IBU.
..
..
Manusia. Menjalani kehidupan. Ber7-an untuk meningkatkan KUALITAS kehidupan. KeHIDUPan. Kadang, mengorbankan dirinya sendiri. IBU. Berfikir. Menalar. Membentuk perbuatannya, secara Nyata. Dikesadaran inderawi dan akalnya. Menjadi satu kesatuan dalam HIDUP. Demi keHIDUPan. SATU. KeSATUan yg SeIMBANG. DiSabar. DiSyukur,,,,Di KeHIDUPan. Demi kehidupan di5 anaknya. Demi AMANAT ditinggal Suaminya. Ayah Tercinta.
IBUnya Siang. Sore. Senja. Malam. Subuh. Pagi. SIANG. DikePERGIan. Di.
TUHAN.
TUHAN.
AMIN
(wow.I.LOVE YOU,.mom).
...............................
...............................
di11.5.17
siEmbun
keSUCIan
itu
PERGI
......
dgn
AMANAT
KESETIAAN
yg
TERJAGA
......
untuk
HUJAN
MENTARI
dan
PELANGI
........
di
Gelombang
Kilat
Halilintar
Hantu LAUT
....
KeHIDUPan
^^^^^^^^^^^^^^^^^
...............................
keSUCIan
itu
PERGI
......
dgn
AMANAT
KESETIAAN
yg
TERJAGA
......
untuk
HUJAN
MENTARI
dan
PELANGI
........
di
Gelombang
Kilat
Halilintar
Hantu LAUT
....
KeHIDUPan
^^^^^^^^^^^^^^^^^
...............................
^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^
! ? , + -: x =......di^^^^^^^^^^^^^^keHIDUPian.dkk.
FILSAFAT
Sejarah kefilsafatandikalangan filsuf menjelaskan tentang tiga hal yg mendorong manusia untuk berfilsafat, yaitu kekaguman atau keheranan, keraguan atau kegengsian dan kesadaran atas keterbatasan. Plato mengatakan: 'Mata kita memberi pengamatan bintang-bintang, matahari dan langit. Pengamatan ini memberi dorongan kepada kita untuk menyelidiki. Dan dari penyelidikan ini berawal FILSAFAT.
Agustinus dan Descartes mulai berfilsafat dari keraguan atau kesangsian. Manusia heran, tetapi kemudian ragu-ragu, apakah ia tidakm ditipu oleh panca indranya yg sedang heran? Rasa heran dan meragukan ini mendorong manusia untuk berfikir lebih mendalam, menyeluruh, dan kriitis untuk memperoleh kepastian dan kebenaran yg hakiki. Berfikir secara mendalam, menyeluruh, dan kritis inilah yg kemudian disebut berFILSAFAT.
Berfilsafat dapat juga bermula dari adanya suatu kesadaran akan keterbatasan pada diri manusia. Berfilsafat kadang-kadang dimulai apabila manusia menyadari bahwa dirinya sangat kecil dan lemah, terutama dalam menghadapi kejadian-kejadian alam. Apabila seseorang merasa bahwa ia sangat terbatas dan terikat terutama pada waktu mengalami penderitaan atau kegagalan, maka dengan adanya kesadaran akan keterbatasan dirinya tadi manusia mulai berfilsafat. Ia akan memmikirkan bahwa di luar manusia yg terbatas pasti ada sesuatu yg tidak terbatas yg dijadikan bahan kemajuan untuk menemukan kebenaran hakiki.
Berdasarkan pengetahuanya, terdapat beberapa jenis manusia dalam kehidupan ini, sebagaimana dipantunkan seorang filsuf:
Ada orang yg TAHU diTAHUnya
Ada orang yg TAHU ditidakTAHUnya
Ada orang yg tidak TAHU diTAHUnya
Ada orang yg tidak TAHU di tidakTAHUnya
Untuk mendapatkan pengetahuan yg benar, maka ketahuilah apa yg kau tahu dan ketahuilah pula apa yg kau tidak tahu, lanjut filsuf tersebut.
Pengetahuan dimulai dari rasa ingin tahu. Kepastian dimulai dari rasa ragu-ragu. Filsafat dimulai dari rasa ingin tahu dan keragu-raguan. Berfilsafat didorong untuk mengetahui apa yg telah diketahui dan apa yg belum diketahui. Berfilsafat berarti berendah hati bahwa tidak semuanya akan pernah diketahui dalam kesemestaan yg seakan tidak terbatas ini. Berfilsafat berarti mengoreksi diri, semacam keberanian untuk berterus terang, seberapa jauh sebenarnya kebenaran yg dicari telah dijangkau.
Ilmu merupakan pengetahuan yg kita guluti sejak bangku SD sampai pendidikan lanjutan dan perguruan tinggi. Berfilsafat tentang ilmu berarti keterus-terangan pada diri sendiri: apakah sebenarnya yg kita ketehaui tentang ilmu itu? Apakah ciri-ciri yg hakiki yg membedakan ilmu dari pengetahuan-pengetahuan lain yg bukan ilmu? Bagaimana mengetahui bahwa ilmu merupakan pengetahuan yg benar? Kriteria apa yg dipakai dalam menentukan kebenaran secara ilmiah? Mengapa ilmu mesti dipelajari? Apa kegunaan ilmu yg sebenarnya?
Berfilsafat berarti berendah hati mengevaluasi segenap pengetahuan yg telah diketahui. Apakah ilmu telah mencakup segenap pengetahuan yg seyogyanya diketahui dalam hidup ini? Dibatas manakah ilmu mulai dan dibatas manakah dia berhenti? Ke manakah kita harus berpaling di batas ketidaktahuan ini? Apakah kelebihan dan kekuarangan ilmu?
........
............................SAMPAI MENUTUP MATA...............................
di
JIWA
dan
RAGA
................
MERDEKA
.........................
Bersambung,..
pustaka:
Soetriono dan Rita Hanafie, (2007), Filsafat Ilmu dan Metode Penelitian, Andi Offset, Yogyakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar