Selasa, 04 Juni 2013

Teamwork Bisa Dibangun di Kantin




Gratisan Musik



Terusan judul di atas adalah teamwork bisa dibangun di kantin gak melulu di ruang meeting. Sebenarnya ga di kantin juga sih, di kafe atau di tempat cozy mana saja, cuma saya milih kata kantin biar berima saja.

Berhubung saya ini pengamat yang suka melihat di jarak yang tidak dekat, saya memperhatikan terkadang kegagalan pemimpin dalam membuat tim kerja yang solid adalah kurangnya arus informasi bolak-balik antar pimpinan dan bawahan, antar rekan kerja, dan antar pemilik kantin dan yang diutangin. Yang terakhir tentu saja ngawur. Tolong dicoret.

Sepertinya mudah ya membangun team work. Berapa banyak dana digelontorkan untuk acara outbond dan team building, berapa banyak pohon dipanjat dan berapa banyak rakit dibangun untuk acara yang ditujukan untuk membangun kekompakan tim itu.

Saya sih berpendapat program tersebut bukan tidak efektif, saya sendiri enjoy kok ikutan team building. Masalahnya kadang kita balik lagi ke lingkungan kerja, dan balik lagi ke ritme kerja yang sama. Cenderung individual, mementingkan keberhasilan pribadi dan divisinya, dan melupakan kembali bahwa kita adalah bagian dari unit-unit yang sebetulnya dalam kapal perang yang sama, dengan satu tujuan yang sama pula: memenangkan perang Bharatayuda di padang Kurusetra pemasaran.

Lalu apalagi ya yang bisa dilakukan para leader untuk meraih eh membangun kerjasama team yang solid dan hemat biaya? Blusukan bisa jadi satu alternatif. Blusukan ini bukan melulu berarti turun ke bantaran sungai dan jalan-jalan ke pintu air Katulampa.

Dalam organisasi  blusukan juga berarti mau turun ke bawah. Saya teringat pimpinan tertinggi di perusahaan saya dulu pernah ujug-ujug di sebelah saya dan asyik ngajak ngobrol sementara saya bekerja. Dia memperhatikan apa yang saya kerjakan, dan menanyakan problem-problem apa saja yang biasa saya hadapi.

Saya sangat menghargai hal itu. Pimpinan yang mau turun ke level bawah adalah pimpinan yang mendobrak barrier berupa tembok kesenjangan komunikasi antara atasan dan bawahan. Bila kita yang harus melapor atasan dan menghadapinya di ruangan kerja segede gaban terpisah jarak meja besar segede meja bilyar dan dia duduk di singgasana kursi kulit ala Don Vito Corleone di pelem God Father, ya tentu saja ada perasaan ketar-ketir bawahan dalam menyampaikan permasalahan. Gimana mau curhat coba.

Meeting pun tidak melulu harus di ruang meeting, ada juga tipe pimpinan di tempat saya yang bersedia melakukan meeting di ruang manapun, termasuk di warung. Kadang penampilan yang santai dengan pakaian kasual juga membuat kenyamanan orang-orang yang dia ajak bicara. Whuaaah..apalagi sambil ditraktir.

Tapi ada juga yang bisa dibilang masuk ke ruang lantai yang berbeda dengan dimana dia berada hanya setahun sekali, itupun kalau lebaran doang dan dia safari ke tiap lantai untuk salaman. Halah tak kenal maka tak sayang kan ya?

Membangun teamwork memang asik kalau diinisiasi oleh pimpinan, toh dia yang jadi motor penggerak. Nah tinggal mau bagaimana gaya kepimimpinan bagaimana yang ingin diterapkan untuk membangun team ini? Saya rasa untuk organisasi yang ingin bergerak dinamis model-model gaya kepemimpinan yang kaku dan menempatkan posisi pimpinan sebagai orang yang duduk di atas menara sudah gak jaman lagi.

Dan untuk itu saya setuju dengan gaya Jokowi. Saya anggap itu bukan pencitraan.

pustaka:
http://ekonomi.kompasiana.com/manajemen/2013/06/02/teamwork-bisa-dibangun-di-kantin--565052.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar