“Walaupun seorang pilot sangat berpengalaman dan cerdas pengetahuan tentang menerbangkan pesawat, dia tetap perlu pertolongan dari petugas menara kontrol bandara, agar pesawat tidak salah jalur atau terjebak dalam keadaan cuaca yang tak diinginkan. Dengan bimbingan dan dukungan dari menara kontrol bandara, pesawat dapat berada pada jalur yang aman dan jauh dari risiko yang tidak diinginkan. Demikian juga dengan diri, setiap pribadi membutuhkan pertolongan dari kesadaran diri, agar setiap tindakan dapat terkendali dalam emosi dan pikiran positif, sehingga diri tidak salah arah. Diri yang hidup dengan menara kontrol dari kesadaran dirinya sendiri akan selalu membawa dirinya melalui jalur kehidupan yang terbuka, damai, tenang, optimis, seimbang, serta berpengetahuan dengan wawasan yang luas.”~ Djajendra
Semangat reformasi dimulai pada tahun 1998. Setelah pemerintahan Presiden Soeharto berakhir, reformasi menjadi sebuah slogan yang sering digunakan semua pihak untuk melakukan perubahan dan perbaikan. Dan telah banyak kebijakan dan keputusan yang dibuat agar reformasi dapat berjalan dengan baik.
Sampai hari ini semangat reformasi masih terus hidup; organisasi dan instansi pemerintah, serta perusahaan-perusahaan swasta terus melakukan perbaikan-perbaikan untuk menjalankan tata kelola yang sesuai dengan semangat reformasi. Good governance sebagai pilihan dalam implementasi tata kelola di zaman reformasi, terus-menerus mengalami perbaikan dan penyesuaian ke arah yang lebih baik.
Pelayanan publik dari pemerintah dari hari ke hari terus meningkat kualitasnya. Semangat reformasi terhadap tata kelola menjadi sesuatu yang diperjuangkan oleh semua pihak di setiap instansi pemerintah pusat maupun daerah. Dan hasilnya terus mengalami perbaikan.
Sebelum reformasi, mengurus surat-surat atau dokumen-dokumen, seperti: kartu tanda penduduk, sim, paspor, dan lain sebagainya terlihat berbeli-belit; tapi sekarang ini menjadi sangat mudah dan dilayani dengan sopan. Reformasi sedang bekerja dan membantu masyarakat untuk mendapatkan pelayanan publik yang lebih baik.
Reformasi terhadap tata kelola yang efektif dan efisien harus terus dijaga dengan melakukan reformasi terhadap mental, perilaku, emosi, sikap, dan cara kerja dari orang-orang yang ditugaskan untuk melayani publik. Setiap pegawai yang bertugas dalam pelayanan publik, wajib menguasai cara kerja yang efektif dengan tata kelola berprinsip good governance. Setiap pegawai dan pimpinan mampu bekerja secara kolaboratif untuk menjadi energi yang cerdas memahami semangat reformasi.
Reformasi harus diikuti dengan perubahan terhadap sikap dan perilaku untuk disesuaikan dengan semangat reformasi. Bila tidak, maka sikap dan perilaku lama yang sudah menjadi kebiasaan akan menjadi penghalang reformasi. Diperlukan pemahaman bahwa reformasi tidak sebatas konsep dan kebijakan, tapi sesuatu yang dibuat untuk dikerjakan dengan perilaku baru dalam totalitas yang sepenuh hati.
Setiap organisasi dan instansi wajib melakukan reformasi terhadap mental, perilaku, emosi, dan sikap dari semua pegawainya. Disiplin dan komitmen haruslah menjadi motivasi dalam setiap perbaikan menuju semangat reformasi. Melibatkan semua pegawai untuk mendapatkan pengetahuan, keterampilan, wawasan, pencerahan, dan menjadikan mereka sebagai energi positif dalam membangun manajemen kerja yang efektif dan produktif, akan membuat budaya kerja lama secara perlahan-lahan hilang dan digantikan budaya kerja baru yang sesuai dengan semangat reformasi. Mental dan perilaku untuk melayani dengan tata kelola yang terbuka, adil, berkualitas, bertatakrama, beretika dan penuh tanggung jawab, akan mengurangi rasa tidak puas dan komplain dari stakeholders.
Perkembangan zaman terus bergulir dengan sangat cepat, semua pihak secara global telah menyadari bahwa perubahan yang cepat telah membuat harapan dan kebutuhan masyarakat juga berubah dengan sangat cepat. Diperlukan kesadaran dari setiap instansi, organisasi, dan perusahaan untuk melakukan perubahan mental dan perilaku dari semua pegawai dan pimpinan dalam memberikan pelayanan sesuai dengan kebutuhan dan harapan masyarakat.
Kunci keberhasilan reformasi tidak hanya terletak pada kecerdasan membuat konsep dan kebijakan tentang tata kelola yang baik, tapi sangat ditentukan oleh kesadaran setiap pimpinan dan pegawai untuk melakukan perubahan terhadap dirinya masing-masing; agar sikap, perilaku, emosi, mental, dan cara kerja dapat membawa reformasi ke arah tujuan.
Sikap, perilaku, pikiran, dan emosi yang fokus pada konsep dan kebijakan reformasi akan mengalirkan energi kerja untuk menghasilkan kinerja dan prestasi sesuai semangat reformasi. Pelayanan yang terbuka dalam tanggung jawab dan akuntabilitas untuk menciptakan pengalaman menyenangkan buat stakeholders, akan menjadi prestasi yang membawa organisasi dan instansi menjadi kebanggaan masyarakat.
Djajendra
sumber:
http://ekonomi.kompasiana.com/manajemen/2012/12/29/reformasi-sikap-dan-perilaku-pegawai-520576.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar