerakyatan, berkelanjutan (tidak merusak lingkungan) dan terdesentralisasi (wewenang berada di Pemerintah Daerah dan Masyarakat) di kawasan Minapolitan.

Untuk itu perlu di mengerti terlebih dahulu tentang unsur-unsur apa yang harus di kembangkan dalam konsep minapolitan. Secara konseptual Minapolitan mempunyai 2 unsur utama yaitu, pertama Minapolitan sebagai konsep pembangunan sektor kelautan dan perikanan berbasis wilayah dan, kedua,  Minapolitan sebagai kawasan ekonomi unggulan dengan komoditas utama produk kelautan dan perikanan.
..............................................
C. Prinsip-Prinsip Minapolitan Dalam Pengembangannya
Konsep Minapolitan didasarkan pada 3 azas, yaitu demokratisasi ekonomi kelautan dan perikanan pro rakyat, pemberdayaan masyarakat dan keberpihakan dengan intervensi negara secara terbatas (limited state intervention), dan penguatan daerah dengan prinsip: daerah kuat – bangsa dan negara kuat. Ketiga prinsip tersebut menjadi landasan perumusan kebijakan dan kegiatan pembangunan sektor kelautan dan perikanan agar pemanfaatan sumberdaya kelautan dan perikanan benar-benar untuk kesejahteraan rakyat dan menempatkan daerah pada posisi sentral dalam pembangunan.

Dengan konsep minapolitan diharapkan pembangunan sektor kelautan dan perikanan dapat dilaksanakan secara terintegrasi, efisien, berkualitas, dan berakselerasi tinggi. Pertama, prinsip integrasi diharapkan dapat mendorong agar pengalokasian sumber daya pembangunan direncanakan dan dilaksanakan secara menyeluruh atau holistik dengan mempertimbangkan kepentingan dan dukungan stakeholders, baik instansi sektoral, pemerintahan di tingkat pusat dan daerah, kalangan dunia usaha maupun masyarakat. Kepentingan dan dukungan tersebut dibutuhkan agar program dan kegiatan percepatan peningkatan produksi didukung dengan sarana produksi, permodalan, teknologi, sumberdaya manusia, prasarana yang memadai, dan sistem manajemen yang baik.

Kedua, pembangunan sektor kelautan dan perikanan harus dilaksanakan secara efisien agar pembangunan dapat dilaksanakan dengan biaya murah namun mempunyai daya guna yang tinggi. Dengan konsep minapolitan pembangunan infrastruktur dapat dilakukan secara efisien dan pemanfaatannya pun diharapkan akan lebih optimal.

Selain itu prinsip efisiensi diterapkan untuk mendorong agar sistem produksi dapat berjalan dengan biaya murah, seperti memperpendek mata rantai produksi, efisiensi, dan didukung keberadaan faktor-faktor produksi sesuai kebutuhan, sehingga menghasilkan produk-produk yang secara ekonomi kompetitif.

Ketiga, pelaksanaan pembangunan sektor kelautan dan perikanan harus berorientasi pada kualitas, baik sistem produksi secara keseluruhan, hasil produksi, teknologi maupun sumberdaya manusia. Dengan konsep minapolitan pembinaan kualitas sistem produksi dan produknya dapat dilakukan secara lebih intensif. Keempat, prinsip percepatan diperlukan untuk mendorong agar target produksi dapat dicapai dalam waktu cepat, melalui inovasi dan kebijakan terobosan. Prinsip percepatan juga diperlukan untuk mengejar ketinggalan dari negara-negara kompetitor, melalui peningkatan market share produk-produk kelautan dan perikanan Indonesia ditingkat dunia.

Selanjutnya, konsep minapolitan akan dilaksanakan melalui pengembangan kawasan minapolitan di daerah-daerah potensial unggulan. Kawasan-kawasan minapolitan akan dikembangkan melalui pembinaan sentra-sentra produksi yang berbasis pada sumber daya kelautan dan perikanan. Setiap kawasan minapolitan beroperasi beberapa sentra produksi berskala ekonomi relatif besar, baik tingkat produksinya maupun tenaga kerja yang terlibat dengan jenis komoditas unggulan tertentu. Dengan pendekatan sentra produksi, sumber daya pembangunan, baik sarana produksi, anggaran, permodalan, maupun prasarana dapat dikonsentrasikan di lokasi-lokasi potensial, sehingga peningkatan produksi kelautan dan perikanan dapat dipacu lebih cepat.

Agar kawasan minapolitan dapat berkembang sebagai kawasan ekonomi yang sehat, maka diperlukan keanekaragaman kegiatan ekonomi, yaitu kegiatan produksi dan perdagangan lainya yang saling mendukung. Keanekaragaman kegiatan produksi dan usaha di kawasan minapolitan akan memberikan dampak positif (multiplier effect) bagi perkembangan perekonomian setempat dan akan berkembang menjadi pusat pertumbuhan ekonomi daerah.

Dengan pendekatan kawasan dan sentra produksi, diharapkan pembinaan unit-unit produksi dan usaha dapat lebih fokus dan tepat sasaran. Walaupun demikian, pembinaan unit-unit produksi di luar kawasan harus tetap dilaksanakan sebagaimana yang selama ini dijalankan, namun dengan konsep minapolitan pembinaan unit-unit produksi di masa depan dapat diarahkan dengan menggunakan prinsip-prinsip integrasi, efisiensi, kualitas dan akselerasi tinggi.

Penggerak utama ekonomi di Kawasan Minapolitan dapat berupa sentra produksi dan perdagangan perikanan tangkap, perikanan budidaya, pengolahan ikan, atau pun kombinasi kedua hal tersebut. Sentra produksi dan perdagangan perikanan tangkap yang dapat dijadikan penggerak utama ekonomi di kawasan minapolitan adalah pelabuhan perikanan. Sementara itu, penggerak utama minapolitan di bidang perikanan budidaya adalah sentra produksi dan perdagangan perikanan di lahan-lahan budidaya produktif. Sentra produksi pengolahan ikan dan perdagangan yang berada di sekitar pelabuhan perikanan juga dapat dijadikan penggerak utama ekonomi di kawasan minapolitan.

Pengembangan minapolitan tetap mencakup pengembangan keempat subsistem dari sistem dan usaha agribisnis berbasis perikanan.
Ø  Subsistem agribisnis hulu (up-stream agribusiness) perikanan, yakni kegiatan yang menghasilkan sarana produksi bagi usaha penangkapan dan budidaya ikan seperti usaha mesin dan peralatan tangkap dan budidaya.
Ø  Subsistem usaha penangkapan dan budidaya (on-farm agribusiness), seperti usaha penangkapan ikan, budidaya udang, rumput laut, dan ikan laut, serta budidaya ikan air tawar.
Ø  Subsistem agribisnis hilir (down-stream agribusiness) perikanan, yakni industri yang mengolah hasil perikanan beserta perdagangannya.
Ø  Subsistem jasa penunjang (supporting agribusiness) yakni kegiatan-kegiatan yang menyediakan jasa, seperti perkreditan, asuransi, transportasi, infrastruktur pelabuhan kapal ikan, pendidikan dan penyuluhan perikanan, penelitian dan pengembangan serta kebijakan pemerintah daerah.
Ø  Subsistem  harus dikembangkan secara simultan dan harmonis.
........................................
D. Pengembangan Minapolitan Sebagai Strategi Pembangunan Wilayah Mandiri
salah satu bentuk pendekatan pengembangan perdesaan pesisir yang dapat diwujudkan adalah berupa pengembangan kemandirian pembangunan perdesaan pesisir yang didasarkan pada potensi wilayah desa-desa pesisir itu sendirl, dimana keterkaitan dengan perekonomian kota harus bisa diminimalkan. Berkaitan dengan bentuk inilah maka pendekatan minapolitan disarankan sebagai strategi pembangunan yang terkonsentrasi di wilayah perdesaan pesisir.

Minapolitan akan menjadi relevan dengan wilayah pengembangan perdesaan karena pada umumnya sektor perikanan dan pemanfaatan sumberdaya laut memang merupakan mata pencaharian utama dari sebagian besar masyarakat pesisir. Otoritas perencanaan dan pengambilan keputusan akan didesentralisasikan di desa-desa sehingga masyarakat yang tinggal di perdesaan pesisir akan mempunyai tanggung jawab penuh terhadap pekembangan dan pembangunan daerahnya sendiri.

Dalam konteks pengembangan model minapolitan terdapat tiga isu utama yang perlu mendapat perhatian: (1) akses terhadap sumberdaya, (2) kewenangan administratif dari tingkat pusat kepada pemerintah daerah, dan (3) perubahan paradigma atau kebijakan pembangunan daerah untuk lebih mendukung diversifikasi produk perikanan dan kelautan.

Tingkat pengembangan minapolitan cukup dikembangkan dalam skala Kabupaten, karena dengan luasan atau skala kabupaten akan memungkinkan hal-hal sebagai berikut yakni : (1) Akses lebih mudah bagi rumah tangga atau masyarakat perdesaan untuk menjangkau kota; (2) Cukup luas untuk meningkatkan atau mengembangkan wilayah pertumbuhan ekonomi (scope of economic growth) dan cukup luas dalam upaya pengembangan diversifikasi produk untuk mengatasi keterbatasan keterbatasan pengembangan desa sebagai unit ekonomi; dan (3) Alih transfer pengetahuan dan teknologi (knowledge spillovers) akan mudah diinkorporasikan dalam proses perencanaan jika proses itu dekat dengan rumah tangga dan produsen perdesaan.

Dari berbagai altematif model pembangunan, konsep minapolitan juga dapat dipandang sebagai konsep yang menjanjikan teratasinya permasalah ketimpangan perdesaan dan perkotaan sebagaimana disampaikan di pendahuluan sebelumnya, hal ini karena minapolitan memiliki karaktersitik :

*      Mendorong desentralisasi dan pembangunan infrastruktur setara kota di wilayah perdesaan, sehingga mendorong penciptaan urbanisasi (way of life) dalam arti positif;
*      Menanggulangi dampak negatif pembangunan seperti migrasi desa kota yang tak terkendali, polusi, kemacetan Ialu lintas, pengkumuhan kota, kehancuran masif sumberdaya alam, pemiskinan desa dan lain sebagainya.
*      Dengan demikian pendekatan Minapolitan ini diharapkan dapat mendorong penduduk perdesaan untuk tetap tinggal di perdesaan melalui investasi di wilayah perdesaan. Minapolitan juga diharapkan akan mampu mengantarkan tercapainya tujuan akhir dari upaya Pemerintah Pusat dalam menciptakan pemerintahan di daerah yang mandiri dan otonom.




 SAHABA
 SAHIBA

............................................iiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii............................................

Tidak ada komentar:

Posting Komentar