Mengenal Knower, Knowing,
Knowledge
Dalam Pegembangan Ilmu
Pengetahuan
Ilmu hanya Tuhan yang memiliki
dan menciptakannya. Manusia hanya memohon kepada Tuhan untuk diberikan ilmu,
mencari dan menemukan ilmu melalui suatu proses penelitian atau suatu
kajian ilmiah. Ilmu sebagai dasar peradaban
manusia yang meliputi: ontologis, berkaitan dengan segala sesuatu yang
bertalian dengan terbentuknya ilmu; epistimologis merupakan bagian yang
menyangkut seluk beluk atau proses dari lahirnya suatu ilmu; ataupun secara
aksiologis, menyangkut kegunaan dari ilmu tersebut.
Pemahaman terhadap objek
melalui proses ‘knower’, dalam hal ini manusia yang mempunyai kemampuan untuk
mengetahui, dimana kemampuan tersebut dapat diketahui dengan adanya kemampuan
kognitif, yaitu kemampuan untuk mengetahui (mengerti, memahami, dan
menghayati)dan mengingat apa yang diketahui berlandaskan akal rasio dan
bersifat netral. Dan adanya kemampuan afektif, yakni kemampuan merasakan dan
bersifat tidak netral. Rasaa tersebut menyangkut cinta, keindahan,
menghubungkan dengan sesuatu yang ghaib, serta sebagai sumber kreativitas/seni,
dan menjadikan manusia bermoral. Serta adanya kemampuan konatif, yaitu
kemampuan untuk mencapai apa yang dirasakan, daya dorong (karsa, kemauan,
keinginan, hasrat) untuk mencapai atau mendekati atau menjauhi yang didiktekan
oleh rasa. Knower merujuk pada kesadaran yang lebih dalam bagi berfungsinya
ketiga kemampuan yang telah diungkapkan
Pemahaman terhadap objek
melalui proses ‘knowing’, merupakan suatu proses nalar atau proses berpikir
yang dilakukan sebagai kesadaran sebagai landasan berfikir atau nalar. Yang
dipikirkan manusia adalah segala sesuatu yang dapat diindera maupun yang tidak
dapat diindera. Dalam hal ini, bahwa kemampuan manusia dalam berpikir atau
bernalar dengan menggunakan indera adalah pengalaman (experience) yang epirikal (nyata). Sedangkan kemampuan manusia
dalam berpikir dan bernalar dengan tidak menggunakan indera atau melihat secara
langsung adalah dunia metafisik (dunia ghaib) yang transendental. Media nalar
dalam hal ini adalah dengan menggunakan logika dan matematika yang melahirkan
pemikiran ‘deduksi’ dan statistic yang dapat melahirkan pemikiran ‘induksi’.
Namun yang perlu diingat bahwa bagi logika dan matematika, kebenaran itu adalah
kebearan form bukan content, sebab itu disebut kebenaran kosong. Sedangkan
media penalaran terhadap dunia metafisik adalah kitab suci yang menggambarkan
tentang masa lalu, masa datang, dan masa di alam ghaib serta para makhluk
ghaib.
Pemahaman terhadap objek
melalui proses ‘knowledge’ merupakan pemahaman manusia yang berhubungan dengan
kepercayaan yang dimiliki, baik berdasarkan atas animisme dan dinamisme, maupun
kepercayaan terhadap agama/ajaran, ataupun kepercayaa yang timbuk dari hasil
penelitian yang berdasarkan atas metode berfikir. Selain itu, proses knowledge
adalah realibilitas dan solidaritas dari dunia eksternal yang kita ketahui
melalui presepsi pengertian, pertaliannya dengan ingatan dan pengenalan dengan
objek-objek yang sama. Knowledge juga juga menyangkut dunia eksternal,
persepsi, memori analisa bahasa dan masalah komunikasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar