Jumat, 09 Agustus 2013

Manajemen Strategik Dalam Pengembangan Daya Saing Organisasi (14)

Analisis Lingkungan 
Akibat menggejalanya revolusi informasi dan globalisasi, lingkungan kini mengalami perubahan yang luar biasa dan intensitasnya semakin sering serta sukar sekali diramalkan. Akibatnya, persaingan menjadi semakin sengit dan permasalahan yang dihadapi perusahaan semakin hari menjadi semakin rumit. Untuk itu, sebelum berbagai proses lain dalam manajemen strategik dilakukan, analisis mengenai lingkungan perusahaan merupakan hal yang pertama dan niscaya untuk dilakukan. Yang dimaksud dengan analisis adalah penelusuran kondisi eksternal dan internal yang dihadapi perusahaan sampai pada pangkalnya. Dengan demikian, perusahaan akan dapat mewaspadai dan memahami implikasi-implikasi perubahaan untuk kemudian dapat bersaing secara lebih efektif.

Dasar pemikiran mengapa analisis lingkungan ini harus dilakukan adalah general system theory. Menurut teori ini, organisasi dewasa ini lebih merupakan suatu sistem yang terbuka (open system). Oleh karena itu, organisasi sangat dipengaruhi dan bertinteraksi secara konstan dengan lingkungan yang melingkupinya. Dengan demikian, tugas utama yang paling penting bagi manajemen perusahaan adalah memastikan bahwa pengaruh tersebut dapat disalurkan melalui arah yang positif dan dapat memberikan kontribusi optimal terhadap keberhasilan dan pencapaian daya saing organisasi secara keseluruhan.

Walaupun tampak sederhana, analisis lingkungan dalam realitanya sangat kompleks karena bagaimanapun unsur evaluatif terhadap kinerja masa lalu sering kali menjadi sesuatu yang tidak dapat dihindarkan. Akibatnya, dalam realitas yang ada, walaupun lingkungan telah berubah dengan demikian pesatnya dan sangat dramatis, sering sekali “gagasan-gagasan yang baik” di masa lalu diharuskan menjadi “pedoman kebijakan” pada masa kini dan “mandat”  yang harus dilaksanakan dan diteruskan untuk hari esok. Fenomena ini tentu saja menjadi tantangan tersendiri bagi manajemen perusahaan yang berusaha untuk terus kompetitif dalam persaingan.

Pelajaran-pelajaran dari masa lalu yang telah terinternalisasi secara mendalam dan terus dilanjutkan dari satu generasi manajer ke generasi berikutnya kadangkala menimbulkan bahaya tersendiri bagi organisasi secara keseluruhan. Pertama, dengan berjalannya waktu, orang mungkin lupa mengapa memercayai atau melakukan apa yang dipercayai dan melakukan. Kedua, para manajer mungkin jadi percaya bahwa apa yang tidak diketahui tidaklah penting untuk diketahui. Dengan kata lain, apa yang telah diwariskan dari masa lalu seperti tujuan, misi, dan strategi telah menjadi suatu hal yang dogmatis untuk dilaksanakan masa kini.

Untuk memberikan ilustrasi yang tepat mengenai keadaan ini, mungkin ada baiknya kita memerhatikan eksperimen yang dilakukan kepada kera, sebagaimana Hamel dan Prahalad dalam konteks Competing for The Future.

Eksperimen dimulai dengan memasukan empat ekor kera ke dalam sebuah ruangan. Di tengah ruangan ini ditancapkan sebuah tiang tinggi dengan setandan pisang yang digantungkan di atasnya. Dengan maksud akan memetik pisang, seekor kera yang sangat lapar bersemangat memanjat tiang itu. Tepat ketika akan meraih pisang itu, ia disiram dengan air dingin dari pipa yang terpasang di langit-langit. Sambil menjerit, kera itu membatalkan niatnya dan turun dari tiang. Tiap-tiap kera kemudian berusaha kera secara bergiliran mendaptkan pisang. Masing-masing menerima semprotan air dingin yang sama dan masing-masing turun dari tiang dengan tangan hampa. Setelah berkali-kali tersiram dan menjadi basah kuyup, kera-kera tersebut akhirnya menyerah.

Setelah keadaan benar-benar terkondisi, salah satu dari keempat ekor kera tersebut dikeluarkan dari eksperimen dan seekor kera baru dimasukan. Begitu kera baru yang belum tahu apa-apa ini mulai memanjat tiang, rekan-rekannya menangkap dan menariknya turun dari tiang. Sang kera baru ini menangkap pesan dari tindakan teman-temannya tersebut, yaitu jangan panjat tiang itu! Setelah beberapa kali usahanya gagal, kera yang baru, menghentikan usahanya untuk mendapatkan pisang. Satu per satu kemudian, kera-kera digantikan dengan kera baru. Setiap kera baru mendapat pelajaran yang sama, jangan memanjat tiang. Tak seekor pun kera baru yang berhasil mencapai puncak tiang dan tak seeokor pula yang pernah menerima siraman air dingin. Tidak ada yang mengetahui secara persis mengapa memanjat tiang dilarang, tetapi semuanya mematuhi preseden yang sudah terkondisi dan mapan. Bahkan setelah penyiram air disingkirkan, tidak ada kera yang berusaha memanjat tiang.

Walaupun manajer bukanlah kera, tetapi yang ingin disampaikan Hamel dan Prahalad dalam kasus ini adalah preseden yang dituangkan dalam bentuk manual kebijakan, proses-proses korporat, dan program-program pelatihan sering kali berumur lebih panjang dari konteks industri tertentu yang diciptakannya. Kemudian bahaya yang barangkali lebih besar lagi adalah bahwa orang jadi tidak mengetahui apa yang tidak diketahuinya dan bahkan yang lebih parah lagi, tidak tahu bahwasanya tidak tahu.

Ada banyak kasus menarik yang representatif untuk menjelaskan fenomena di atas. Promosi dengan menggunakan Ronnie McDonald (badut berwajah putih dan berhidung merah) gagal total di Jepang karena wajah putih di Jepang dianggap sebagai lambang kematian. Coca-Cola misalnya harus menarik botol dua liternya dari pasar di Spanyol setelah menemukan bahwa lemari es yang dipakai oleh kebanyakan orang di Spanyol ternyata tidak memiliki ruang yang cukup besar untuk menampung botol dua liter tersebut. General Food bahkan menghabiskan jutaan dolar untuk memperkenalkan kepada konsumen Jepang sejenis bahan pembuat kue instan. Perusahaan ini gagal mengetahui bahwa ternyata hanya 3% dari rumah tangga Jepang yang memiliki oven untuk membuat kue tersebut.

Kasus-kasus diatas sesungguhnya mengingatkan betapa pentingnya melakukan analisis lingkungan sebagai analisis pendahuluan. Bila sebelumnya perusahan-perusahan tersebut melakukan pengamatan secara mendalam tentang keadaan dan kebiasaan masyarakaat yang akan menjadi sasaran, mungkin kegagalan tersebut tidak perlu terjadi, atau paling tidak perusahan-perusahan tersebut akan lebih mempertimbangkan lagi untuk memproduksi atau menciptakan produk yang lebih sesuai dengan kebutuhan dan keinginan masyarakat yang akan dilayaninya tersebut.

Melihat kenyataan diatas, selain berfungsi untuk memantau lingkungan organisasi saat ini, proses analisis lingkungan juga dapat menjadi semacam pijakan untuk melakukan pembenahan perusahaan secara gradual, bahkan perubahaan total di masa mendatang.     
 

.......

Pustaka:
Musa Hubeis dan Mukhamad Najib (2008), Manajemen Strategik dalam Pengembangan Daya Saing Organisasi, PT Alex Media Komputindo Kelompok Gramedia, Jakarta.

    

Tidak ada komentar:

Posting Komentar