Manajemen sebagai Seni dan Sains
Manajemen Seni atau Sains? Berdasarkan pengertian di atas, maka sering didapati pertanyaan apakah manajemen itu seni ataukah sains? Seni di satu sisi bersifat dinamis, tidak berpola tunggal, dan menuntut adanya kreativitas dan keterlibatan di dalamnya. Sedangkan di sisi lain, sains cenderung bersifat statis, berpola tunggal berdasarkan pembuktian ilmiah, dan menuntut adanya tahapan-tahapan yang sistematis. Kedua pendapat tersebut memiliki keunggulanyanya masing-masing sekaligus keterbatasannya. Untuk dapat menyelesaikan berbagai hal dalam sebuah organisasi, diperlukan adanya tahapan-tahapan kegiatan yang satu sama lainnya harus saling berhubungan. Sebagai contoh, misalnya jika kita berbisnis restoran, maka diperlukan tahapan-tahapan dari mulai pendirian atau penyewaan rumah makan, penentuan jumlah tenaga kerja yang diperlukan, penentuan peralatan dan perangkat yang dibutuhkan, hingga tahapan berbelanja harian hingga penjualan makanan kepada pembel makanan di restoran kita, dan lain-lain. Bahkan agar pembeli atau konsumen yang membeli makanan di restoran kita merasa puas, diperlukan pula tahapan-tahapan untuk melatih para pelayan restoran agar dapat melayani pembeli dengan ramah, bersahabat, dan juga cepat. Akan tetapi di sisi lain, bagaimana cara yang terbaik dalam melayani pembeli dengan ramah dan bersahabat juga tidak cukup hanya melalui pelatihan, karena berkomunikasi dengan orang-orang juga memerlukan seni yang sangat ditentukan oleh pengalaman dan sifat dari pelayan restoran yang kita miliki. Di sinilah seni juga memiliki peran selain tahapan-tahapan tadi. Jika kita adalah pemilik dari restoran, bagaimana kita memperlakukan tenaga kerja kita juga sangat memerlukan seni dalam menghadapi orang-orang. Di sinilah barangkali manajemen sebagai seni maupun sains perlu dipadukan. Manajemen sebagai seni dapat dilatih melalui intuisi dan pengalaman dalam menghadapi kasus-kasus. Adapun manajemen sebagai sains bisa dipelajari melalui pendidikan dan pelatihan.
Ringkasan
Manajer adalah
orang yang menjalankan kegiatan manajemen.
Dalam berbagai
jenis organisasi, istilah manajer dapat direpresentasikan oleh istilah lain
sepeerti presiden, ketua, wakil presiden, wakil ketua, kepala bagian, dan
seterusnya.
Beberapa
keahlian diperlukan agar para manajer dapat menjalankan fungsi-fungsi
manajemenya dengan baik. Keahlian-keahlian tersebut di antaranya adalah
keahlian teknis, keahlian konseptual, keahlian berkomunikasi dan berinteraksi,
keahlian dalam pengaturan waktu, keahlian dalam manajemen global, serta
keahlian dalam teknologi.
Ada beberapa
tingkatan manajemen dikaitkan dengan peran dan tugasnya sekaligus juga keahlian
yang dimilikinya, yaitu manajemen tingkat puncak, manajemen tingkat menengah,
manajemen supervisi, dan manajemen nonsupervisi. Masing-masing tingkatan
manajemen tersebut mensyaratkan peran dan tugasnya masing-masing.
Berdasarkan
pengalaman para manajer dalam menjalankan organisasi maupun kenyataan yang bisa
di dapat di lapangan, manajemen dapat dipahami sebagai sebuah pengetahuan
sekaligus juga pengalaman. Oleh karena itu, bagi mereka yang ingin menjadi
seorang manajer, maka kedua aspek dari manajemen yaitu pengetahuan dan
pengalaman perlu untuk dikuasai secara bersamaan.
Berdasarkan
kenyataan bahwa manajemen adalah pengetahuan sekaligus juga pengalaman dalam
praktik, ilmu manajemen memiliki sisi sebagai sains namun juga sebagai seni
dalam menyelesaikan suatu pekerjaan.
Kuis
1.
Siapakah manajer
itu?
2.
Uraikan beberapa
tingakatan manajemen perusahaan?
3.
Keahlian-keahlian
apa saja yang perlu dimiliki oleh manajer?
4.
Apa yang
dimaksud dengan human relation skills?
5.
Mengapa
manajemen dapat dikatakan sebagai pengetahuan sekaligus seni?
Uraikan beserta
contoh!
.......
Pustaka:
Ernie dan Kurniawan (2009), Pengantar Manajemen,
Kencana Perdana Media Group, Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar