Minggu, 02 Maret 2014

catatan



Bekal Pengusaha: Bukan Fasilitas, tapi Mentalitas
(Kompasiana OPINI  10 February 2014)

Rasanya wajar di dunia ini jika selalu ada syarat yang harus kita penuhi untuk kita bisa mendapatkan apa yang kita inginkan. Sederhana saja, seorang pelajar sma kelas tiga yang ingin lulus Ujian Nasional. Dia tidak bisa seketika saja lulus Ujian Nasional tentunya. Dia harus belajar. Setelah belajar, mungkin dia harus kuatkan dengan doa-doa kepada tuhan. Setelah itu, ketika Ujian Nasional diselenggarakan, dia harus datang ke tempat ujian. Sesampainya di tempat ujian, dia harus meminta soal kepada pengawas ujian. Selanjutnya dia harus menjawab soal-soal yang diberikan dan kemudian mengumpulkan jawabannya kepada pengawas ujian. Begitulah setidaknya hal-hal yang pelajar ini harus lakukan untuk bisa lulus Ujian Nasional.

Dengan melakukan hal-hal tersebut, pelajar tersebut juga belum bisa dipastikan bisa lulus Ujian Nasional. Tidak sedikit kita temukan di berita-berita koran, televisi, radio, dan media-media massa lainnya. Siswa yang pintar, mengikuti ujian dengan baik tapi tetap tidak lulus ujian.

Bayangkan jika yang sudah melakukan syarat-syarat nya di atas saja ada kemungkinan tidak lulus, Apalagi yang tidak melakukan salah satu atau banyak hal-hal yang seharusnya ia lakukan untuk lulus. Bayangkan jika pelajar tersebut tidak datang ke kelas. Meskipun dia sudah belajar mati-matian, dia tetap tidak akan bisa lulus jika Dia tidak datang ke tempat ujian dan mengerjakan soal yang sudah disiapkan. Betul kan?

Bayangkan juga jika pelajar tersebut sudah belajar mati-matian, datang ke tempat ujian. Tapi saat soal dibagikan dia tidak menjawab soal dan langsung mengumpulkan lembar jawaban yang tak dijawab. Dia juga kemungkinan besar tak akan lulus Ujian Nasional. Bayangkan juga ketika dia sudah belajar, datang ke kelas, menjawab soal, tapi kemudian jawabannya tidak dikumpul ke pengawas melainkan dibawa pulang. Tetap juga dia tidak bisa lulus karena pengawas ujian juga tidak bisa menilai apapun dari diri pelajar ini.

Para pembaca sekalian, fenomena tersebut juga berlaku dalam bisnis. Fenomena yang menyatakan bahwa selalu ada syarat jika kita ingin jadi pengusaha. Beberapa calon-calon pengusaha yang diuji dengan ketidakadaan modal, ada yang mundur, ada juga yang tetap percaya diri. Beberapa yang lain diuji dengan cobaan yang disebut kegagalan. Apa yang terjadi? ada yang bangkit, ada yang pindah haluan.

Salah satu syarat yang harus kita punya yang menjadi topik kita kali ini adalah mental. Syarat penting untuk bekal melewati syarat-syarat lainnya. Mentalitas seorang pengusaha. Mentalitas dibutuhkan untuk kita agar senantiasa bisa melewati berbagai syarat untuk kita bisa menjadi seorang pengusaha sejati dan sukses. Ada kisah yang cukup inspiratif dari seorang wanita yang pernah menjadi wanita terkaya di dunia. JK Rowling.

Anda kenal dengan JK Rowling? Kalau Anda termasuk maniak Harry Potterseharusnya Anda tahu banyak tentang beliau. Beliau sang penulis karya fenomenal tersebut. Beberapa sumber mengatakan bahwa buku Harry Potter sudah terjual lebih dari 400 juta kopi di seluruh dunia di awal tahun 2010 lalu. Bahkan, salah satu bukunya, Harry Potter and the Deathly Hallows, telah terjual 44 juta kopi hanya dalam waktu 6 bulan. Lima belas juta pertama terjual pada 24 jam pertama. Tidak hanya itu, ia menjadi salah satu orang terkaya di dunia lewat Harry Potter yang naskah awalnya disusun lewat mesin tuanya ini. Ia mengantongi 3 juta poundsterling (sekitar 50,77 Miliar rupaih) per pekan atau 5 poundsterling (sekitar 84 ribu rupiah) per detiknya.

Sunday Times Rich List pada tahun 2008 mengungkapkan kekayaanya mencapai US$ 798 million (sekitar 7,9 triliun rupiah) dan menempatkannya sebagai salah satu wanita terkaya di Inggris dan dunia. Begitulah JK Rowling yang kita kenal saat ini. Tapi tahu JK Rowling di pertengahan tahun 1990-an? Tahu siapa dahulu seorang JK Rowling. Beliau hanyalah seorang yang miskin, yang keluarganya merupakan kategori keluarga yang mendapatkan santunan oleh Pemerintah Inggris. Mirisnya, untuk membayar biaya foto kopi pun ia tidak punya. Ia terpaksa mengetik ulang naskah yang sama dengan mesin tik tuanya. Yah mesin tik tua. Bukan komputer.

JK Rowling mengajarkan banyak hal kepada kita. Salah satunya tentang mentalitas diri yang senantiasa ingin mewujudkan impian dia. Mentalitas yang dia miliki mengalahkan segala keterbatasan fasilitas. Dia mengajarkan kepada kita akan perjuangan meraih mimpi yang tidak boleh pudar. Sebagai seorang pengusaha kita juga harus menunjukkan perjuangan demikian. Fasilitas yang lengkap bukan syarat mendasar untuk menjadi seseorang yang sukses. Karena jika kepunyaan fasilitas menjadi syarat maka mustahil kita mengenal seorang JK Rowling. Sekali lagi, bekal mentalitas harus kita punya agar senantiasa bisa menyelesaikan syarat-syarat menjadi pengusaha sejati dan sukses di masa mendatang.
- www.manajemenbisnis.info –

Sumber:
Kompasiana OPINI  10 February 2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar