Layaknya kabel diantara tiang tiang nasib
Ikuti arusnya mencium bibir usia
Belah malam hajar sepi udara
Menjalar jalan jalan kota, hingga ke rumah rumah ditepi desa
Tapi aku tak pernah bisa mengalirkan sendiri arus nasibku
Karena aku masih terapung apung dalam lautan nasibku
Teringgal bersama segala kebodohan yang tertanam dalam kepalaku
Di persimpangan malam sesaat sepi hanyut dalam segelas kopi
Berakhir diperut nasibku menjadi kerak dalam sungai waktu, yang mengalir deras mengahyutkan mimpi mimpiku..
pustaka:
http://fiksi.kompasiana.com/puisi/2013/06/03/diantara-tiang-malam-565722.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar