Jumat, 15 Februari 2013

Titik Hitam Di Atas Kertas Putih

Seorang wanita muda duduk merenungi hidupnya yang menurutnya datar-datar saja, tidak ada yang istimewa ataupun yang layak disyukuri.

Semakin kuat ia berusaha mengubah keadaan, semakin sering ia kecewa. Ia merasa memiliki banyak kekurangan dan masalah. Ia tak tahu harus memulai dari mana, hingga seorang sahabat  datang padanya. 

Sahabat itu membawa selembar kertas putih kosong dan bertanya pada wanita muda, “Apa yang kau lihat?”

Mengernyitkan dahi, wanita itu menjawab lirih, “Tidak melihat apa-apa, hanya kertas kosong berwarna putih.” 

Sang Sahabat kemudian mengambil spidol hitam dan membuat satu titik di tengah kertasnya. Kemudian ia kembali bertanya pada wanita muda, “Aku telah membuat sebuah titik hitam di atas kertas ini. Apa yang kamu lihat sekarang?”
Apa lagi? Ya satu titik hitam,” jawabnya cepat.
Ayolah, kawan, pastikan lagi!” Tegas sahabatnya.
Titik hitam,” jawab wanita muda itu dengan sangat yakin.  
Kawan,” kata sang Sahabat, “sekarang aku tahu penyebab masalahmu. Coba ubah sudut pandangmu. Yang kulihat bukan titik hitam, tapi sebuah kertas putih dengan satu noda kecil di dalamnya. Aku melihat lebih banyak warna putih. Sedangkan kau hanya melihat hitamnya saja, dan hitam itu hanya setitik, kawan.”

Bila kita selalu melihat titik hitam yang bisa diartikan kekecewaan, kekurangan dan keburukan, maka hal-hal itulah yang akan selalu mengganggu pikiran kita dalam menjalani hidup. 

Bukankah begitu banyak anugerah yang diberikan Tuhan? Melihat, mendengar, membaca, berjalan, fisik yang lengkap dan sehat, serta begitu banyak kebaikan lainnya.

Inilah mengapa betapa mudahnya melihat keburukan orang lain, padahal begitu banyak hal baik yang telah diberikan orang lain pada kita.  

Inilah mengapa begitu mudahnya melihat kesalahan dan kekurangan orang lain, sedangkan kita sendiri lupa kelemahan dan kekurangan kita.  

Inilah mengapa sangat mudah untuk menyalahkan Tuhan atas kesusahan dalam hidupmu, padahal begitu besar anugerah dan karunia yang lebih layak untuk disyukuri.  

Dan inilah mengapa terlalu banyak pribadi di antara kita yang menyesali hidup, padahal lebih banyak kebahagiaan yang telah diciptakan untuk kita.

SUMBER:
blog.ZOME INDONESIA, 19 January 2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar