Perkembangan Ilmu Manajemen
Tiga Kelompok Pemikiran Dalam Ilmu Manajemen
Kelompok Ketiga: Perspektif Manajemen Kuantitatif.
Kelompok ketiga dalam melakukan pendekatan studi manajemen adalah perspektif manajemen kuantitatif, yaitu perspektif yang mulai tumbuh dan berkembang setelah perang dunia kedua. Dalam peperangan yang terkait dengan Amerika Serikat dan Inggris, para petinggi militer mereka memerlukan para pekerja pemerintah dan ilmuwan untuk memberikan masukan bagaimana agar penggunaan sumber daya militer dapat digunakan secara lebih efektif dan efisien. Perspektif kelompok ini melakukan adopsi pendekatan matematika dalam menjalankan prinsip-prinsip manajemen terdahulu sebagaimana misalnya telah diperkenalkan oleh Frederch W. Taylor dan diterapkan dalam pengendalian bahan logistik.
Setelah perang dunia berakhir, pendekatan kuantitatif ini juga dilakukan oleh perusahaan DuPont dan General Electric di antaranya untuk melakukan penentuan jumlah pekerja, penentuan lokasi perusahaan, hingga pengaturan pergudangan dan persediaan. Pada intinya, perspektif ini menekankan penggunaan teknik kuantitatif dalam setiap kegiatan manajemen. Di antara konsep-konsep yang dikembangkan oleh kelompok ini adalah proses pengambilan keputusan, efektivitas dan efisiensi secara ekonomis, model matematika, hingga penggunaan alat bantu komputer dalam kegiatan manajemen.
Di antara dua perspektif yang muncul dalam kelompok manajemen kuantitatif ini adalah perspektif manajemen sains dan manajemen operasi.
Perspektif Manajemen Sains. Penggunaan istilah manajemen sains ini agak mirip dengan manajemen saintifik sebagaimana telah diterangkan sebelumnya dengan memperkenalkan salah satu kontributornya seperti Frederich Winslow Taylor. Akan tetapi, perlu dicatat perbedaannya bahwa perspektif manajemen sains di sini lebih menekankan pada penggunaan model matematika dalam penyelesaian seluruh kegiatan dan persoalan manajemen. Sebuah model matematika pada dasarnya merupakan representasi dari sebuah sistem, proses, dan hubungan antar-subsistem dalam sistem tersebut. Sehingga bisa disimpulkan bahwa perspektif ini mencoba menjelaskan realitas dalam kegiatan manajemen organisasi melalui model.
Di antara contoh penerapan perspektif manajemen sains dengan menggunakan model matematika ini adalah sebagaimana yang dilakukan Bank of England ketika mereka menentukan berapa banyak jumlah teller yang diperlukan oleh Bank of England di seluruh kantor cabang yang dimilikinya dalam setiap harinya sesuai dengan transaksi yang dilakukannya. Kita juga bisa melakukan peramalan atas volume penjualan di mana yang akan datang dengan menggunakan persamaan matematis berdasarkan data-data historis di masa lalu. Salah satu metode manajemen sains yang sekarang banyak digunakan adalah pendekatan Six Sigma yang mengadopsi model statistika untuk meningkatkan produktivitas perusahaan.
Perspektif Manajemen Operasi. Berbeda dengan perspektif manajemen sains, pendekatan manajemen operasi merupakan salah satu bentuk aplikasi manajemen sains yang lebih memfokuskan pada kegiatan tertentu dalam kegiatan manajemen secara ooperasional. Manajemen operasi membantu manajemen agar dapat melakukan kegiatan produksi secara lebih efektif dan efisien. Di antara pendekatan yang biasanya dipergunakan, misalnya queuing theory, breakeven analysis, dan simulasi. Berbagai pendekatan ini sangat bermanfaat dalam meningkatkan efisiensi terutama dalam perusahan-perusahan yang bergerak dalam sektor manufaktur, walaupun juga – sebagaimana dikutip Griffin – dapat bermanfaat juga dalam sektor keuangan, pemasaran, dan sumber daya manusia.
Penilaian Terhadap Perspektif Manajemen Kuantitatif. Sebagaimana pendekatan manajemen lainya, perspektif manajemen kuantitatif telah memberikan kontribusi berharga bagi peningkatan produktivitas organisasi, terutama yang terkait dengan model pengambilan keputusan dan peningkatan efisiensi. Tetapi, sebagai sebuah pendekatan model, perspektif ini memiliki berbagai keterbatasan, terutama jika dikaitkan dengan kenyataan bahwa perilaku manusia dalam organisasi tidak mudah untuk dipahami dan dikuantifikasi. Lebih daripada itu, model matematika yang dibuat sering kali mensyaratkan pemberlakuan berbagai asumsi yang kadangkala tidak mudah atau kurang realistis untuk dipenuhi. Kadangkala variabel-variabel yang terlibat dalam kegiatan manajemen begitu banyak sehingga interkasi antarvariabel sukar untuk ditentukan sehingga model-model matematika dan riset operasi tidak sepenuhnya dapat diaplikasikan.
Sering kali ahli kuantitatif terjebak pada perhitungan dan tidak sampai pada makna dan perhitungan itu sendiri. Keputusan manajemen selain harus memberikan kejelasan dan kepastian, namun juga memberikan ruang bagi ketidakpastian dan fleksibilitas. Hal ini sebagaimana kritik Peter F. Drucker dalam salah satu artikelnya, “We Need to Measure, Not Count”,1 Drucker mengkritisi mereka yang terfokus pada perhitungan akan tetapi melupakan pemaknaan dan pengukuran dari perhitungan itu sendiri. Manajemen kuantitatif pada akhirnya tidak ada bedanya dengan matematika biasa.
................................
1 Peter F Drucker, “We Need to Measure, Not Count”, The Wall Street Journal Tuesday, April 13, 1993.
Pustaka:
Ernie dan Kurniawan (2009), Pengantar Manajemen, Kencana Perdana Media Group, Jakarta.
..............
Tidak ada komentar:
Posting Komentar