Minggu, 09 Juni 2013

FILSAFAT ILMU dan METODOLOGI PENELITIAN (12)




Gratisan Musik




PENGETAHUAN, ILMU, DAN FILSAFAT


OBYEK MATERI DAN OBYEK FORMA . Ilmu pengetahuan adalah pengetahuan yang bertujuan mencapai kebenaran ilmiah tentang obyek tertentu, yang diperoleh melalui pendekatan atau cara pandang (approach), metode, (method), dan sistem tertentu. Jadi pengetahuan yang benar tentang obyek itu tidak bisa dicapai secara langsung dan sifat daripadanya adalah khusus.

Ilmu pengetahuan diciptakan manusia karena didorong oleh rasa ingin tahu manusia yang tidak berkesudahan terhadap obyek, pikiran, atau akal budi yang menyangsikan kesaksian indra, karena indra dianggap sering menipu. Kesangsian akal budi ini lalu diikuti dengan pertanyaan-pertanyaan: apakah sesuatu itu, mengapa sesuatu itu ada, bagaimana keberadaanya dan apa tujuan keberadaannya? Masin-masing pertanyaan itu akan menghasilkan: (*) Ilmu pengetahuan filosofis yang mempersoalkan hakikat atau esensi sesuatu (pengetahuan universal); (*) Ilmu pengeetahuan kausalistik, artinya selalu mencari sebab-musabab keberadaanya (pengetahuan umum bagi suatu jenis benda); (*) Ilmu pengetahuan yang bersifat deskriptif analitik, yaitu mencoba menjelaskan sifat-sifat umum yang dimiliki oleh suatu jenis obyek; (*) Ilmu pengetahuan yang bersifat normatif, yaitu yang mencoba memahami norma suatu obyek yang dari sana akan tergambar tujuan dan manfaat dari obyek tersebut.

Obyek ilmu pengetahuan itu ada yang berupa materi (obyek materi) dan ada yang berupa bentuk (obyek forma). Obyek materi adalah sasaran material suatu penyelidikan, pemikiran, atau penelitian keilmuan, bisa berupa benda-benda material, maupun yang non material, bisa pula berupa hal-hal, masalah-masalah, ide-ide dan konsep-konsep. Obyek materi, yang material maupun yang non-material, sebenarnya merupakan suatu substansi yang tidak begitu saja dengan mudah diketahui. Lebih-lebih yang non material, sedang yang materialpun sebagai suatu substansi mempunyai segi yang sulit dihitung dan ditentukan jumlahnya.

Kenyataan ini mempersulit usaha untuk memahami maknanya. Oleh karena itu, dalam rangka mengetahui maknanya, orang lalu melakukan pendekatan-pendekatan secara cermat dan bertahap menurut segi-segi yang dimiliki obyek materi itu, dan tentu saja menuntut kemampuan seseorang. Cara pendekatan inilah yang selanjutnya dikenal sebagai obyek forma atau cara pandang. Cara pandang ini berkonsentrasi pada satu segi saja, sehingga menuntut segi yang satu ini kemudian tergambarlah lingkup suatu pengetahuan mengenai sesuatu hal menurut segi tertentu. Dengan kata lain, tujuan pengetahuan sudah ditentukan. Manusia sebagai obyek materi, dari segi kejiwaan, keragaan, keinduviduan, kesosialan, dan dari segi dirinya sebagai makhluk Tuhan, masing-masing menentukan lingkup dan wawasanya sendiri-sendiri yang berbeda. Oleh sebab itu wajarlah jika pengetahuan yang diperoleh masing-masing juga berlainan.

Bagi ilmu pengetahuan, perbedaan pengetahuan yang dihasilkan oleh masing-masing segi itu justru harus seperti itu, karena dengan demikian pengetahuan tentang manusia tadi bisa semakin lengkap dan jelas. Jika tinjauanya berbeda tetapi hasilnya sama, ini menunjukan bahwa cara menentukan hal itu tidak benar, dan ini akan mempengaruhi tahapan-tahapan selanjutnya. Dalam keadaan demikian terjadi overlapping yang akan kerancuan. Overlapping bukanya tidak perlu sama sekali, tetapi jika harus dilakukan maka seharusnya diposisikan sekedar sebagai referensi saja. Suatu pendekatan menuntut segi tertentu selamanya dilakukan secara sistematis dan konsisten sesuai dengan benang merah lingkupanya.

Menurut obyek formanya, ilmu pengetahuan itu berbeda-beda dan banyak jenis serta sifatnya. Ada yang tergolong ilmu pengetahuan fisis (ilmu pengetahuan alami), ilmu pengetahuan non fisis (ilmu pengetahuan sosial dan humaniora serta ilmu pengetahuan ketuhanan) karena pendekatanya menuntut segi kejiwaan. Ilmu pengetahuan fisis termasuk ilmu pengetahuan yang bersifat kuantitatif, sementara ilmu pengetahuan non-fisis merupakan ilmu pengetahuan yang bersifat kualitatif.


Bersambung,..  
pustaka:
Soetriono dan Rita Hanafie, (2007), Filsafat Ilmu dan Metode Penelitian, Andi Offset, Yogyakarta.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar