Manchester City terdepak! Tim yang menjadi jawara di liga Primer musim lalu tidak mampu mempertahankan kinerjanya di laga liga Champion. Terdepak daripersaingan menuju 16 besar tanpa mampu meraih kemenangan satupun di fase grup.
City gagal mempertahankan kohesivitas tim yang menjadi kekuatannya meraih kemenangan di liga Primer musim lalu untuk bersaing di kompetisi para jawara Eropa ini. City sesungguhnya telah melewati fase-fase krusial dalam pembentukannya sebagai sebuah tim yang siap berprestasi di level yang tingkat kompetesinya lebih tinggi.
Konflik-konflik yang mendera tim ini di musim lalu telah menyatukan semangat tim sehingga menjadi tim yang ‘trengginas’ dan berdaya dobrak tinggi dalam menyerang sekaligus kokoh dalam bertahan.
Tetapi sejak awal musim liga dan laga piala champion, kekuatan itu melemah. Kohesivitas yang begitu kuat dan terlihat dalam kerjasama di lapangan nampaknya tidak terlihat lagi. Yang ada hanyalah sekelompok pemain-pemain yang mulai merasa egois dan tidak fokus. Padahal kompetisi yang dihadapi tidaklah mudah.
City bertarung di grup maut bersama jawara liga spanyol, jerman, dan belanda.
Sesungguhnya City telah melewati fase ‘forming-storming-norming-performing’ di musim lalu. Untuk menjadi ‘high performing team’ yang dibutuhkan hanyalah sebuah KONSISTENSI, yaitu konsistensi dalam menjaga semangat tim, konsitensi dalam menjaga fokus kepada tujuan, dan mengelola konflik dan perpecahan.
Konsistensi
Konsistensi mengandung beberapa pengertian, yaitu: (1). Kemantapan dan ketetapan dalam bertindak; (2). Ketaatasasan kepada aturan atau tujuan yang disepakati bersama; (3) Kepadatan, kekentalan, atau kepejalan yang menyusun sesuatu; (4). Ketahanan terhadap perubahan atau perpecahan: (5) Derajat kestabilan sesuatu; dan (6) Koherensi atau daya tarik antara molekul untuk menghindarkan terpisahnya bagian karena tekanan dari luar.
Sebuah tim yang tidak memiliki keyakinan atau ketetapan dalam bertindak, maka ia bisa dianggap tidak konsisten. Karenan konsistensi itu sangat berkaitan dengan keyakinan. Membangun keyakinan bersama tentang apa yang akan diperjuangkan sebagai sebuah tim dan berketetapan untuk mengerjakannya dalam kebersamaan adalah kunci dalam mengembangkan keberhasilan tim.
Sekali tim berhasil menyusun keyakinan bersama, maka dibutuhkan sebuah ketaatasasan terhadap tujuan yang akan disepakati dan menjadikannya referensi bersama dalam bertindak dan berperilaku dalam sebuah tim atau organisasi. Artinya tim harus fokus kepada tujuan.
Sebuah tim yang mampu membangun keyakinan bersama dan menaati asas dan tujuan bersama tersebut, adalah tim yang berperilaku konsisten. Tim itu memiliki derajat ketahanan yang luar biasa terhadap tekanan dan ancaman dari luar. Ia mampu mengatasi ketidakstabilan yang diakibatkan oleh konflik atau perpecahan.
Kohesivitas kelompok menjadi kuat karena ada daya tarik menarik yang kuat untuk mempertahankan derajat kestabilan dan mencegahnya dari perpecahan yang menghancurkan kinerja kelompok.
Tidaklah mudah membangun konsistensi kelompok, komunitas, atau organisasi. Dibutuhkan pengorbanan untuk memahami bersama-sama akan tujuan kelompok dan membangun keyakinan bersama sebagai daya perekat yang kuat untuk menjaga ketahanan kelompok terhadap tekanan dari diri sendiri (ego pribadi) maupun tekanan dari luar (kompetisi).
Seberapa jauh kita konsisten dengan tim kita, organisasi tempat kita bekerja?
22 November 2012
Sebuah catatan di pinggir Banjir Kanal Timur sembari menunggu kemacetan mereda.
sumber:
http://ekonomi.kompasiana.com/manajemen/2012/11/22/konsistensi-505148.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar