Neuronomics dan Teori Baru Ekonomi
Robert J. Shiller, Guru Besar Ekonomi di Yale University;
Pengarang, Bersama George Akerloff, Buku Animal Spirits: How Human Psychology Drives
the Economy and Why It Matters for Global Capitalism
Sumber : KORAN TEMPO, 9 Januari 2012
Ilmu ekonomi saat ini berada pada titik awal dari suatu revolusi
yang bermula dari suatu sumber yang tidak terduga: fakultas kedokteran dan
sarana penelitiannya. Neuroscience--ilmu mengenai bagaimana sebenarnya kerja
otak, organ fisik di dalam kepala manusia--telah mengubah cara berpikir kita
mengenai bagaimana seseorang mengambil keputusan. Penemuan ini pasti juga bakal
mengubah cara berpikir kita mengenai bagaimana kerja ekonomi. Singkatnya, kita
sedang menyaksikan fajar terbitnya neuroeconomics, ilmu ekonomi berbasis saraf.
Upaya mengaitkan neuroscience (ilmu saraf) dengan ilmu ekonomi baru dimulai
dalam beberapa tahun terakhir ini saja, dan perkembangan neuroeconomicsini masih berada pada tahap awal. Tapi
lahirnya neuroeconomics mengikuti suatu pola: revolusi di bidang ilmu
pengetahuan cenderung dimulai dari tempat-tempat yang sama sekali tidak
diduga.
Suatu bidang ilmu bisa mandul jika tidak ada pendekatan yang
baru secara mendasar pada penelitian. Ilmuwan bisa terjebak dalam metode yang
mereka gunakan--dalam bahasa dan asumsi pendekatan mereka pada disiplin ilmu
yang mereka geluti--sehingga penelitian yang mereka lakukan merupakan
pengulangan demi pengulangan semata yang tidak berarti.
Kemudian sesuatu yang menggairahkan datang dari seseorang yang
tidak pernah menggunakan metode-metode ini--suatu ide baru yang menarik
ilmuwan-ilmuwan muda dan segelintir ilmuwan tua, yang mau belajar ilmu yang
berbeda. Pada momen tertentu, dalam proses inilah lahir suatu revolusi ilmiah.
Revolusi neuroeconomics ini sudah melewati tonggak-tonggak sejarah
yang penting pada akhir-akhir ini, terutama dengan diterbitkannya akhir tahun
lalu Foundations of Neuroeconomic Analysis karangan neurosaintis Paul
Glimcher--variasi judul karya klasik Paul Samuelson pada 1947, Foundations of Economic Analysis, yang membantu lahirnya revolusi dalam teori
ekonomi. Dan Glimcher sendiri sekarang memegang suatu jabatan di Fakultas
Ekonomi New York University (dan juga pada Center for Neural Science di
universitas yang sama).
Bagi sebagian besar ekonom, Glimcher mungkin dianggap datang
dari ruang angkasa. Gelar doktor yang diembannya diterima dari Fakultas
Kedokteran University of Pennsylvania, jurusan neurosains. Lagi pula para neuroeconomist, seperti Glimcher, melakukan penelitian jauh
di luar lingkup intelektual konvensional rekan-rekan mereka, karena berupaya
memajukan konsep-konsep inti ilmu ekonomi dengan mengaitkannya dengan
struktur-struktur tertentu dalam otak.
Banyak di antara teori ekonomi dan keuangan modern bertumpu pada
asumsi bahwa manusia itu rasional, dan karena itu dengan sistematis berupaya
memaksimalkan kebahagiaan diri mereka sendiri, atau dalam bahasa ekonomi
disebut "utilitas" mereka sendiri. Ketika Samuelson mengupas
persoalan ini dalam bukunya pada 1947, ia tidak melihat ke dalam otak manusia,
melainkan mengandalkan revealed preference atau preferensi yang "terwahyukan".
Tujuan yang hendak dicapai manusia terungkapkan dari pengamatan kegiatan
ekonomi yang mereka lakukan. Dengan bimbingan Samuelson, generasi demi generasi
ekonom telah meletakkan dasar penelitian yang mereka lakukan bukan pada
struktur fisik yang mendasari pikiran dan perilaku, melainkan pada asumsi
rasionalitas.
Akibatnya, Glimcher merasa skeptis dengan teori ekonomi yang ada,
dan mencari basis fisik bagi teori ekonomi itu di dalam otak manusia. Ia ingin
mengubah teori utilitas yang "lunak" itu menjadi teori utilitas yang
"keras" dengan menemukan mekanisme otak yang mendasari teori ekonomi.
Terutama sekali Glimcher ingin mengidentifikasi struktur otak
yang memproses unsur-unsur utama teori utilitas ketika orang menghadapi
ketidakpastian: "(1) nilai subyektif, (2) probabilitas, (3) produk dari
nilai subyektif dan probabilitas (nilai subyektif yang diharapkan), serta (4)
mekanisme neuro-computationalyang menyeleksi unsur di antara pilihan yang
memiliki 'nilai subyektif yang paling tinggi'?".
Sementara Glimcher dan rekan-rekannya telah mengungkapkan bukti
yang menggoda, mereka masih harus menemukan sebagian besar dari struktur otak
yang paling mendasar. Mungkin itu karena struktur-struktur sedemikian memang
tidak ada, dan seluruh teori maksimalisasi utilitas itu keliru, atau
setidak-tidaknya perlu direvisi secara mendasar. Jika demikian halnya, penemuan
itu saja bakal mengguncang ilmu ekonomi ke akar-akarnya.
Arah penelitian lainnya yang juga menggairahkan para
neurosaintis adalah bagaimana otak menangani situasi yang ambigu, ketika
probabilitas tidak diketahui, dan ketika tidak diperoleh informasi lainnya yang
relevan. Sudah ditemukan bahwa kawasan otak yang digunakan untuk menangani
masalah ketika probabilitas jelas diketahui berbeda dengan yang digunakan
ketika probabilitas tidak diketahui. Penelitian ini bisa membantu kita memahami
bagaimana orang menangani ketidakpastian dan risiko, misalnya, di pasar
keuangan pada saat terjadinya krisis.
John Maynard Keynes mengira sebagian besar keputusan ekonomi itu
diambil dalam situasi yang ambigu ketika probabilitas tidak diketahui. Ia
berkesimpulan bahwa banyak di antara siklus bisnis itu digerakkan oleh
fluktuasi animal spirits(roh hewani), sesuatu yang ada dalam
pikiran--dan yang tidak dipahami oleh para ekonom.
Sudah tentu persoalannya dengan ilmu ekonomi terletak pada
jumlah yang sama banyaknya antara penafsiran mengenai terjadinya krisis dan
jumlah ekonom. Ekonomi merupakan struktur yang luar biasa kompleks, dan
pemahamannya bergantung pada pemahaman hukum-hukumnya, aturan-aturannya,
praktek-praktek dan kebiasaan-kebiasaannya, serta neraca-neracanya, di antara
banyak perincian lainnya.
Namun mungkin saja pada satu hari nanti kita bakal mengetahui
lebih banyak soal bagaimana bekerjanya ekonomi--atau gagalnya kerja
ekonomi--dengan lebih memahami struktur fisik yang mendasari kerja otak.
Struktur-struktur--jaringan neuron yang berkomunikasi satu sama lain lewataxons dan dendrite--itu
mendasari analogi otak dengan komputer, jaringan transistor yang berkomunikasi
satu sama lain lewat kabel listrik. Ekonomi merupakan analogi jaringan manusia
yang berkomunikasi satu sama lain lewat sambungan elektronik dan
sambungan-sambungan lainnya.
Otak, komputer, dan ekonomi, ketiganya merupakan perangkat untuk
memecahkan persoalan informasi yang mendasar dalam mengkoordinasikan kegiatan
tiap satuan--neuron, transistor, atau individu. Sementara kita meningkatkan
pemahaman kita tentang masalah-masalah yang dipecahkan perangkat tersebut--dan
bagaimana dengan demikian ia mengatasi rintangan--kita belajar sesuatu yang
berharga mengenai kerja ketiganya: otak, komputer, dan ekonomi. ●
Sumber:
http://wartadetik.blogspot.co.id/2012/01/neuronomics-dan-teori-baru-ekonomi.html
di unduh 13/07/16
Tidak ada komentar:
Posting Komentar