Perekonomian Sulawesi Tengah Triwulan II-2014
Kinerja perekonomian Sulawesi Tengah digambarkan oleh perkembangan PDRB
atas dasar harga konstan 2000, pada triwulan II-2014 (q to q) meningkat sebesar
2,60 persen. Peningkatan ini terjadi pada semua sektor kecuali sektor
pertambangan dan penggalian.
Pertumbuhan masing-masing sektor adalah sebagai berikut: sektor
pertanian tumbuh 3,49 persen; pertambangan dan penggalian minus 6,64 persen;
industri pengolahan 1,30 persen; listrik, gas dan air bersih 2,11 persen;
konstruksi 7,30 persen; perdagangan hotel dan restoran 1,17 persen; angkutan
dan komunikasi 1,39 persen; keuangan dan jasa perusahaan 4,55 persen dan jasa-jasa
2,51 persen.
Terdapat tiga sektor
yang mengalami pertumbuhan tertinggi q-to-q adalah sektor
konstruksi 7,30 persen, sektor pertanian 3,49 persen dan sektor
keuangan, real estat dan jasa perusahaan 4,55 persen. Pertumbuhan sektor
pertanian pada triwulan II-2014 (q to q), didorong oleh adanya
peningkatan pada subsektor tanaman bahan makanan sebesar 7,65 persen, sub sekor
perkebunan sebesar 2,04 persen, dan subsektor perikanan 1,84 persen, subsektor
peternakan 2,13 dan 0,57 persen subsektor kehutanan. Sektor konstruksi tumbuh
cukup tinggi karena pekerjaan proyek-proyek konstruksi baik yang dibiayai APBN
maupun APBD sudah banyak terlaksana pada triwulan ini. Peningkatan di sektor
perdagangan, hotel dan restoran didorong oleh peningkatan volume perdagangan
yang sejalan dengan peningkatan sektor produksi dan konstruksi dan meningkatkan
pemanfaatan jasa akomodasi yang banyak digunakan untuk kegiatan pemerintah.
Pertumbuhan triwulan II-2014 (q to q) ini disumbang oleh sektor
pertanian 1,31 persen; jasa-jasa 0,42 persen; perdagangan hotel dan restoran
0,16 persen; konstruksi 0,61 persen; industri pengolahan tumbuh 0,08 persen;
pengangkutan dan komunikasi 0,11 persen; keuangan, real estat dan jasa
perusahaan 0,23 persen; pertambangan dan penggalian minus 0,32 persen; dan
sektor listrik, gas dan air bersih sekitar 0,02 persen.
PDRB triwulan II-2014 (y on y) semua sektor mengalami pertumbuhan
kecuali sektor pertambangan dan penggalian. PDRB meningkat sebesar 2,35 persen.
Sektor pertanian tumbuh sebesar 5,90 persen, sektor pertambangan dan penggalian
minus 49,64 persen, sektor industri pengolahan 4,29 persen, sektor listrik, gas
dan air bersih 9,40 persen, sektor konstruksi 13,25 persen, sektor perdagangan,
hotel dan restoran sebesar 7,62 persen, sektor pengangkutan dan komunikasi
meningkat sebesar 7,23 persen, sektor keuangan-real estat dan jasa perusahaan sebesar
9,38 persen, dan sektor jasa-jasa 8,42 persen.
Sedangkan PDRB
semester I bila dibandingkan dengan semester yang sama tahun
sebelumnya (c to c), semua sektor mengalami pertumbuhan kecuali sektor
pertambangan dan penggalian. PDRB C to C meningkat sebesar 2,65 persen. Sektor
pertanian sebesar 4,95 persen, sektor pertambangan dan penggalian minus 47,17
persen, sektor sektor industri pengolahan 5,41 persen, sektor listrik, gas dan
air bersih 9,92 persen, sektor konstruksi 13,74 persen, sektor perdagangan,
hotel dan restoran sebesar 9,80 persen, sektor pengangkutan dan komunikasi meningkat
sebesar 7,45 persen, sektor keuangan-real estat dan jasa perusahaan sebesar
9,39 persen, dan sektor jasa-jasa 8,82 persen.
Pertumbuhan c to c 2014 ini bersumber dari sektor pertanian 1,82 persen;
jasa-jasa 1,38 persen; perdagangan hotel dan restoran 1,22 persen; konstruksi
1,06 persen; industri pengolahan tumbuh 0,30 persen; pengangkutan dan
komunikasi 0,54 persen; keuangan, real estat dan jasa perusahaan 0,45 persen;
pertambangan dan penggalian minus 4,20 persen; dan yang terkecil adalah
listrik, gas dan air bersih sekitar 0,07 persen.
Tabel 1.
Laju Pertumbuhan PDRB Menurut Sektor Ekonomi/ Lapangan Usaha (Persentase)
Nilai PDRB Atas Dasar Harga Berlaku dan Konstan 2000 Triwulan II-2013
dan Triwulan II-2014 serta Semester I-2014
Pada triwulan II-2014 PDRB atas dasar harga berlaku mencapai Rp 15.839
miliar, sementara bila PDRB ini dinilai dengan harga pada tahun 2000 (tahun
dasar), maka pada triwulan ini mencapai Rp 5.853 miliar. Dalam Tabel 2, sektor
ekonomi yang menunjukan nilai tambah bruto atas dasar harga berlaku terbesar
pada triwulan II-2014 bila diurutkan adalah sektor pertanian, sebesar Rp 5.597
miliar, sektor jasa-jasa sebesar Rp 2.917 miliar disusul oleh sektor
perdagangan-hotel-restoran sebesar Rp 1.944 miliar, sektor konstruksi sebesar
Rp 1.477 miliar, sektor pengangkutan dan komunikasi sebesar Rp 1.105 miliar,
sektor industri pengolahan Rp 1.036 miliar, sektor keuangan-real estat-jasa dan
perusahaan sebesar Rp 881 miliar, sektor pertambangan dan penggalian sebesar Rp
771 miliar, serta sektor listrik-gas dan air bersih Rp 111 miliar.
Tabel 2.
PDRB Menurut Sektor Ekonomi/Lapangan Usaha
Atas Dasar Harga Berlaku Dan Harga Konstan 2000
(Miliar Rupiah)
Berdasarkan harga konstan 2000, sektor yang memberikan nilai tambah
bruto terbesar urutannya terlihat sama yaitu berturut-turut sektor pertanian
sebesar Rp 2.216 miliar, sektor jasa-jasa sebesar Rp 971 miliar disusul oleh
sektor perdagangan-hotel-restoran sebesar Rp 773 miliar, sektor konstruksi
sebesar Rp 511 miliar, sektor pengangkutan dan komunikasi sebesar Rp 443
miliar, sektor industri pengolahan Rp 336 miliar, sektor keuangan-real estat
dan jasa perusahaan sebesar Rp 305 miliar, sektor pertambangan dan penggalian
sebesar Rp 256 miliar, serta sektor listrik-gas dan air bersih Rp 43 miliar.
Struktur PDRB Menurut Sektor Ekonomi/Lapangan Usaha Triwulan I dan II
Tahun 2014
Jika dilihat dari komposisi dan peranan masing-masing sektor ekonomi
terhadap pembentuk PDRB, sektor pertanian masih merupakan sektor yang
mendominasi struktur perekonomian Sulawesi Tengah karena kontribusinya cukup
tinggi 35,34 persen, sektor jasa-jasa sebesar 18,42 persen, sektor perdagangan,
hotel dan restoran 12,28 persen, sedangkan sektor industri hanya memberikan
kontribusi 6,54 persen, sektor pengangkutan dan komunikasi sebesar 6,98 persen,
sektor konstruksi sebesar 9,32 persen, sektor keuangan-real estat dan jasa perusahaan
sebesar 5,56 persen, sektor pertambangan dan penggalian sebesar 4,87 persen
serta sektor listrik-gas-air 0,70 persen.
Tabel 3.
Struktur PDRB Menurut Sektor Ekonomi/Lapangan Usaha
Triwulanan Tahun 2014
(Persentase)
PDRB Triwulan II-2014 dari Sisi Penggunaan
Ditinjau dari sisi penggunaan, PDRB dirinci menjadi beberapa komponen
penggunaan, yaitu pengeluaran konsumsi rumah tangga, pengeluaran konsumsi
lembaga non profit, pengeluaran konsumsi pemerintah, pembentukan modal tetap
bruto (PMTB), perubahan inventori, dan ekspor barang dan jasa dikurangi impor
barang dan jasa.
Memasuki triwulan II tahun 2014, perekonomian Sulawesi Tengah yang
tumbuh sebesar 2,60 persen (q to q) didorong oleh pertumbuhan konsumsi
rumahtangga sebesar 4,51 persen, konsumsi pemerintah sebesar 5,38 persen,
pembentukan modal tetap bruto (PMTB) sebesar 12,75 persen, lembaga non profit
10,76 persen serta impor yang merupakan faktor pengurang tumbuh sebesar 9,13
persen. Sementara itu, satu-satunya komponen yang mengalami kontraksi adalah
ekspor yang menurun cukup tajam sebesar minus 30,48 persen.
Kontraksi ekspor yang cukup dalam selama triwulan II-2014 disebabkan
menurunnya transaksi ekspor barang untuk komoditas nikel seiring dengan
pemberlakukan UU No. 4/2009 tentang Minerba yang melarang ekspor bahan tambang
mentah. Sedangkan impor mengalami pertumbuhan positif karena kegiatan
pembangunan industri migas.
Sementara itu, faktor yang mendorong konsumsi rumah tangga triwulan
II-2014 tumbuh sebesar 4,51 persen, lebih cepat dari pada pertumbuhan triwulan
I-2014 yang sebesar 0,21 persen adalah meningkatnya pertumbuhan konsumsi non
makanan. Adapun pertumbuhan pembentukan modal tetap bruto (PMTB) yang
merepresentasikan investasi fisik mencatat pertumbuhan relatif tinggi didorong
masih berlanjutnya proyek-proyek konstruksi yang merupakan kelanjutan kegiatan periode
sebelumnya.
Tabel 4.
Jika dibandingkan dengan triwulan yang sama pada tahun 2013 (y-on-y)
pertumbuhan sebesar 2,35 persen didorong oleh pertumbuhan semua komponen,
kecuali ekspor yang mengalami kontraksi 53,87 persen. Konsumsi rumah tangga
mencatat pertumbuhan sebesar 11,52 persen; konsumsi pemerintah 10,55 persen;
konsumsi lembaga non profit sebesar 17,98 persen, pembentukan modal tetap bruto
27,21 persen; serta impor 25,37 persen. Pertumbuhan komponenkomponen penggunaan
tersebut menunjukkan bahwa daya beli masyarakat dan pemerintah untuk memenuhi
kebutuhan konsumsi akhir semakin dinamis (Tabel 4). Peningkatan pengeluaran lembaga
non profit yang cukup tinggi disebabkan oleh aktivitas lembaga yang berkaitan
dengan proses politik dalam rangka Pemilu legislatif pada April 2014 dan
Pilpres pada Juli 2014. Seluruh faktor tersebut menjadikan kinerja ekonomi
triwulan II-2014 lebih baik dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun 2013.
Tabel 5.
Nilai dan Distribusi PDRB Menurut Penggunaan
(1)* bersambung
Sumber: BPS Sulawesi Tengah No. 47/08/72/Thn XVII, 05 Agustus
2014