Senin, 10 Juni 2013

Di Bawah Cumbuan Hujan





dibawah cumbuan hujan kita berlari-lari kecil seperti kisah seorang ibu mencari air untuk anaknya di antara safa dan marwah. namun kita tidak sedang mencari air, tapi justru menghindari air. tidak ada payung yang kita bawa, kecuali sehelai jaket kain yang kita gunakan bersama. kita saling tertawa kecil, tersenyum simpul diantara tetes air yang jatuh dari ujung-ujung kanopi daun di sekitar halaman menembus parkiran. seperti biasa aku mengantarmu pulang di kala senja datang menyapa.

aku merindukan hal-hal yang tak disengaja diantara kita, ketika kita pertama bertemu secara tak sengaja, atau saat kita berkenalan tanpa suara. seperti hari ini ketika kita pulang bersama, ditemani hujan yang datang menyapa. diatas motor tua sederhana ini kau menemaniku dari belakang, menembus hujan. kita tak pernah kedinginan, kehangatanmu walau tanpa sentuhan jauh lebih nyaman dari pakaian tebal berharga mahal. aku memilih mengantarmu dengan motor tua dimana kita pertama duduk bersama, berdua.

dengan motor tua ini kita menembus hujan, menjejak jalan-jalan kecil yang licin, berkelok diantara labirin-labirin kecil gang perkampungan. tak ada kekhawatairan, kita masih bisa tertawa, tersenyum simpul diantara percakapan yang entah apa, kau tahu aku bahkan tak mampu mengingat sepatah katapun dari perbincangan itu, tapi memoriku masih menyimpan serderhananya senyuman yang terlukis di bibir tipismu. esok hari kita bertemu kembali,untuk tak lelah menembus hujan hingga menantang panas mentari, seperti biasa kita akan melaluinya dengan senyuman, seperti hari ini, sesederhana ini.

pustaka:
http://fiksi.kompasiana.com/puisi/2013/06/09/dibawah-cumbuan-hujan-567182.html



Tidak ada komentar:

Posting Komentar