Kamis, 06 Juni 2013

FILSAFAT ILMU dan METODOLOGI PENELITIAN (6)




Gratisan Musik

PENGETAHUAN, ILMU, DAN FILSAFAT

 3.  Apakah yang ingin diketahui manusia? Apakah obyek dari tahu itu? Tahunya manusia tentang sesuatu bukanlah suatu bekal yang dibawa sejak lahir. Ia ingin tahu karena ia kagum atas ahl-hal yang ada di sekelilingnya, yang merangsang dan menimbulkan keinginannya untuk tahu. Yang mengelilingi manusia dan yang ingin diketahui manusia adalah dunia seisinya, yang kelihatan maupun yang tidak kelihatan, asal ada, bahkan yang sekarang ini tidak ada, tetapi tidak mengandung kemustahilan, sehingga mungkin akan ada. Jadi obyek tahu itu adalah apa saja yang ada dan yang mungkin ada. Demi kelimpahan ada yang mengelilingi manusia serta kemungkinannya yang tak habis-habisnya itulah maka ingin tahu manusia itu hanya dibatasi oleh hiupnya, oleh kesadaranya. Manusia itu dirangsang oleh alam sekitarnya unntuk tahu. Apakah sebenarnya yang dirangsang? Yang dirangsang terutama adalah indra, yang secara umum dianggap ada lima, sering disebut dengan panca indra, yaitu: penglihatan, penciuman, pendengaran, perasaan lidah, dan perasaan badan (kulit). Lepas dari berapa banyak indra yang dimiliki manusia (ada manusia yang memiliki lebih dari lima indra), indralah yang pertama-tam bersentuhan dengan alam. Persentuhan dengan alam inilah ang disebut dengan pengalaman (ingat, bukan hanya penciuman saja yang tersentuh oleh bau. Biasanya seluruh indra akan tersentuh, tetapi hanya ada salah satu yang terutama terkena oleh obyeknya, sehingga yang mencium, mendengar, dan melihat adalah manusianya). Atas sentuhan itu, manusia mengangadakan reaksi, yaitu tahu, dan ini dicetuskan dengan putusan, misalnya "buah mangga itu asam". Dengan demikian pengalaman semata-mata bukanlah pengetahuan yang sebenarnya. Pengalaman itu hanya memungkinkan pengetahuan. Pengetahuan sebenaarnya barulah ada jika manusia demi pengalamanya mengadakan putusan atas obyeknya.

4.  Oleh karena manusia mengadakan putusan, maka manusia yang tahu itu, tahulah ia bahwa ia tahu. Perhatikanlah analisis berikut ini. Manusia tahu benar bahwa ia tidak tahu sesuatu, maka bertanyalah ia, misalnya kepada  orang lain. Setelah diberi tahu, tahu jugalah ia bahwa ia tahu. Mungkin juga ia mengira bahwa ia tahu, tetapi pada suatu ketika ternyata ia tahu bahwa ia keliru. Jadi, sebenarnya belum tahulah ia. Ia akan bertanya atau mengadakan penyelidikan sendiri. Hasilnya, tahulah ia sekarang. Dulu, ia tahu bahwa ia keliru atau belum tahu, dan sekarang ia tahu bahwa ia tahu.

...
Dari beberapa uraian diatas, nampak emapt gejala tahu, yaitu: (a) manusia ingin tahu, (b) manusia ingin tahu yang benar, (c) obyek tahu ialah yang ada dan yang mungkin ada, dan (d) manusia tahu bahwa ia tahu.

...
Orang yang tahu disebut mempunyai pengetahuan. Jadi, pengetahuan adalah hasil dari tahu. Kalau orang tahu bahwa pohon itu rendah, maka ia mengetahui hal 'rendah' itu terhadap pohon itu. Ia mengetahui sesuatu terhadap sesuatu. Tahu itu menghasilkan pengetahuan. Pengetahuan sesuatu (rendah) terhadap sesuatu itu (pohon) disebut 'putusan', sehingga pada dasarnya putusan dan pengetahuan itu adalah sama. Oleh karena itu orang yang tidak tahu tidak dapat mengadakan putusan. Atau putusan merupakan cetusan dari pengetahuan. Dalam pengetahuan ada pengakuan sesuatu terhadap sesuatu. Ada dua sesuatu dalam putusan sehingga putusan selalu ada bagianya, yaitu yang menjadi dasar pengakuan dan yang diakui terhadap dasar itu. Dasar pengakuan itu disebut subyek  dan yang diakui terhadap subyek itu dinamakan predikat. Putusan tidak harus dicetuskan dengan kata. Bisa jadi putusan hanya ada dalam hati manusia saja.

Segi tiga itu 'lancip', Putusan itu (lancip) berlaku hanya untuk segitiga tertentu yang satu itu, karena pengetahuanyapun hanya tentang segitiga yang satu itu. Lain halnya dengan putusan 'segitiga itu jumlah sudutnya 180 derajat. Putusan ini berlaku untuk seluruh segitiga, bukan hanya untuk segi tiga tertentu saja.

Putusan yang berbunyi segitiga itu 'lancip' adalah khusus dan putusan yang dirumuskan dengan 'segitiga itu jumlah sudutnya 180 derajat itu berlaku umum. Berdasarkan dua macam putusan itu maka pengetahuan pun ada dua macam: pengetahuan khusus yang mengenai sesuatu yang satu atau tertentu saja dan pengetahuan umum yang berlaku bagi seluruh macam dan masing-masing dalam macamnya. Baik pengetahuan khusus maupun pengetahuan umum, keduanya milik manusia berdasarkan pengalaman, entah itu pengalaman manusia itu sendiri maupun pengalaman orang lain.

Yang harus dicatat, pengetahuan umum ini memang agak aneh. Karena yang bersentuhan dengan manusia adalah yang khusus, tidaklah manusia yang berindra itu bertemu dengan yang umum. Dalam praktiknya, tidak pernah manusia itu, bertemu dengan segitiga yang umum. Akan tetapi pengetahuan umum itu memang ada, dan itu sungguh milik manusia dan dipergunakan oleh manusia. Jadi manusia memiliki pengetahuan umum itu juga melalui indranya, melalui persentuhan indranya dengan sesuatu yang khusus, satu per satu.

Bersambung,..  

pustaka:
Soetriono dan Rita Hanafie, (2007), Filsafat Ilmu dan Metode Penelitian, Andi Offset, Yogyakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar