Perkembangan Ilmu Manajemen
Tiga Kelompok Pemikiran Dalam Ilmu Manajemen
Kelompok Pertama: Perspektif Manajemen Klasik. Apa yang telah dikenalkan Owen dan Babbage pada akhir abad 19 memberikan kontribusi yang berharga bagi para praktisi manajemen bahwa organisasi bisnis perlu dikelolaa secara benar, terutama jika organisasi tersebut berskala besar dan melibatkan banyak sekali orang dan sumber daya yang harus dikelola. Kontribusi Owen dan Babbage seolah telah membukakan mata para praktisi bisnis pada saat itu bagaimana seharusnya bisnis dijalankan. Bermunculan pula setelah itu berbagai perspektik dalam ilmu manajemen sebagai alat untuk mennjalankan organisasi bisnis. Di antara perspektif yang muncul adalah kelompok pertama yang dikenal sebagai perspektif manajemen klasik atau classical management perpective. Perspektif ini terbagi menjadi dua bagian besar, yaitu mereka yang memandang manajemen sebagai sebuah proses saintifik (scientific management) dan manajemen sebagai sebuah kegiatan administrasi (Administrative management).
Kelompok Manajemen Ilmiah atau Saintifik. Di awal abad 20, produktivitas menajadi salah satu masalah terbesar yang dihadapi oleh organisasi bisnis. Bisnis pada saat itu sangat berkembang dan modal juga tersedia dengan mudah, akan tetapi output yang dihasilkan oleh para pekerja, terutama yang memenuhi standar tidak dapat memenuhi kebutuhan masyarakat. Fenomena ini menunjukan bahwa produktivitas pekerja dalam menghasilkan output produk yang diperlukan oleh masyarakat sangat rendah. Para manajer berusaha mencari jalan keluar untuk memperbaiki produktivitas kerja ini. Di antara ide yang telah dihasilkan adalah dengan meningkatkan produktivitas pekerja secara individual. Ide yang dihasilkan pada masa ini pada giliran berikutnya dikenal sebagai kelompok aliran manajemen saintifik (scientific managemment). Di antara tokoh-tokooh kontributor dalam kelompok ini adalah Fredrich Winslow Taylor (1856-1915), Frank Gilberth (1868-1924), dan Lilian Gilberth (1878-1972).
Diantara kontribusi yang pernah diberikan Taylor adalah apa yang dinamakan dengan Time and Motion Studies atau studi mengenai penetapan standar kerja yang didasarkan pada penghitungan waktu. Ide ini dirumuskan pada saat Taylor bekerja di Midvale Steel Company di Philadelpia. Ide ini berangkat dari kenyataan bahwa para pekerja diperusahaan bekerja di bawah standar dari apa yang yang sebenarnya mampu mereka kerjakan. Secara ringkas, apa yang diperkenalkan oleh Taylor adalah sebagai mana digambarkan dalam gambar:
Taylor menyatakan bahwa untuk mencapai tujuan sebuah perusahaan, misalnya meningkatkan profit perusahaan, maka produktivitas perlu ditingkatkan. Produktivitas dapat diukur dari tingkat output dan prestasi kerja. Produktivitas yang baik tercapai manakala prestasi kerja yang dihasilkan oleh pekerja dapat menghasilkan output produk sesuai dengan yang ditargetkan, baik dari segi jumlah maupun dari segi kualitas yang memenuhi standar produk yang telah ditetapkan.
Untuk dapat meningkatkan prestasi kerja, bagi Taylor, perlu diberikan upah insentif, yang diberikan agar motivasi pekerja menjadi tinggi sehingga tingkat output menjadi tinggi atau meningkat. Upah insentif bagi Taylor dinamakan sebagai upah insentif diferensial (piecework pay system), yaitu upah yang diberikan kepada pekerja secara berbeda ditentukan berdasarkan kemampuan pekerja dalam memenuhi standar yang telah ditetapkan. Bagi mereka yang mampu memenuhi standar maka diberikan upah yang lebih baik, sedangkan bagi mereka yang tidak mampu memenuhi standar maka upah yang diberikan di bawah dari mereka yang mampu memenuhi standar. Pendekatan ini dilakukan agar produktivitas meningkat sehingga terjadi peningkatan produksi sekaligus efisiensi, yang pada akhirnya akan memberikan kemungkinan peningkatan profit.
Untuk lebih jelasnya, perhitungan pemberian upah insentif diferensial ini dapat dijelaskan melalui contoh berikut:
Misalnya diketahui bahwa Standar Pengerjaan Output adalah 3 unit output/jam. Jam kerja standar per hari adalah 8 jam. Maka Standar Output per hari adalah 24 unit atau Standar Pengerjaan Output dikalikan dengan Jam Kerja Standar per hari. Tarif upah yang diberikan jika output yang dihasilkan sesuai atau di atas standar: Rp. 2000 per unit. Sedangkan, tarif upah yang diberikan jika output yang dihasilkan di bawah standar : Rp. 1.750 per unit. Jika A mampu mengerjakan 25 unit output per hari, B mampu mengerjakan 20 unit output per hari, dan C mampu mengerjakan 24 unit, maka upah intensif yang akan diterima oleh masing-masing pekerja adalah seperti yang terlihat pada Tabel berikut:
Setelah sukses di Midvale Steel Company, Taylor bekerja di berbagai perusahaan lainnya, seperti di antaranya Simonds Rolling Machine Company dan Beth;ehem Steel Company. Di antara kontribusi yang dihasilkannya adalah sebagaimana dia berada di perusahaan Simonds. Taylor merumuskan dan memperkenalkan konsep desain pekerjaan, cuti untuk pemulihan produktivitas kerja, termasuk mengimplementasikan upah insentif diferensial yang telah dijalankannya di perusahaan sebelumnya. Apa yang telah dirumuskannya tersebut dinamakan sebagai scientific management approach atau pendekatan manajemen saintifik. Pendekatan ini dirumuskannya melalui langkah-langkah proses sebagaimana ditampilkan sebagi berikut:
Secara ringkas, keempat langkah tersebut lebih dikenal sebagai prinsip dasar manajemen ilmiah dari Taylor terdiri dari:
1. Pengembangan metode iliah dalam manajemen agar metode terbaik dalam pengerjaan tugas dapat ditentukan.
2. Seleksi ilmiah untuk karyawan agar dalam pemberian tugasnya sesuai dengan kualifikasinya
3. Pendidikan dan pengembangan iliah para karyawan.
4. Kerja sama yang baik antara manajemen dan tenaga kerja.
Karena kontribusinya ini, Fredrich W.Taylor dikenal sebagai Bapak Manajemen Ilmiah atau Father of Scientific Management.
Selain Taylor, kontributor lainnya dalam kelompok manajemen ilmiah adalah pasangan suami-istri Frank dan Lilian Gilberth. Di antara kontribusi yang Frank Gilberth telah berikan adalah metode efisiensi dalam pekerjaan kontruksi yang memerlukan pengaturan bahan-bahan bangunan. Metode yang mereka perkenalkan telah mampu meningkatkan efisiensi pekerjaan kontruksi dan meningkatkan output sebesar 200 persen. Berbeda dengan suaminya, Lilian Gilberth banyak memberikan kontribusi dalam bidang psikologi industri dan manajemen sumber daya manusia, termasuk bagaimana pentingnya bekerja secara tim dalam sebuah organisasi bisnis. Secara ringkas pasangan ini telah memberikan kontribusi berupa metode-metode guna peningkatan efisiensi dalam pekerjaan.
Selain pasangan Gilberth, dikenal juga seorang yang bernama Henry L. Gantt (1861-1919) yang memperkenalkan 4 gagasan untuk peningkatan kegiatan manajemen, yaitu:
1. Kerja sama yang saling menguntungkan antara tenaga kerja dan pimpinan.
2. Seleksi ilmiah tenaga kerja atau karyawan.
3. Sistem insentif untuk merangsang produktivitas karyaawan dan organisasi.
4. Penggunaan intruksi-ntruksi kerja yang terperinci
Sebagaimana kontibutor yang lain, gagasan dari Gantt ini juga telah membantu manajemen dalam organisasi. Pendekatan yang akhirnya dikenal sebagai penyelesaian yang menguntungkan bagi semua pihak atau win-win solution, dapat dikatakan dilandasi oleh pendekatan dair Gantt ini. Selain gagasannya tersebut, Gantt juga memperkenalkan apa yang dinamakan sebagai “Bagan Gantt” (Gantt Chart) yang kemudian banyak dikenal sebagai sebuah scheduling atau kita kenal dengan time schedule (penjadwalan kerja). Bagan Gantt ini dibuat untuk kegiatan perencanaan, koordinasi, dan pengawasan produksi. Sekalipun bagan ini sudah sangat berumur panjang, akan tetapi dalam banyak kegiatan, masih relevan untuk dipergunakan, karena pada dasarnya setiap pekerjaan memerlukan perencanaan pengerjaan dan waktu.
Salah satu persoalan yang sering kali dialami dalam organisasi adalah pemborosan dan ketidakefesienan atau inefisiensi. Ketidakefisienan sesungguhnya akan menjadi penghambat tercapainya tujuan. Berdasarkan hal ini, seorang yang bernama Harrington Emerson (1853-1931) memberikan kontribusi berharga dalam dunia manajemen dengan memperkenalkan 12 prinsip-prinsip efisiensi:
1. Tujuan-tujuan dirumuskan dengan jelas.
2. Kegiatan yang dilakukan harus masuk akal dan realistis.
3. Adanya staf yang memiliki kualifikasi yang tepat.
4. Adanya kedisiplinan .
5. Diberlakukannya pemberian kompensasi yang adil.
6. Perlu adanya laporan dari setiap kegiatan secara tepat, akurat, dan terpercaya, sehingga diperlukan semacam sistem informasi atau akutansi.
7. Adanya kejelasan dalam pemberian perintah, perencanaan, dan pembagian kerja.
8. Adanya penetapan standar dari setiap pekerjaan, baik dari segi kualitas kerja maupun waktu pengerjaan.
9. Kondisi pekerjaan perlu distandarisasikan.
10. Kegiatan operasional harus juga distandarisasikan .
11. Instruksi-instruksi praktis tertulis harus dibuat secara standar.
12. Sebagai kompensasi atas efisiensi, perlu dibuat rencana pemberian insentif.
Sebagaimana halnya Gantt, prinsip-prinsip efisiensi dari Emerson sekalipun sudah lama, namun pada pelaksanaannya masih relevan untuk dipergunakan hingga saat ini.
.......
Pustaka:
Ernie dan Kurniawan (2009), Pengantar Manajemen, Kencana Perdana Media Group, Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar