Leadership, Decision Making dan Employee Involvement
(Dalam Kajian Teori)
(1)
(1)
Latar Belakang
Perkembangan lingkungan organisasi mengalami perubahan yang begitu cepat. Hal ini membutuhkan respon yang cepat dari semua anggota organisasi agar tujuan-tujuan yang telah ditetapkan dapat tecapai. Untuk itu, peran pemimpin sangat penting terutama dalam hal pengambilan keputusan organisasional. Pemimpin juga harus tepat menempatkan karyawan dalam proses pengambilan keputusan. Dalam beberapa hal tertentu, karyawan dan anggota organisasi lain perlu terlibat lebih banyak dalam beberapa hal tertentu. Namun ada pula beberapa bagian yang perlu ditetapkan secara tegas oleh pemimpin tanpa perlu banyak melibatkan pihak lain agar keefektifan organisasi dapat tercapai.
Kepemimpinan, pengambilan keputusan dan keterlibatan karyawan menjadi isu yang menarik untuk dikaji. Ketiga elemen tersebut dalam kenyataanya saling terkait satu sama lain dan terkadang tidak dapat dipisahkan.
Di lingkungan masyarakat maupun dalam organisasi formal ataupun non formal, selalu ada seseorang yang dianggap lebih dari yang lain. Seseorang yang mempunyai kemampuan lebih tersebut kemudian diangkat atau ditunjuk sebagai orang yang mengatur orang lain. Biasanya orang yang seperti itu disebut pemimpin (leader) atau manajer (manager). Semua organisasi, apapun jenisnya, tentunya memerlukan seorang pemimpin atau manajer yang nantinya akan menjalankan kegiatan kepemimpinan (leadership) dan atau manajemen (management).
Kepemimpinan (leadership) merupakan suatu subjek yang sudah lama diminati para ilmuwan maupun orang awam. Fokus dari kebanyakan penelitian adalah mengenai determinan-determinan dari efektivitas kepemimpinan. Para ilmuwan perilaku (behavioral scientists) telah mencoba untuk menemukan ciri-ciri, kemampuan-kemampuan, perilaku-perilaku, sumber-sumber kekuasaan, atau aspek-aspek apa saja dari situasi tersebut yang menentukan sejauh mana seorang pemimpin mampu mempengaruhi para pengikutnya dan mencapai sasaran-sasaran kelompok.
Tugas pemimpin antara lain penyelesaian masalah dan pengambilan keputusan (problem solving and decision-making activivy). Penyelesaian masalah merupakan proses menghasilkan satu solusi guna mengenali, mengidentifikasi dan merinci masalah. Pengambilan keputusan merupakan proses penentuan satu alternatif pilihan atas beragam alternatif pilihan. Aktifitas penyelesaian masalah dan pengambilan keputusan membutuhkaan perhatian dan pendefinisian yang tepat atas masalah, penentuan tujuan, menemukan, mendesain dan menetapkan sejumlah tindakan yang tepat, serta mengevaluasi dan memilih alternatif tindakan terbaik. Aktivitas atau tugas penyelesaian masalah dilakukan melalui proses pengambilan keputusan dengan baik, berkualitas dan efektif.
Keputusan pemimpin sangat krusial. Keputusan tersebut berdampak pada berbagai konsekwensi seperti alokasi sumber daya, keterbatasan informasi, dan konflik tujuan dalam organisasi. Oleh karena itu sorang pemimpin organisasi harus memahami teknik pengambilan keputusan yang paling sesuai dengan karakter organisasinya.
Karyawan dan para bawahan, dalam beberapa hal tertentu perlu untuk dilibatkan dalam pengambilan keputusan. Namun pelibatan karyawan yang terlalu banyak untuk keputusan yang lain juga sering kali menyebabkan ketidak efektifan tujuan organisasi. Dengan demikian perlu ada perlakuan yang seimbang bagi keterlibatan karyawan dalam keputusan organisasi dan pengaturan mekanisme yang tepat dalam pelibatan karyawan tersebut.
Tulisan ini akan membahas tiga persoalan tersebut, yakni Kepemimpinan, Pengambilan Keputusan Organisasi dan Pelibatan Karyawan dalam pengambilan keputusan. Teori-teori yang relevan dikaji secara mendalam serta ditambah dengan kajian dari penelitian yang telah dipublikasikan dalam jurnal ilmiah internasional. Diharapkan tulisan ini akan menambah khasanah teori dan wawasan khususnya dalam ruang lingkup teori dan perilaku organisasi.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, masalah dalam kajian ini dapat dirumuskan sebagai berikut : (1) Apa dan bagaimana teori-teori tentang kepemimpinan ? (2) Apa dan bagaimana teori-teori tentang pengambilan keputusan ? (3) Apa dan bagaimana teori-teori tentang keterlibatan karyawan ?
Maksud dan Tujuan
Tulisan ini dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran yang jelas mengenai teori-teori Kepemimpinan, Pengambilan Keputusan dan Keterlibatan Karyawan dengan cara melakukan literature review dari berbagai sumber. Secara spesifik tulisan ini: (1) Mempelajari dan mengkaji teori-teori tentang kepemimpinan. (2) Mempelajari dan mengkaji teori-teori tentang pengambilan keputusan. (3) Mempelajari dan mengkaji teori-teori tentang keterlibatan karyawan dalam pengambilan keputusan.
Kepemimpinan
Pengertian
Kepemimpinan mempunyai arti yang berbeda pada orang-orang yang berbeda. Pengertian atau definisi tentang kepemimpinan sangat bervariasi sebanyak orang yang mencoba mendefinisikan konsep kepemimpinan itu sendiri. Hal ini disebabkan karena topik tentang kepemimpinan ini telah diamati dan diminati oleh banyak orang selama berabad-abad lamanya. Para peneliti biasanya mendefinisikan kepemimpinan sesuai dengan perspektif-perspektif individual dan aspek dari fenomena yang paling menarik perhatian mereka.
Perbedaan pendapat tentang definisi kepemimpinan didasarkan pada kenyataan bahwa kepemimpinan melibatkan interaksi yang kompleks antara pemimpin, pengikut, dan situasi. Kebanyakan definisi mengenai kepemimpinan mencerminkan asumsi bahwa kepemimpinan menyangkut sebuah proses pengaruh sosial yang sengaja dijalankan oleh seseorang terhadap orang lain untuk menstruktur aktivitas-aktivitas serta hubungan-hubungan di dalam sebuah kelompok atau organisasi (Gary Yukl;2;1998). Sebagai contoh, beberapa peneliti mendefinisikan kepemimpinan itu sendiri dalam bentuk hubungan pribadi dan ciri-ciri fisik, sedangkan peneliti yang lain meyakini bahwa kepemimpinan itu digambarkan oleh sekumpulan perilaku yang ditentukan. Berbeda dengan hal tersebut, peneliti lainnya juga berpandangan bahwa konsep tentang kepemimpinan akan selalu mengalami banyak perubahan, hal ini ditandai dengan adanya pengaruh sosial.
Definisi lainnya tentang kepemimpinan juga dikemukakan oleh John Carrey & Carrey Dimmit (Journal of Leadership:Juli: 2001) yang menjelaskan bahwa kepemimpinan adalah suatu tindakan yang dilakukan untuk mempengaruhi orang lain agar berprestasi dalam upaya mencapai tujuan organisasi. Hal ini menjelaskan bahwa seorang pemimpin juga merupakan motivator yang baik bagi pengikutnya untuk terus meningkatkan kinerjanya dalam organisasi.
Pendapat lain oleh Robert Kreitner & Angelo Kinicki (495 ; 1998) menjelaskan bahwa kepemimpinan adalah upaya mempengaruhi anggota untuk mencapai tujuan organisasi secara sukarela. Pengertian ini menekankan pada kemampuan pemimpin yang tidak memaksa dalam menggerakkan anggota organisasi agar melakukan kegiatan yang terarah pada tujuan organisasi. Selanjutnya pengarang terkemuka, Tom Peters dan Nancy Austin juga menjelaskan pengertian kepemimpinan dalam bentuk yang lebih luas bahwa kepemimpinan juga mengandung arti visi, antusiasme, kepercayaan, obsesi, konsistensi, dan pemberian perhatian. Definisi ini menjelaskan bahwa kepemimpinan memerlukan lebih dari sekedar mempunyai kekuatan dan menggunakan kekuasaan.
Kepemimpinan sebagai kemampuan untuk mempengaruhi kelompok menuju pencapaian sasaran. Sumber dari pengaruh ini bersifat formal, sepertii yang disajikan oleh kepemilikan peringkat manajerial dalam organisasi karena posisi manajemen muncul bersamaan sejumlah tingkat wewenang yang dirancang secara formal, seseorang dapat menjalankan peran kepemimpinan semata-mata karena dalam kedudukannya dalam organisasi itu. Tetapi tidak semua pemimpin itu manajer; dan sebaliknya, tidak semua manajer itu pemimpin. Hanya karena organisasi memberikan kepada manajernya hak formal tertentu tidak menjadi jaminan bahwa mereka akan mampu memimpin secara efektif. Sering kita menjumpai bahwa kepemimpinann yang tidak mengandung unsur sanksi-yakni, kemampuan untuk mempengaruhi yang timbul diluar struktur formal organisasi itu- sering mempunyai arti penting yang sama atau lebih penting daripada pengaruh formal. Dengan kata lain, pemimpin dapat muncul dari dalam kelompok sekaligus melalui pengangkatan formal untuk memimpin kelompok.
Kerangka kerja konseptual tentang pengertian kepemimpinan disajikan dalam gambar 2.1. Gambar ini mengingindikasikan bahwa karakteristik/ciri pemimpin adalah merupakan dasar dari kepemimpinan yang efektif. Kepemimpinan yang efektif juga tergantung pada variabel-variabel situasional yang beraneka ragam. Aspek-aspek situasi yang meningkatkan atau menghilangkan efek ciri atau dari perilaku pemimpin tersebut disebut variabel-variabel situasional (Gary Yukl ; 241 ; 1998). Variabel-variabel ini merupakan komponen penting dalam teori kepemimpinan kontingensi.
Gambar 2.1
Kerangka kerja konseptual tentang pengertian kepemimpinan
Pengertian yang senada juga dikemukakan oleh Gibson dkk (1996;334) yang menjelaskan bahwa kepemimpinan adalah upaya menggunakan berbagai jenis pengaruh yang bukan paksaan dalam memotivasi anggota organisasi untuk mencapai tujuan tertentu. Selanjutnya Fremont E. Kast dan James E. Rosenzwigh juga mengatakan bahwa kepemimpinan adalah kesanggupan untuk membujuk orang lain dalam mencapai tujuan secara antusias.
Greenberg & Bacon ( 445 ; 2000) menyatakan bahwa kepemimpinan adalah suatu proses dimana seorang pemimpin mempengaruhi anggotanya untuk mencapai tujuan kelompok. Keseluruhan definisi kepemimpinan yang telah dikemukakan sebelumnya menunjukan bahwa kepemimpinan berlangsung di dalam sebuah organisasi yang dalam arti statis merupakan wadah dalam bentuk suatu struktur organisasi yang di dalamnya terdapat unit-unit kerja sebagai hasil kegiatan pengorganisasian.
Setiap unit kerja dipimpin oleh seorang pemimpin (manajer) dengan sejumlah staf dan tenaga pelaksana teknis. Pemimpin dalam konteks struktural adalah pemimpin formal yang terdiri dari para manajer yang menjalankan kegiatan manajerial di dalam unit kerja atau organisasinya. Oleh karena itu penting kiranya mengetahui perbedaan antara kepemimpinan (leadership) dan pimpinan (management) untuk memahami secara jelas apa yang dimaksud dengan kepemimpinan.
Kepemimpinan VS Pemimpin
Bernard Bass, seorang ahli kepemimpinan menyimpulkan bahwa “mengatur pemimpin dan peranan pemimpin adalah dua kegiatan yang berbeda”. Namun keduanya, kepemimpinan dan pimpinan merupakan dua hal yang saling melengkapi, dimana keduanya memiliki kegiatan atau fungsi yang khas/unik. Para pemimpin mengilhami pemimpin-pemimpin lainnya, memberikan dukungan emosional, dan mencoba untuk meperoleh karyawan dalam rangka mencapai tujuan organisasi secara umum. Pemimpin juga memainkan peranan kunci dalam menciptakan visi dan perencanaan strategis bagi organisasi. Tabel berikut menjelaskan perbedaan antara pemimpin dan manajer.
Perbedaan antara pemimpin dan manajer lebih dari pada isu semantik untuk empat sebab berikut :
1. Perbedaan ini penting karena pemimpin dan manajer melaksanakan suatu fungsi yang khas untuk merekrut dan memilih karyawan yang memiliki tingkat kemampuan intelektual, pengalaman, dan pengetahuan yang relevan dengan pekerjaan untuk melaksanakan pekerjaannya.
2. Perbedaan tersebut dapat berpengaruh terhadap efektivitas kelompok. Kinerja kelompok kerja dapat ditingkatkan melalui penempatan karyawan yang produktif oleh pemimpin dan manajer.
3. Perubahan organisasi ke arah sukses sangat tergantung pada kepemimpinan yang efektif dalam suatu organisasi.
4. Perbedaan antara memimpin dan mengatur pada kepemimpinan intinya adalah tidak dibatasi pada posisi atau peran seseorang. Setiap orang dari tingkat bawah ke tingkat atas dalam suatu organisasi dapat menjadi pemimpin.
Tabel 2.1
Perbedaan antara Pemimpin dan Manajer
Sumber : W. G. Bennis, On Becoming a Leader, 1989
Teori dan Model Kepemimpinan
Terdapat banyak literatur yang menjelaskan tentang kepemimpinan, dan cukup membingungkan jika tidak dipahami dengan baik. Oleh karena itu, sangat dibutuhkan pemahaman tentang kepemimpinan itu sendiri dengan berbagai pendekatan. Berikut ini dijelaskan mengenai teori-teori tentang kepemimpinan :
1). Teori Kepemimpinan berdasarkan Sifat
Teori ini merupakan pendekatan awal dalam menjelaskan tentang teori kepemimpinan yaitu pendekatan dalam mempelajari kepemimpinan yang dipusatkan pada sifat dan perilaku pemimpin itu sendiri. Teori ini lebih memfokuskan pada identifikasi sifat seseorang yang membedakan antara pemimpin dan pengikutnya.
Berdasarkan hasil review-nya, Stogdill dan Mann’s menyatakan bahwa terdapat 5 kecenderungan sifat yang membedakan antara pemimpin dan pengikutnya yaitu : (1) Inteligensia; (2) Kekuasaan; (3)Percaya diri; (4) Tingkat kemampuan dan aktivitas; (5) Pengetahuan yang relevan berkaitan dengan tugas.
Sedangkan Mann’s mereview hal yang serupa untuk teori tentang sifat, yang membaginya dalam 7 kategori sifat seseorang dan menyimpulkan bahwa intelegensia adalah merupakan prediktor yang paling baik. Sementara itu, Robert Kreitner & Angelo Kinicki menjelaskan tentang profil teori kepemimpinan sifat yang modern adalah dengan menggunakan Emotional Inteligence yaitu kemampuan untuk memonitor dan mengontrol emosi dan perilaku yang kompleks dari suatu lingkungan sosial.
Empat hal yang dihubungkan dengan teori kepemimpinan sifat modern dengan menggunakan Emotional Inteligence adalah : (1) Kesadaran diri. (2) Pengaturan diri. (3) Kesadaran sosial. (4) Manajemen hubungan.
Hal lain yang berhubungan dengan teori tentang sifat ini adalah menyangkut gender. Hasil analisis tentang gender ini menyangkut isu yang berkembang antara lain : 1) Asumsi tentang bervariasinya tugas kepemimpinan kelompok kerja. 2) Penggunaan gaya kepemimpinan yang berbeda. 3) Efektif atau tidaknya suatu gaya kepemimpinan secara relatif. 4) Perbedaan situasi yang menciptakan apakah perbedaan gender dapat menghasilkan kepemimpinan yang efektif atau tidak.
Hasil penelitian menunjukan bahwa : a) Pemimpin pria dan wanita memiliki rating yang sama dalam tingkatan efektifitas kepemimpinan. b) Pria merupakan pemimpin yang lebih efektif manakala tugas-tugas mereka lebih banyak didefinisikan oleh kaum mereka. Dan demikian sebaliknya dengan kaum wanita. c) Perbedaan gender dalam kepemimpinan efektif ketika diasosiasikan dengan persentase pemimpinnya adalah pria dan bawahannya sebagaian besar kaum pria.
2). Teori Kepemimpinan berdasarkan Perilaku
Fase penelitian tentang kepemimpinan ini telah dimulai sejak perang dunia II sebagai bagian untuk mengembangkan pemimpin-pemimpin militer yang lebih baik.
a. Study Ohio University
Para peneliti dalam penelitian ini menyimpulkan bahwa terdapat dua dimensi bebas perilaku pemimpin, yaitu pertimbangan dan menginisiasi struktur.
Pertimbangan digambarkan sejauh mana seseorang berkemungkinan memiliki hubungan pekerjaan yang dicirikan oleh saling percaya, menghargai gagasan bawahan dan memperhatikan perasaan mereka. Pemimpin memperdulikan akan kesejahteraan, status dan kepuasan para pengikutnya. Seorang pemimpin yang memiliki pertimbangan tinggi dapat digambarkan sebagai seorang yang membantu bawahan dalam menyelesaikan masalah pribadi mereka, ramah dan mudah dihampiri.
Sedangkan menginisiasi struktur mengacu pada sejauh mana seorang pemimpin menetapkan dan menstruktur perannya dan peran para bawahannya dalam mengusahakan tercapainya tujuan.
Secara umum, model kepemimpinan perilaku dari Study Ohio University dapat di gambarkan sebagai berikut :
Gambar 2.2
Basic Leadership Style From the Ohio University
Source : Kreitner, Management
b. Study Michigan University
Kelompok penelitian ini menyebutkan adanya dua dimensi perilaku kepemimpinan yang disebut berorientasi karyawan dan berorientasi tugas. Pemimpin yang berorientasi karyawan dideskripsikan menekankan hubungan antar pribadi. Sebaliknya pemimpin yang berorientasi pada tugas cenderung menekankan aspek teknis atau tugas dari pekerjaan.
Hasil ringkas yang diperoleh dari penelitian ini menyimpulkan bahwa kepemimpinan yang efektif adalah : (1) Cenderung untuk memelihara hubungan dengan karyawan. (2) Menggunakan metode pengawasan secara kelompok dari pada personal. (3) Menyusun tujuan kinerja yang tinggi.
c. Kisi Kepemimpinan/Managerial dari Blake dan Mouton
Kisi managerial ini merupakan pandangan grafis dari dua dimensi terhadap perilaku pemimpin yang berdasarkan pada Kepedulian akan karyawan dan kepedulian akan produksi. Mengenai kisi yang digunakan oleh Blake dan Mouton, dapat digambarkan di bawah ini :
Gambar 2.3
Manajerial Grid yang digunakan oleh Blake dan Mouton
Source : R. R. Blake, J. S. Mouton, and L. E. Greiner.
Dalam teori grid ini, Blake dan Mouton berhasil memplot adanya lima gaya kepemimpinan berdasarkan pada perhatian pimpinan terhadap orang (people) atau produksi, yaitu :
1. Impoverished : kepedulian terhadap orang dan produksi rendah.
2. Country-club : kepedulian terhadap orang tinggi.
3. Produce or perish : kepedulian terhadap produksi tinggi.
4. Middle of the road : kepedulian terhadap orang dan produksi sedang.
5. Team style : kepedulian terhadap orang dan produksi tinggi.
Kinerja paling baik dalam teori grid ini ditunjukkan oleh gaya 9,9 , jika dibandingkan dengan gaya lainnya. Hal ini didukung oleh hasil penelitian mereka terhadap para manajer berpengalaman yang sebagian besar memilih gaya 9.9 sebagai yang terbaik. Namun dalam kenyataanya, tidak ada bukti substantif yang menyatakan bahwa gaya 9.9 adalah gaya yang terbaik untuk segala situasi.
Dari berbagai penjelasan mengenai teori perilaku diatas, dapat disimpulkan bahwa berdasarkan teori perilaku, segala sesuatu yang berkaitan dengan perilaku pemimpin adalah hal yang dipelajari dan gaya perilaku tesebut menjelaskan pula bahwa pemimpin itu adalah diciptakan serta efektifnya suatu gaya kepemimpinan adalah bergantung pada situasi.
3). Teori-teori Situasi
3). Teori-teori Situasi
Terdapat tiga teori situasi yang menolak adanya suatu gaya kepemimpinan yang paling baik, yaitu :
a. Model Kontingensi Friedler
a. Model Kontingensi Friedler
Model Friedler ini dikenal sebagai teori kepemimpinan situasi yang paling tua. Friedler mengemukakan bahwa kinerja pemimpin bergantung pada dua hal yang saling berhubungan, yaitu 1) Tingkat dimana dalam suatu situasi pemimpin memiliki kontrol dan pengaruhnya 2) Motivasi dasar dari pemimpin terhadap hubungan antara tugas dengan yang lainnya.
Secara singkat penjelasan mengenai teori Friedler ini didasarkan pada suatu premis bahwa pemimpin memiliki suatu gaya kepemimpinan yang dominan dan tidak dapat diubah dan menganjurkan pemimpin harus mempelajari bagaimana mencocokan gaya kepemimpinan mereka pada kuantitas pengendalian pada situasi kepemimpinan.
Mengenai pengendalian situasi yang menunjukan kuantitas pengendalian dan pengaruh pemimpin dalam lingkungan kerjanya, terdapat tiga dimensi yaitu : (1) Hubungan pemimpin - karyawan : Hal ini menyangkut tingkat keyakinan, kepercayaan, dan respek bawahan terhadap atasan.(2) Struktur Tugas : Tingkat dimana penugasan pekerjaan diprosedurkan, dalam hal ini adanya kuantitas struktur dari tugas-tugas yang harus dilakukan oleh kelompok kerja. (3) Kekuasaan jabatan : Tingkat pengaruh yang dimiliki seorang pemimpin yang memiliki kekuasaan seperti memberikan hukuman, mempromosikan, menaikan gaji dan lain-lain. Lebih jelasnnya, model kontingensi Friedler ini dapat digambarkan di bawah ini :
Gambar 2.4
Model Kontingensi Friedler
Source : Journal Leadership : John Carrey : 2001
Dari model di atas, nampak bahwa Friedler memperlihatkan adanya keterhubungan antara motivasi kepemimpinan dan pengendalian situasi. Untuk situasi-situasi yang digambarkan di atas, pemimpin yang memiliki pengendalian tinggi pada situasi I, II, III menunjukan bahwa pemimpin dengan motivasi berorientasi tugas lebih efektif dari pada pemimpin yang berorientasi hubungan. Untuk situasi IV,V,VI pemimpin dengan motivasi berorientasi hubungan diharapkan lebih efektif daripada pemimpin dengan motivasi berorientasi tugas. Sedangakan untuk situasi VII,VIII, motivasi berorientasi tugas lebih efektif.
Secara keseluruhan, akurasi dari model Friedler ini telah ditest melalui meta-analysis yang memberikan suatu anjuran bahwa model Friedler ini masih perlu dikaji secara teoretis, walaupun sebagian dari teori ini dari penelitian yang dilakukan ada kecocokan untuk beberapa situasi.
b. Path-goal theory
Teori ini mula-mula dikembangkan oleh Robert House. Teori ini mengidentifikasi adanya empat gaya kepemimpinan, yaitu :
Directive Leadership : Memberitahukan kepada para bawahan apa yang diharapkan dari mereka, memberi pedoman yang spesifik, meminta para bawahan untuk mengikuti peraturan-peraturan dan prosedur, mengatur waktu, dan mengkoordinasikan pekerjaan mereka.
Supportive Leadership : Memberi perhatian kepada kebutuhan para bawahan, memperlihatkan perhatian terhadap kesejahteraan mereka, dan menciptakan suasana yang bersahabat dalam lingkungan kerja mereka.
Partisipative Leadership : Berkonsultasi dengan para bawahan dan mempertimbangkan opini dan saran mereka.
Achievement oriented Leadership : Menetapkan tujuan-tujuan yang menantang,mencari perbaikan dalam kinerja, menekankan kepada keunggulan dalam kinerja, dan memperlihatkan kepercayaan bahwa para bawahan akan mencapai standar kerja yang tinggi.
Secara umum model yang dideskripsikan oleh Robert House adalah sebagai berikut :
Gambar 2.5
Model Kepemimpinan Path-goal Theory
Selain mendeskripsikan gaya kepemimpinan, Robert House juga menjelaskan mengenai faktor-faktor kontingensi, yaitu variabel situasional yang dapat menyebabkan satu gaya kepemimpinan lebih efektif dari pada yang lainnya. Model ini memiliki dua kelompok variabel kontingensi yaitu karakteristik karyawan yang terdiri dari : locus of control, kemampuan kerja, kebutuhan akan prestasi, pengalaman, dan kejelasan status. Sedangkan variabel lainnya adalah faktor lingkungan yang terdiri atas : tugas karyawan, otoritas sistem, dan kelompok kerja.
Gambar 2.6
Model Kepemimpinan Path-goal Theory (Robert House)
c. Teori Kepemimpinan Situasional Harsey dan Blanchard
Menurut teori ini, perilaku pemimpin yang efektif bergantung pada tingkat kesiapan dari pengikut pemimpin. Kesiapan itu sendiri didefenisikan sebagai tingkat dimana para pengikut memiliki kemampuan dan kemauan untuk menyelesaikan tugas yang diberikan.
Gaya kepemimpinan yang cocok ditemukan melalui referensi silang kesiapan para pengikut, yang bervariasi dari tingkat yang rendah ke tingkat yang tinggi. Dari gambar yang ada menunjukkan adanya empat perilaku pemimpin yang spesifik yaitu :
1. Telling (Orientasi tugas tinggi-hubungan rendah). Pemimpin mendefinisikan peran dan memberitahukan kepada orang-orangnya apa, bagaimana, kapan dan dimana tugas itu dilakukan.
2. Selling (Orientasi tugas tinggi - hubungan tinggi). Pemimpin memberikan perilaku pengarah dan perilaku pendukung.
3. Participating (Orientasi tugas rendah - hubungan tinggi). Pemimpin dan pengikut bersama-sama mengambil keputusan, dengan peran dari pemimpin adalah mempermudah dan berkomunikasi.
4. Delegating (Orientasi tugas rendah - hubungan rendah). Pemimpin memberikan sedikit pengarahan maupun dukungan.
Secara ringkas, teori ini dapat dilihat pada gambar berikut ini :
Gambar 2.7.
Teori Kepemimpinan Situasional Harsey dan Blanchard
Komponen akhir dari teori ini adalah mendefinisikan empat tahap kesiapan dari pengikut:
R1 : Orang-orang yang tidak mampu maupun tidak bersedia mengambil tanggung jawab untuk melakukan sesuatu. R2 : Orang-orang yang tidak mampu tetapi bersedia melakukan tugas pekerjaan yang perlu. R3 :Orang-orang yang mampu tetapi taidak bersedia untuk melakukan apa yang diinginkan oleh pemimpin. R4 : Orang-orang yang mampu dan bersedia melakukan apa yang diminta pada mereka.
Saat ini teori ini banyak digunakan secara luas sebagai alat pelatihan. Namun teori ini tidak didukung sepenuhnya oleh para peneliti karena berdasarkan hasil penelitian, keakuratan dari teori ini tidak sepenuhnya sesuai dengan teori yang dikemukakan.
Pendekatan Baru Teori Kepemimpinan
a. Transisi Model Kepemimpinan Transaksional ke Kharismatik
Terdapat perbedaan antara kepemimpinan transaksional dan kepemimpinan kharismatik. Kepemimpinan transaksional pada dasarnya merupakan teori kepemimpinan yang berkenaan dengan teori-teori yang telah dijelaskan di atas. Model kepemimpinan ini lebih memfokuskan pada manajer dan para karyawannya. Karakteristik pokok dari kepemimpinan transaksional adalah : 1) Pemimpin memberikan penghargaan untuk memotivasi karyawan dalam bekerja dan 2) Pemimpin melakukan tindakan yang benar hanya ketika bawahan salah dalam upaya mencapai tujuan kinerja.
Sebaliknya kepemimpinan kharismatik lebih menekankan pada perilaku pemimpin sebagai simbol, komunikasi non-verbal, visi dan inspirasi, memperlihatkan kepercayaan diri, dan harapan pemimpin pada pengorbanan diri para pengikutnya untuk mencapai hasil kerja yang diinginkan. Kepemimpinan kharismatik dapat menghasilkan perubahan organisasi yang significant.
Secara lengkap, J.A Conger dan R.N Kanungo (dikutip dari Robin : 27) menjelaskan bahwa karakteristik utama dari kepemimpinan kharismatik ini adalah :
1. Visi dan artikulasi. Pemimpin kharismatik memiliki visi-menunjukan idealisme mencapai tujuan-yang diharapkan lebih baik dimasa mendatang dari pada status quo.
2. Resiko personal. Pemimpin kharismatik menempatkan risiko personal, biaya tinggi, dan menggunakan kepuasan untuk mencapai visinya.
3. Peka terhadap lingkungan. Pemimpin ini mampu membuat penilaian yang realistis terhadap kendala lingkungan dan sumberdaya yang dibutuhkan untuk menghasilkan perubahan
4. Kepekaan mengikuti kepentingannya. Pemimpin kharismatik merupakan perspektif membantu yang lain dan tanggap terhadap kepentingan dan perasaannya.
5. Perilaku diluar aturan. Mereka dengan kharisma ikut serta dalam perilaku yang dipahami sebagai sesuatu yang baru, tidak konvensional, dan berlawanan dengan norma-norma.
Pemimpin kharismatik melakukan perubahan pada para pengikutnya melalui upaya menciptakan suatu perubahan pada tujuan mereka, nilai, kepercayaan dan aspirasi mereka. Mereka menyempurnakan transformasi ini melalui upaya menarik para pengikut mereka kedalam konsep pribadi mereka. Para pemimpin kharismatik dalam mempengaruhi para pengikutnya dimulai saat pemimpin mengutarakan dengan jelas suatu visi yang menarik. Visi ini memberikan suatu rasa kesinambungan bagi para pengikut dengan menautkan masa kini dengan masa depan yang lebih baik dari organisasi itu. Kemudian sang pemimpin mengkomunikasikan harapan akan kinerja tinggi dan mengungkapkan keyakinan bahwa para pengikut dapat mencapai harapan itu. Ini meningkatkan harga diri dan keyainan para pengikut. Kemudian pemimpin menghantarkan lewat kata dan tindakan, suatu perangkat baru dari nilai-nilai dengan perilakunya, menunjukkan suatu contoh yang ditiru para pengikut. Dan pada akhrnya pemimpin kharismatik melakukan pengorbanan diri dan terlibat dalam perilaku yang tidak konvensional untuk memperlihatkan keyakinan dan keberanian mengenai visi itu.
Hasil-hasil penelitian yang berhubungan dengan gaya kepemimpinan kharismatik dan transaksional menggariskan empat implikasi penting managerial yaitu :
1. Pemimpin terbaik adalah bukan hanya kharismatik, melainkan kedua gaya kharismatik dan transaksional.
2. Kepemimpinan kharismatik tidak teraplikasi dalam organisasi untuk semua situasi. Menurut para ahli, kepemimpinan kharismatik dapat menjadi efektive untuk kondisi berikut:
a) Terdapatnya situasi yang memberikan kesempatan adanya keterlibatan moral.
b) Tujuan kerja tidak dapat dengan mudah untuk dibentuk dan diukur.
c) Pemberian hadiah tidak dapat dihubungkan dengan prestasi individu.
d) Terdapat sedikit batasan situasional sebagai petunjuk perilaku.
e) Selain usaha, perilaku, kepuasan dan prestasi kerja di syaratkan adanya pemimpin dan pengikutnya.
3. Karyawan dalam beberapa level organisasi dapat dilatih untuk menjadi transaksional dan kharismatik.
4. Kepemimpinan kharismatik dapat diterapkan secara pantas ataupun tidak dalam organisasi. Dimana pemimpin kharismatik sepantasnya membolehkan karyawannya untuk meningkatkan konsep-konsep pribadi mereka. Salah satu contoh yang tidak pantas adalah menghasilkan orang -orang yang selalu patuh, tunduk dan mengalah.
b. Perspektif Tambahan dalam Kepemimpinan
Sebagai tambahan dalam menjelaskan tentang kepemimpinan itu sendiri, akan dijelaskan dua perspektif tambahan dalam kepemimpinan, yang meliputi :
1. Model Kepemimpinan Leader-Member Exchange (LMX)
Model kepemimpinan ini dikemukakan oleh George Graen. Ia membandingkan model kepemimpinan tradisional dan model kepemimpinan yang dikemukakannya.
Menurut Graen, model kepemimpinan tradisional lebih pada upaya dimana pemimpin memikirkan untuk menunjukkan suatu pola perilaku yang sama pada semua karyawannya. Sedangkan Graen menggambarkan bahwa model LMX ini disebabkan karena adanya tekanan waktu. Para pemimpin membangun suatu hubungan yang istimewa dengan suatu kelompok kecil bawahan mereka. Ia menggambarkan adanya dua batasan dari hubungan LMX ini yaitu:
1. In Group Exchange. Dalam hubungan ini, para pemimpin dan pengikutnya membangun suatu hubungan partnership yang dicirikan oleh adanya pengaruh timbal balik, saling mempercayai, dan perasaan senasib. (dicirikan sebagai E1 dan E5).
2. Out Group Exchange. Dalam hubungan ini, pemimpin dicirikan sebagai orang yang mengawasi , bawahan memperoleh lebih sedikit waktu pemimpin, mendapatkan hubungan antara atasan – bawahan dalam koridor interaksi otoritas yang formal.
Hal pokok yang harus dicatat dari teori ini adalah walaupun pemimpin yang melakukan pemilihan pada anggota kelompok, karakteristik pengikutlah yang mendorong keputusan kategorisasi dari pemimpin.
Penelitian yang berkaitan dengan teori ini pada umumnya mendukung lebih spesifik teori dan penelitian yang mengelilinginya, memberikan bukti yang substantif bahwa para pemimpin memang membeda-bedakan bawahan, pengikut dengan status kelompok dalam, akan memiliki kinerja yang lebih tinggi, niat keluar masuknya karyawan lebih rendah, kepuasan yang lebih besar pada atasan mereka, dan kepuasan yang lebih besar dibandingkan dengan kelompok luar (Out Group Exchange).
2. Kepemimpinan Substitusi
Menurut para peneliti perilaku organisasi, terdapat variabel-variabel yang dikenal sebagai kepemimpinan situasional berupa variasi variabel subtitusi untuk menetralkan atau meningkatkan pengaruh kepemimpinan. Variabel subtitusi ini selanjutnya dapat meningkatkan atau mengurangi kemampuan pemimpin dalam mempengaruhi kelompok kerja. Secara lengkap gambaran dari kepemimpinan subtitusi ini menjelaskan bahwa karakteristik-karakteristik bawahan, tugas dan organisasi dapat memainkan peran sebagai pengganti tingkat kepemimpinan tradisional. Lebih lanjut, perbedaan karakteristik diprediksi untuk mengurangi perbedaan perilaku pemimpin yang berbeda.
Tabel 2.2.
Subtitusi Kepemimpinan
Dari berbagai
penjelasan diatas mengenai teori kepemimpinan, dapat dilihat bahwasanya
kepemimpinan memainkan suatu bagian sentral dalam memahami perilaku kelompok,
karena pemimpinlah yang biasanya memberikan pengarahan menuju pencapaian
tujuan. Selain itu kepemimpinan sangat dibutuhkan berkaitan dengan kebutuhan
akan koordinasi dan kendali. Organisasi ada untuk mencapai sasaran yang
mustahil atau sama sekali tidak efisien,
jika dilakukan oleh individu-individu yang bertindak sendiri-sendiri.
Organisasi itu sendiri merupakan suatu mekanisme koordinasi dan kendali. Selain
itu, kepemimpinan menyumbang ke pemanduan berbagai aktivitas pekerjaan, koordinasi komunikasi sub unit
organisasi, pemantauan kegiatan, dan pengawasan penyimpangan dari standar.
Tabel 2.3.
Karakteristik
dari Servant-leadership
3. Servant - Leadership
Berfokus pada
peningkatan pelayanan yang diberikan kepada orang lain dibandingkan dengan diri
sendiri dan bukan merupakan pendekatan quick-fix dari kepemimpinan,
melainkan melainkan pendekatan jangka panjang transformasional untuk hidup dan
bekerja.
Casino in the heart of San Jose - Mapyro
BalasHapusThis is the area on 포천 출장샵 Mapyro, with its closest 전라남도 출장안마 stations being San Jose. 사천 출장안마 The area's closest stations are 여수 출장안마 Station Bar & Grill, 밀양 출장안마 San Jose, San