Rabu, 30 Januari 2013

Anomali Rezeki

Sudah tidak terhitung berapa kali saya melakukan “ritual” sarapan makanan khas Bandung: kupat tahu dan lontong kari yang terletak di Jalan Cicendo, Bandung. Ada sebuah anomali dari warung kupat tahu ini bahwa letaknya bersebelahan dengan tempat pembuangan sampah sementara. Namun, sedikit pun tak tercium bau sampah dan semua orang merasa nikmat belaka menikmati sajian yang dijajakan.
akan bangunan sederhana semipermanen, dengan papan menjadi dindingnya. Yang tersedia hanya meja tripleks dan bangku kayu. Sekali lagi, orang-orang yang datang meski bermobil mewah, tetap saja menikmatinya. Dan rezeki pun mengalir ke kocek sang pemilik yang sudah puluhan tahun mangkal di sana. Apa yang menarik adalah disediakannya nomor antrean untuk mereka yang minta dibungkus atau bahasa kerennya take away. Artinya, orang harus bersabar untuk bisa menikmati kupat tahu dan lontong kari yang dijajakan karena sering terjadi lonjakan pemesan.

Anomali rezeki itulah yang terpikirkan. Kejadian yang tidak biasa dan mungkin dalam ilmu marketing untuk pemilihan lokasi sebuah usaha kuliner, sang pengusaha sudah dicap salah besar. Namun, siapa nyana orang-orang pun meski berpikiran waras tidak peduli ada bak sampah besar dan hilir mudik truk sampah di sampingnya. Hal serupa juga terjadi ketika ada usaha kuliner yang berada di gang kecil, tetapi tetap diburu orang. Rezeki yang menjadi rahasia Allah pun menjadi nyata bahwa tiada yang dapat menghalangi jika sudah menjadi kehendak Allah mengalirkannya dari arah yang tidak disangka-sangka.

Wirausaha memang persoalan ikhtiar yang didukung kemantapan hati untuk menjalankannya dan keyakinan mendapatkan rezeki dari sana. Teori marketing yang menjadi penelitian dan kajian para ahli hanya sebagai tools. Kadang betul juga joke bahwa “orang pintar bisa kalah sama orang bejo (beruntung)” atau teori yang bukan teori dari Bob Sadino: “Belajar goblok”. Orang goblok kalau berbisnis tidak mikir dulu, tetapi aksi lebih dulu. Namun, orang pintar kalau berbisnis pasti mikir dulu (business plan dan marketing plan), akhirnya malah nggak jalan-jalan.

Joke-joke seperti ini memang menunjukkan bahwa kewirausahaan (entrepreneurship) itu adalah persoalan keyakinan dan keikhlasan menjalaninya dengan mengukur diri. Kalau memang mampu menjadi pengusaha kuliner, ya jadilah pengusaha kuliner. Kalau mampu menjadi pengusaha otomotif, ya jadilah pengusaha otomotif. Kalau tidak mampu, tentu akan berakibat buruk bagi kelancaran bisnis, terutama dalam hal melayani pelanggan. Karena itu, bisnis berkah salah satunya karena bisnis itu disukai, dicintai, dan dinantikan para pelanggan karena memberi benefit (manfaat) yang besar.

Dalam bahasa lebih relijius mungkin bisa disebutkan “orang pintar kalah sama orang yang diberkahi”. Kalau sudah rezekinya dan ia pun sudah mengoptimalkan ikhtiarnya di samping doa, tentu tidak ada yang dapat menghalangi rezeki meskipun terasa naif. Boleh jadi kita memandangnya sebagai keganjilan (anomali) seperti kasus warung kupat tahu di samping tempat pembuangan sampah. Namun, jelas tidak ada yang ganjil dalam soal rezeki; pikiran kitalah yang memandangnya sebagai anomali.

Suatu waktu tukang mie bakso langganan saya pun berpindah tempat. Saya bertanya tentang asistennya yang sudah tidak tampak lagi. Ia mengatakan sudah memecat asistennya karena mengurangi bumbu dan para pelanggannya komplain soal rasa serta pelayanan yang lama. Bisnis yang tadinya dipercaya kepada asisten, diambil alih kembali. Sang asisten ternyata membuka sendiri usaha mie bakso yang mirip di tempat awal sebelum “mie bakso yang asli” berpindah. Ternyata banyak pelanggan yang masih berkunjung ke tempat awal dan oleh sang asisten digiring ke usaha mie bakso barunya. Apa yang terjadi? Pelanggan yang membeli pun merasa tertipu karena “beda rasa dan beda pelayanan” dan akhirnya mereka tetap mencari sang penjual bakso yang asli. Rezeki tetap dialirkan dan mengarah ke sang pemilik yang asli. Rezekinya yang “disalip” sang asisten tidak bertahan lama karena sudah melakukan kebohongan pada pelanggan dengan mengatakan mie baksonya adalah sama.

Tidakkah rezeki itu memang istimewa dan memang terkadang anomali? Namun, yang pasti rezeki pun tidak akan tertukar pada pemilik sejatinya sesuai dengan pengaturan Allah Swt. Soal kewirausahaan mari kita menelisik lebih jauh rahasia rezeki ini tanpa memandang ganjil atau tidak ganjil dalam mata awam kita.[]

sumber:
 kompasiana/OPINI | 08 January 2013 | 18:02

Tidak ada komentar:

Posting Komentar