Selasa, 26 Maret 2013

Waktu yg menguji CINTAnya Pelaut pada Nisa






Judul Tulisan: Belajar Integritas dari “Orang Biasa”
Penulis: Tantan Hermansah
Kategori: Ekonomi Manajemen
Sumber: Kompasiana, 14/Januari/2013





Kisah ini saya baca sudah cukup lama. Tetapi pelajaran yang bisa diambil darinya tetaplah aktual untuk disampaikan. Ceritanya kurang lebih sebagai berikut:

Tersebutlah seorang pedagang di sebuah negeri, jika tidak salah di India, yang menjual barang-barang hasil pertanian yang diperolehnya dari ladang dia sendiri. Bertahun-tahun dia menjual dagangan tersebut, sehingga ia memiliki banyak pelanggan tetap.
................
Sampai suatu hari, ketika ia baru menggelar dagangannya, datang seorang pembeli berduit yang ingin membeli barang jualannya. Terjadilah dialog sebagai berikut:

“Berapa harga barang ini bu?”
“150, Pak!”
“Kalau semuanya berapa Bu?”
“Oh, tidak bisa Pak! Bapak hanya bisa membeli paling banyak 5 bungkus saja!”
“Kenapa Bu?”
“Karena jika Bapak membeli semua, para pembeli lain tidak kebagian….”
“Hmmm….Jika para pembeli tersebut sudah membeli semua, apakah masih ada sisa?”
“Ya!”
“Nah, bagaimana jika sisanya saya beli juga.”
“Oh, tidak bisa Pak. Sebab sisanya sudah ditunggu sama orang-orang yang sudah bisa mengantungkan diri pada sisa-sisa dagangan saya. Jika sisanya juga dihabiskan, bagaimana mereka bisa makan?”
...................
Pada orang biasa seperti Ibu di atas, kita menemukan keteladanan berintegritas. Ibu itu sebenarnya bisa saja langsung melego barangnya ke pembeli kaya tersebut. Tetapi hal itu tidak dilakukannya hanya karena ia sudah terikat secara batin dengan pembeli lain dan juga penunggu sisa-sisa jualannya.
.................
Mari kita lihat dalam keseharian kita. Keserakahan kadang telah menjadi cancer akut yang menjalari kehidupan indah kita. Korupsi, sogokan, dan bentuk koruptif lainnya demikian membudaya.

Saya mengalami sendiri. Ketika tertimpa musibah, di mana pihak Kepo****an yang seharusnya membantu saya, justru dari awal sudah mematok harga yang luar biasa mahal: 30juta. Saya tidak mau memenuhi permintaannya dan memilih jalan mengikhlaskan dengan segala konsekwensinya.

Belajar berintegritas itu tidak ada lulusnya. Sebab selama kita hidup, pada saat itu, setiap hari menjadi ujian bagi sikap integritas itu sendiri.
.................................

Bukan Kesimpulan:

Definisi Integritas Integritas adalah adalah konsistensi dan keteguhan yang tak tergoyahkan dalam menjunjung tinggi nilai-nilai luhur dan keyakinan definisi lain dari integritas adalah suatu konsep yang menunjuk konsistensi antara tindakan dengan  nilai dan prinsip. Dalam etika, integritas diartikan sebagai kejujuran dan  kebenaran dari tindakan seseorang.  Seorang dikatakan “mempunyai integritas” apabila tindakannya sesuai dengan nilai, keyakinan, dan prinsip yang dipegangnya (Wikipedia).

Mudahnya, ciri seorang yang berintegritas ditandai oleh satunya kata dan perbuatan bukan seorang yang kata-katanya tidak dapat dipegang. Seorang yang mempunyai integritas bukan tipe manusia  dengan banyak wajah dan penampilan yang  disesuaikan dengan motif dan kepentingan pribadinya. Integritas menjadi karakter kunci bagi seorang pemimpin. Seorang pemimpin yang mempunyai integritas akan mendapatkan kepercayaan (trust) dari pegawainya. Pimpinan yang berintegritas  dipercayai karena apa yang menjadi ucapannya juga menjadi  tindakannya.

Pustaka:

.........................................ii.......................................


Tidak ada komentar:

Posting Komentar