Bekal Pengusaha: Bukan Fasilitas, tapi Mentalitas
(Kompasiana OPINI
10 February 2014)
Rasanya
wajar di dunia ini jika selalu ada syarat yang harus kita penuhi untuk kita
bisa mendapatkan apa yang kita inginkan. Sederhana saja, seorang pelajar sma
kelas tiga yang ingin lulus Ujian Nasional. Dia tidak bisa seketika saja lulus
Ujian Nasional tentunya. Dia harus belajar. Setelah belajar, mungkin dia harus
kuatkan dengan doa-doa kepada tuhan. Setelah itu, ketika Ujian Nasional
diselenggarakan, dia harus datang ke tempat ujian. Sesampainya di tempat ujian,
dia harus meminta soal kepada pengawas ujian. Selanjutnya dia harus menjawab
soal-soal yang diberikan dan kemudian mengumpulkan jawabannya kepada pengawas
ujian. Begitulah setidaknya hal-hal yang pelajar ini harus lakukan untuk bisa
lulus Ujian Nasional.
Dengan melakukan hal-hal tersebut, pelajar tersebut
juga belum bisa dipastikan bisa lulus Ujian Nasional. Tidak sedikit kita
temukan di berita-berita koran, televisi, radio, dan media-media massa lainnya.
Siswa yang pintar, mengikuti ujian dengan baik tapi tetap tidak lulus ujian.
Bayangkan jika yang sudah melakukan syarat-syarat
nya di atas saja ada kemungkinan tidak lulus, Apalagi yang tidak melakukan
salah satu atau banyak hal-hal yang seharusnya ia lakukan untuk lulus.
Bayangkan jika pelajar tersebut tidak datang ke kelas. Meskipun dia sudah belajar
mati-matian, dia tetap tidak akan bisa lulus jika Dia tidak datang ke tempat
ujian dan mengerjakan soal yang sudah disiapkan. Betul kan?
Bayangkan juga jika pelajar tersebut sudah belajar
mati-matian, datang ke tempat ujian. Tapi saat soal dibagikan dia tidak
menjawab soal dan langsung mengumpulkan lembar jawaban yang tak dijawab. Dia
juga kemungkinan besar tak akan lulus Ujian Nasional. Bayangkan juga ketika dia
sudah belajar, datang ke kelas, menjawab soal, tapi kemudian jawabannya tidak
dikumpul ke pengawas melainkan dibawa pulang. Tetap juga dia tidak bisa lulus
karena pengawas ujian juga tidak bisa menilai apapun dari diri pelajar ini.
Para pembaca sekalian, fenomena tersebut juga
berlaku dalam bisnis. Fenomena yang menyatakan bahwa selalu ada syarat jika
kita ingin jadi pengusaha. Beberapa calon-calon pengusaha yang diuji dengan
ketidakadaan modal, ada yang mundur, ada juga yang tetap percaya diri. Beberapa
yang lain diuji dengan cobaan yang disebut kegagalan. Apa yang terjadi? ada
yang bangkit, ada yang pindah haluan.
Salah satu syarat yang harus kita punya yang
menjadi topik kita kali ini adalah mental. Syarat penting untuk bekal melewati
syarat-syarat lainnya. Mentalitas seorang pengusaha. Mentalitas dibutuhkan
untuk kita agar senantiasa bisa melewati berbagai syarat untuk kita bisa
menjadi seorang pengusaha sejati dan sukses. Ada kisah yang cukup inspiratif
dari seorang wanita yang pernah menjadi wanita terkaya di dunia. JK Rowling.
Anda kenal dengan JK Rowling? Kalau Anda termasuk
maniak Harry Potterseharusnya Anda tahu banyak tentang beliau.
Beliau sang penulis karya fenomenal tersebut. Beberapa sumber mengatakan bahwa
buku Harry Potter sudah terjual lebih dari 400 juta kopi di seluruh
dunia di awal tahun 2010 lalu. Bahkan, salah satu bukunya, Harry Potter
and the Deathly Hallows, telah terjual 44 juta kopi hanya dalam waktu 6
bulan. Lima belas juta pertama terjual pada 24 jam pertama. Tidak hanya itu, ia
menjadi salah satu orang terkaya di dunia lewat Harry Potter yang
naskah awalnya disusun lewat mesin tuanya ini. Ia mengantongi 3 juta
poundsterling (sekitar 50,77 Miliar rupaih) per pekan atau 5 poundsterling
(sekitar 84 ribu rupiah) per detiknya.
Sunday Times Rich List pada tahun 2008 mengungkapkan kekayaanya mencapai US$ 798 million
(sekitar 7,9 triliun rupiah) dan menempatkannya sebagai salah satu wanita
terkaya di Inggris dan dunia. Begitulah JK Rowling yang kita kenal saat ini.
Tapi tahu JK Rowling di pertengahan tahun 1990-an? Tahu siapa dahulu seorang JK
Rowling. Beliau hanyalah seorang yang miskin, yang keluarganya merupakan
kategori keluarga yang mendapatkan santunan oleh Pemerintah Inggris.
Mirisnya, untuk membayar biaya foto kopi pun ia tidak punya. Ia terpaksa
mengetik ulang naskah yang sama dengan mesin tik tuanya. Yah mesin tik tua. Bukan
komputer.
JK Rowling mengajarkan banyak hal kepada kita.
Salah satunya tentang mentalitas diri yang senantiasa ingin mewujudkan impian
dia. Mentalitas yang dia miliki mengalahkan segala keterbatasan fasilitas. Dia
mengajarkan kepada kita akan perjuangan meraih mimpi yang tidak boleh pudar.
Sebagai seorang pengusaha kita juga harus menunjukkan perjuangan demikian.
Fasilitas yang lengkap bukan syarat mendasar untuk menjadi seseorang yang
sukses. Karena jika kepunyaan fasilitas menjadi syarat maka mustahil kita
mengenal seorang JK Rowling. Sekali lagi, bekal mentalitas harus kita punya
agar senantiasa bisa menyelesaikan syarat-syarat menjadi pengusaha sejati dan
sukses di masa mendatang.
- www.manajemenbisnis.info –
Sumber:
Kompasiana OPINI 10 February 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar