Rabu, 05 Juni 2013

FILSAFAT ILMU dan METODOLOGI PENELITIAN (3)




Gratisan Musik

HAKIKAT PRIBADI MANUSIA




SEBAGAI MAKHLUK INDIVIDU YANG MEMASYARAKAT. Kedudukan manusia sebagai individu dan anggota mansyarakat juga berada dalam satu struktur kesatuan. Dengan demikian manusia adalah makhluk individu yang memasyarakat sekaligus makhluk sosial yang mengindividu.

Individu Yang Memasyarakat. Karena lahir satu persatu, orang per orang, manusia lahir secara individual sebagai satu diri-pribadi yang berbeda dan terpisah dengan yang lain, termasuk orang tua yang melahirkanya. Akan tetapi manusia lahir dalam keadaan yang serba lemah. Keberadaan dan hidupnya hanya bisa bergantung kepada pihak lain. Hukum alam ini merupakan realitas yang tak dapat dihindarkan. Akan tetapi, sebagai individu yang berdiri-pribadi, manusia memiliki otonomi dan kebebasan jiwa, yang berhak berbuat atau tidak berbuat.
Dalam diri-pribadi  setiap orang itu ada kesadaran. Pertama, sadar akan dirinya sebagai pribadi (individu) ciptaan Sang Pencipta, karena ia lemah dan kelahiranya berantung sepenuhnya kepada orang lain (sampai taraf tertentu). Kedua, sadar akan dirinya yang juga memiliki potensi untuk hidup diatas otonomi dan kebebasanya, tidak larut dalam sifat dan kepribadian orang lain, dan ingin menjadi dirinya sendiri dengan segala keunikan diri-pribadinya. Dengan kesadaranya, segala kecenderungan dan keinginan yang berbeda (maupun yang sama) akhirnya menciptakan suatu kerjasama dalam pengaturan-pengaturan yang diciptakanya sendiri. Setiap orang menyelenggarakan hidup dan mengembangkan kehidupanya dengan cara menghubungkan dan meningkatkan diri masing-masing sehingga kelebihan dan kekurangan yang ada bisa diberikan kepada dan diterima orang lain. Karena itu masyarakat adalah sarana (bukan tujuan) bagi penyelenggaraan hidup dan pengembangan kehidupan orang-seorang. Dengan demikian masyarakat akan berkembang menurut jenis, bentuk, dan sifat kebutuhanya.

Masyarakat Yang Mengindividu. Pada tingkat yang paling inti, orang tua pada umumnya ingin anak-anaknya berkembang sesuai dengan imajinasinya, mendidik, mediktekan apa saja, karena merasa memiliki mereka. Orang tua membentuk sifat dan sikap moral anak-anaknya dengan kurang memperhatikan potensi kodrat masing-masing.
Pada tingkat kemasyarakatan yang lebih luas, sering dengan suatu sistem yang ketat, kebutuhan, kepentingan, dan bahkan potensi individu terserap habis oleh suatu idealisme sosial yang berlaku. Demi kepentingan bersama, setiap orang digiring kedalam suatu dunia yang semakin jauh yang dapat mematikan potensi individualnya. Dalam tingkat sosial yang demikian, individu adalah alat bagi masyarakat yang berperan sebagai tujuan. Dalam kondisi masyarakat seperti itu, individu-individu menjadi artifisial, baik arti, posisi, maupun fungsinya. Setiap individu mendapatkan arti dari masyarakatnya sedemikian rupa sehingga potensi individualnya tidak berekembang wajar, yang oleh karena itu masyarakat senantiasa aman dan tentram dalam segala kegelisahaan individual. Dingin diluar, tetapi mendidih di dalam. Ini sungguh berbahaya.
Oleh sebab itu, masyarakat adalah taraf perkembangan individu dalam menyelenggarakan hidup dan mengembangkan kehidupanya. Jadi yang riil, yang berkuasa, yang berdiri sebagai subyek adalah individu, bukan masyarakat. Masyarakat adalah suatu kesadaran sosial tertentu, demi keteraturan kehidupan bersama sedemikian rupa sehingga setiap individu mendapatkan kesempatan untuk memerankan dirinya sebagai manusia yang otonom dan bebas.
Yang terlihat nyata dalam masyarakat kampus adalah orang-orang yang dengan otonomi dan kebebasanya, tentu juga dengan kesadaranya, mencari dan terus mencari ilmu pengetahuan yang benar. Pejabat universitas adalah petugas yang menyelenggarakan segala kemudahan pencarian kebenaran ilmu pengetahuan itu, badan pelaksana kepentingan para pencari kebenaran ilmu pengetahuan itu, dan pencari kebenaran itu adalah mahasiswa bersama-sama dengan dosenya. Oleh karena itu sikap ilmiah perlu diwujudkan dalam masyarakt kampus.

Bersambung,....
pustaka:
Soetriono dan Rita Hanafie, (2007), Filsafat Ilmu dan Metode Penelitian, Andi Offset, Yogyakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar