Sabtu, 20 April 2013

Bila Hati Tanpa Prasangka







Biarkan saja musim yang singgah
Melunglaikan dedaunan
Namun tak membuatnya telanjang
Aku menunggumu sayang
Di tepi biru di sebuah perahu
Angin yang tersulut
Menukik tajam mengabarkan paham
Tentang cinta yang sesungguhnya
Biarkan saja mereka memberhalakan emosinya
Dan saling menerkam bagai kawanan serigala
Tak perlu hati kita dijejali tanda tanya
Mari melaju bersama perahu cinta
Menikmati alam apa adanya
Dan kutelusuri pematangnya
Kutemukan jejak yang sama
Suara-suara angin mengibas mesra
Denyut nadiku bersatu dengan langkah

Langit mencumbui kehijauan ini
Serta memantulkan cahayanya
Agar kaki tak terantuk batu
Lembaran sejarah terus berputar
Melumat segala dendam
Dan kehijauan ini selalu menyapa
Biru hijau kuning menyegarkan mata
Burung-burung menjaganya
Orang kota datang mengunjunginya
Petani ayunkan cangkulnya ke tanah
Dan aku tinggalkan keriuhan kota
Untuk menemukan keheningan di sini
Duduk berbincang-bincang dengan yang tersayang
Hingga lupa hari semaking hilang
“Sayang, biarkan dendam mereka berkobar
kita buka saja pintu maaf kepada siapa saja
Sebab hidup lebih nyaman bila hati tanpa prasangka
Betapa tidak mudahnya mengajarkan kebijaksanaan.”

@retno

pustaka:
http://fiksi.kompasiana.com/puisi/2013/04/20/bila-hati-tanpa-prasangka-548325.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar