Gratisan Musik
PENGETAHUAN, ILMU, DAN FILSAFAT
Pengetahuan manusia itu tahu sesuatu, tidak ada yang menyangkal. Manusia tahu akan dunia sekitarnya, akan dirinya sendiri, akan orang-orang lain. Manusia tahu yang baik dan yang buruk, yang indah dan tidak indah. Bagaimanakah manusia itu dapat tahu, apakah sumbernya, apakah sebenarnya tahu itu ?
..
Pengetahuan. Beberapa pemikir filsafat menyimpulkan adanya empat gejala tahu, yaitu:
1. Tidak dari permulaan adanya manusia itu sudah tahu. Pada suatu ketika ia ingin tahu, maka iapun memaparkan isi hatinya dengan bahasa, yang sederhana sekalipun: apa ini, apa itu, apa sebabnya begini, apa sebabnya begitu? Pertanyaan itu biasanya disebabkan karena ia kagum dan heran. Untuk memuaskan keingin-tahuanya itulah maka ia bertanya. Jika akhirnya ia tahu, merasa terpenuhi keinginanya itu, sehingga untuk sementara puaslah ia. Karena yang ada disekeliling manusia itu banyak sekali, maka kekaguman dan keheranan itu serasa tak ada habisnya, maka terus meneruslah ia bertanya, kepada diri sendiri maupun orang lain. Pertanyaan kepada diri sendiri akan dijawab dengan melakukan penyelidikan. Semakin banyak yang diselidiki, semakin banyak hasil tahunya, dan semakin besar rasa kepuasanya. Tetapi, semakin banyak dan makin mendalam yang diketahuinya, biasanya makin besar pula usahanya untuk tahu. Rasa ingin tahu manusia akan berakhir pada akhir kesadaranya.
2. Selanjutnya, nampak gejala bahwa tahu yang memuaskan manusia itu adalah tahu yang benar. Tahu yang tidak benar disebut keliru. Tidak seorangpun cinta pada kekeliruan. Keliru seringkali lebih jelek darpada tidak tahu. Oleh karena tahu itu kerapkali menjadi dasar dari suatu tindakan, maka tahu yang keliru, kalau dijadikan tindakan, kerap kali tindakan itupun juga menjadi keliru, dan itu dapat menimbulkan bencana. Orang yang mengira tahunya benar, sebenarnya keliru. Manakala ia sadar akan kekeliruanya, maka segere lenyaplah kepuasanya. Oleh karena itu pemuas ingin tahu itu hanyalah kebenaran. Walaupun tidak mudah menganalisis apakah kebenaran itu ada dan bahwa kebenaran itu amat besar artinya bagi kehidupan manusia. Kebenaran adalah persesuaian antara tahu dan obyeknya. Karena obyek tahu itu amat banyak aspeknya dan sukar untuk mencakup seluruhnya, maka sukar juga untuk mencapai keseluruhan kebenaran. Yang penting setidak-tidaknya tahu itu harus sesuai dengan aspek obyeknya, bukanlah ia keliru, hanya belum lengkaplah tahunya. Kekeliruan barulah ada jika orang mengira tahu tentang suatu aspek tetapi aspek itu tidak ada pada obyeknya, sehingga tahunya tentang aspek itu tidak sesuai dengan obyeknya. Oleh karena itu kebenaran seringkali disebut juga obyektivitas. Tahu yang benar adalah tahu yang obyektif.
Bersambung...,
pustaka:
Soetriono dan Rita Hanafie, (2007), Filsafat Ilmu dan Metode Penelitian, Andi Offset, Yogyakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar