Dewasa ini, penciptaan keunggulan bersaing (competitive advantage) menjadi prioritas utama bagi para pemimpin organisasi dalam mengelola organisasi mereka agar dapat memenangi persaingan usaha yang semakin ketat. Berbagai teknologi dan alat manajemen yang tersedia telah mereka coba dan terapkan pada organisasi mereka. Namun, belum ada yang dapat memuaskan. Pada dasarnya mereka mencari keunggulan yang unik yang tidak dapat dimiliki oleh pesaing mereka. Sementara itu, teknologi yang mereka gunakan dapat dengan mudah ditiru oleh perusahaan lain. Oleh karena itu, alternative yang sangat memungkinkan untuk memiliki keunggulan bersaing adalah mencari keunggulan bersaing pada sumber daya manusia yang dimiliki, yang dapat menciptakan sendiri keunggulan bersaing tersebut melalui kreativitas yang mereka hasilkan dan keunikan yang mereka miliki. Sehubungan dengan itu, banyak pimpinan organisasi yang mencoba mengaitkan usaha pencarian keunggulan bersaing mereka dengan penggunaan sistem kompetensi dalam organisasi mereka (CBHRM).
Pembentukan kompetensi seseorang diyakini dipengaruhi oleh dua faktir, yakni: (1) faktor internal, yang merupakan faktor bawaan yang bersifat genetik; (2) faktor eksternal, yaitu faktor yang mempengaruhi perkembangan kompetensi sesorang secara akumulatif sejak kecil, seperti pendidikan dan pengalaman yang diperoleh orang tersebut selama hidupnya. Sejauh ini belum diketahui mana dari kedua faktor tersebut yang paling banyak memengaruhi kompetensi seseorang dan sampai sejauh mana kompetensi seseorang dapat dikembangkan sesuai dengan yang diinginkan.
Penerapan kompetensi tidak dapat dipisahkan dari kemampuan seseorang menggunakan pemikiran intelektual (kognitif) dan mengendalikan emosinya. Kompetensi mempengaruhi cara pandang, tindakan, dan karakter seseorang. Orang yang memiliki kompetensi dapat menggunakan pemikiran intelektual dan emosinya sesuai dengan yang dibutuhkan pekerjaan, sehingga orang tersebut dapat berprestasi unggul dalam bekerja.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar