Rabu, 27 Maret 2013

Nisa MMM (Malam Masih Membaca) dan Pelaut MMM (Malam Masih Melaut)






Judul Tulisan: Keselarasan Tuntutan Dunia Kerja dengan Kualitas Lulusan MM
Penulis: Rio Quesirto
Kategori: Manajemen
Sumber: Kompasiana: 25/Maret/2013



 @nisaMasihMembacaMalam@

Magister Manajemen (MM) adalah salah satu program pendidikan yang paling banyak bersentuhan dengan dunia kerja karena lulusan MM diharapkan menjadi manajer yang posisinya akan sentral dalam menentukan visi, misi dan eksekusi di perusahaan.

Oleh karena itu, kualitas lulusan MM yang selaras dengan tuntutan dunia kerja, penting dan mendesak. Lulusan MM yang berkualitas niscaya menghasilkan kinerja perusahaan yang baik, yang ujungnya membawa perekonomian lebih maju dan berkembang.

Pertanyaannya, bagaimana menghasilkan lulusan MM yang selaras dengan tuntutan dunia kerja?

Hal pertama adalah memahami tuntutan dunia kerja terhadap lulusan MM. Apa yang diharapkan dari lulusan MM.  Dengan memahaminya, program MM dapat mengkaji apa yang menjadi gap atau kesenjangan antara tuntutan dunia kerja dengan realitas lulusan MM, sehingga dapat disusun strategi menyempurnakan program MM agar lulusannya sesuai dengan harapan dunia kerja.

Dalam rangka hal tersebut, belum lama ini, saya terlibat dalam diskusi di salah satu program MM universitas ternama di Jakarta. Diskusi tersebut membahas tuntutan dunia kerja saat ini atas lulusan program MM.

Karena universitas penyelenggara MM tersebut menganggap bahwa diskusi ini sangat penting, maka berbagai stakeholders dilibatkan, yaitu pengelola MM, dosen, alumni dan wakil dari dunia kerja. Variasi peserta dari berbagai latar belakang melahirkan diskusi yang kaya akan pendapat, yang ujungnya menghasilkan banyak insights mengenai kondisi program MM, kebutuhan dunia kerja dan langkah yang perlu dilakukan untuk menyelaraskan keduanya.

Hal yang saya rasakan dari diskusi adalah harapan yang amat besar dari dunia kerja dan alumni terhadap program MM. Dunia kerja sangat sadar bahwa tanpa manajer yang handal, maka daya saing menjadi lemah yang akhirnya mengancam keberlangsungan perusahaan, karena itu mereka amat berharap program MM yang berkualitas yang mampu melahirkan manajer – manajer handal.

Harapan Dunia Kerja
Diskusi mengerucut pada beberapa poin mengenai  harapan atas profil lulusan MM, sebagai berikut:

Pertama, lulusan MM diharapkan memiliki kemampuan berpikir dan bertindak strategis dan visioner  karena tugas utama manager  adalah mengelola dan mengarahkan organisasi. Semakin tinggi posisi manager di organisasi, maka mereka semakin mengurangi  hal yang bersifat teknis dan lebih ke menyusun strategi dan menentukan arah perusahaan.

Sayangnya, saat ini, menurut peserta dari dunia kerja, banyak orang yang posisinya sudah manager tetapi lebih banyak mengurusi hal teknis dibandingkan strategik. Kadar pikiran strategis dan visioner ditemukan juga masih lemah di kebanyakan manajer.

Ole karena itu, program MM diharapkan dapat memupuk mahasiswanya untuk punya kemampuan berpikir strategis dan melahirkan ide visioner. Mahasiwa perlu diajari dan ditantang selama kuliah di MM untuk mampu menganalisa masalah secara komprehensif dan mengambil keputusan yang bisa memberikan dampak signifikan bagi organisasi. Peserta diskusi sepakat bahwa kemampuan berpikir strategis ini merupakan salah satu tuntutan dunia kerja yang paling penting yang perlu dimiliki oleh lulusan MM.

Kedua, lulusan MM diharapkan memiliki kemampuan komunikasi dan presentasi yang baik. Manager akan sering berhadapan dengan Direksi atau jajaran senior management dalam pertemuan atau presentasi, dimana kemampuan komunikasi amat penting. Hal yang akan sia – sia jika seseorang memiliki ide- ide yang brilian, tetapi ia tidak dapat menyampaikan ide tersebut karena lemahnya kemampuan komunikasi.

Peserta diskusi menyoroti bahwa banyak manager junior dari lulusan MM yang punya ide-ide cemerlang tetapi akibat lemahnya kemampuan presentasi untuk menyampaikan ide, maka ide mereka tidak diterima oleh management.

Perlu disadari bahwa berhadapan dengan Direksi atau jajaran senior management menuntut kemampuan komunikasi  yang baik. Direksi umumnya punya jadwal dan agenda yang padat, sehingga saat pertemuan dengan direksi, usulan dari manajer – manajer perlu dijelaskan secara singkat dan padat. Bagaimana bisa menjelaskan poin – poin dari suatu masalah yang rumit secara singkat dan padat tanpa kehilangan esensi merupakan kemampuan yang perlu diasah lewat praktek dan teori di program MM.

Ketiga, ada satu orang alumni yang bukan dari perusahaan tetapi dari LSM, yang mengungkapkan bahwa kebutuhan manajer tidak hanya di perusahaan saja tetapi juga diperlukan di LSM – LSM. Akan tetapi, dalam kuliah, kerangka yang dipakai di MM adalah kerangka perusahaan yang bermotif keuntungan (profit oriented). Tidak pernah dibahas kasus – kasus management untuk di lembaga non – profit.

Oleh karena itu, alumni mengharapkan pengelola MM untuk mulai memasukkan mata kuliah mengenai bagaimana mengelola organisasi non profit.

Langkah – Langkah Strategis Program MM
Setelah tuntutan dunia kerja dipetakan, diskusi menyarankan sejumlah rencana aksi yang sebaiknya ditindaklanjuti oleh penyelenggara MM dalam upaya menyelaraskan kualitas lulusan MM dengan tuntutan dunia kerja, sebagai berikut:

Pertama, penyelenggara MM perlu membangun komunikasi yang efektif dengan dunia kerja agar program MM yang disusun dapat selaras dengan tuntutan dunia kerja.

Salah satu yang bisa dilakukan adalah sebelum dimulainya tahun ajaran baru penyelenggara MM dapat mengadakan diskusi atau seminar melibatkan dosen, praktisi dan alumni mengkaji kemutakhiran kurikulum di MM. Dari diskusi dapat diperoleh masukkan mengenai apakah kurikulum MM sudah selaras dengan tuntutan dunia kerja.

Kedua, jika poin pertama adalah keterlibatan secara tidak langsung, perlu dipertimbangkan juga keterlibatan langsung praktisi dunia kerja di kuliah MM.  Kehadiran praktisi dunia kerja di kuliah akan memberikan masukkan langsung yang berharga ke mahasiswa MM sehingga mereka paham isu terkini dan aplikasi teori di lapangan.

Praktisi dapat diundang sebagai dosen yang mengajar secara rutin. Kombinasi antara dosen dan praktisi dalam kuliah akan menawarkan proses kuliah yang menarik dimana mahasiswa memperoleh pemahaman yang lengkap antara teori dan aplikasi di dunia kerja.

Selain itu, kehadiran praktisi dapat juga melalui kuliah umum yang membahas isu – isu tertentu yang sedang ramai dibicarakan saat ini, sehingga mahasiswa paham dengan kondisi terkini di lapangan, sekaligus bisa menggunakan landasan teori yang sedang mereka pelajari untuk menganalisa isu yang ada.

Ketiga, melibatkan alumni dalam pembahasan program MM. Alumni punya posisi yang unik dan penting karena mereka pernah mengalami program MM sekaligus menerapkan ilmu yang didapat di MM ke lingkungan kerja. Artinya, mereka adalah salah satu stakeholder yang paling tahu apakah program MM selaras dengan kebutuhan di dunia kerja.

Keterlibatan alumni dapat dilakukan dengan mengundang mereka saat diskusi pembahasan program MM. Alumni sebaiknya diundang dari berbagai macam latar belakang sehingga penyelenggara dapat memperoleh perspektif atau input yang cukup variatif dari mereka. Mengajak alumni untuk berpartisipasi sebagai dosen atau memberikan kuliah umum juga merupakan upaya melibatkan mereka dalam proses penyempurnaan program MM.

Keempat, masukkan yang banyak disuarakan oleh dunia kerja adalah pentingnya pengelola MM kualitas intake atau seleksi calon mahasiswa MM. Salah satu yang disorot adalah perlunya syarat pengalaman kerja minimum dalam penerimaan program MM. Saat ini, entah karena tekanan jumlah siswa atau alasan lain, universitas mulai banyak yang menerima mahasiswa tanpa pengalaman kerja ke dalam program MM.

Baik alumni maupun wakil dari dunia kerja dalam diskusi berpendapat bahwa peserta MM yang tidak punya pengalaman kerja cenderung bersifat pasif dan menunggu saat di kelas. Sementara, peserta yang sudah berpengalaman kerja cenderung aktif berdiskusi dan memberikan pendapat di kelas. Kelas yang lebih aktif, tentu saja, akan memberikan kontribusi yang lebih baik kepada mahasiswa.

Kelima, sebagai antisipasi lingkungan dunia kerja yang dinamis, program MM perlu secara inovatif menanggapinya dengan menawarkan program – program studi baru. Salah satu contoh, seperti yang diungkapkan oleh seorang alumni, adalah program MM untuk organisasi non profit. Program studi baru atau pengembangan dari program studi yang sudah ada adalah salah satu cara yang perlu dilakukan oleh program MM untuk senantiasa selaras dengan kebutuhan dunia kerja.

Dari langkah – langkah yang disebutkan diatas, kunci program MM yang selaras dengan dunia kerja adalah komunikasi dan kerjasama antara universitas dan dunia kerja. Dengan komunikasi dan kerjasama yang erat, niscaya universitas atau dunia pendidikan bisa menghasilkan kualitas lulusan yang sesuai dengan tuntutan dunia kerja.
Semoga!


@PelautMasihMelautMalam@

................ii.......................
...............................................................................................................


Tidak ada komentar:

Posting Komentar