setelah banyak waktu ku lalui untuk menemukanmu
aku linglung, tersesat dalam hutan hatimu yang paling dalam
aku berpaling..
berusaha menarik hatiku yang terjerat
tapi matahari tak pernah lupa untuk terbit
sama.
sama dengan semua ini yang namanya takdir.
setelah lama aku menunggu
hujan, kemarau, badai, angin….
aku tak pernah peduli,
hobiku mematung dalam diam di pelosok sanubarimu
menunggu ada berita lagi,
tapi aku terlanjur tenggelam, dalam lautan keraguan.
dan aku tak tahu bagaimana lagi membawa hatiku pulang pada sukma
setelah berkali-kali aku jatuh
aku tak pernah kapok untuk bangun,
menyeka peluh yang jatuh di dahiku, membasasi tubuhku
dan bodohnya aku tetap bangun,
sekalipun nyata-nyata aku telah tertimpa ratusan ton beban yang ada
dan serasa aku mati dalam hamparan rinduku
setelah aku lelah dan menyerah..
kau pun datang..
seharusnya aku memelukmu, menangis, meraung,
bahagia campur sedih jadi satu
dan biasanya ku namai haru biru
namun aku hanya bisa mematung lagi
entah mengapa lagi.
seharusnya aku memelukmu,
membisikkan kata rindu ini,
menanyakan darimana saja dirimu,
tapi aku hanya mampu memendamnya dalam diam
dan berdoa semoga kau baik-baik saja
seharusnya aku memelukmu,
mengatakan aku rindu padamu,
mendengar ceritamu tentang kelana panjang itu
tapi lagi-lagi aku membisu
entah saking kagetnya atau saking rindunya
yang pasti..
aku sangat rindu padamu..
pustaka:
http://fiksi.kompasiana.com/puisi/2013/06/10/rinduku-567602.html
aku linglung, tersesat dalam hutan hatimu yang paling dalam
aku berpaling..
berusaha menarik hatiku yang terjerat
tapi matahari tak pernah lupa untuk terbit
sama.
sama dengan semua ini yang namanya takdir.
setelah lama aku menunggu
hujan, kemarau, badai, angin….
aku tak pernah peduli,
hobiku mematung dalam diam di pelosok sanubarimu
menunggu ada berita lagi,
tapi aku terlanjur tenggelam, dalam lautan keraguan.
dan aku tak tahu bagaimana lagi membawa hatiku pulang pada sukma
setelah berkali-kali aku jatuh
aku tak pernah kapok untuk bangun,
menyeka peluh yang jatuh di dahiku, membasasi tubuhku
dan bodohnya aku tetap bangun,
sekalipun nyata-nyata aku telah tertimpa ratusan ton beban yang ada
dan serasa aku mati dalam hamparan rinduku
setelah aku lelah dan menyerah..
kau pun datang..
seharusnya aku memelukmu, menangis, meraung,
bahagia campur sedih jadi satu
dan biasanya ku namai haru biru
namun aku hanya bisa mematung lagi
entah mengapa lagi.
seharusnya aku memelukmu,
membisikkan kata rindu ini,
menanyakan darimana saja dirimu,
tapi aku hanya mampu memendamnya dalam diam
dan berdoa semoga kau baik-baik saja
seharusnya aku memelukmu,
mengatakan aku rindu padamu,
mendengar ceritamu tentang kelana panjang itu
tapi lagi-lagi aku membisu
entah saking kagetnya atau saking rindunya
yang pasti..
aku sangat rindu padamu..
pustaka:
http://fiksi.kompasiana.com/puisi/2013/06/10/rinduku-567602.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar