Jumat, 08 November 2013

Pengantar Manajemen (23)



Perkembangan Ilmu Manajemen
Teori Manajemen Kontemporer
Apa yang telah dihasilkan pada beberapa waktu lalu telah memberikan kontribusi berharga bagi perkembangan dunia manajemen, terutama aplikasinya dalam organisasi. Pada dasarnya, ketiga kelompok pemikiran tersebut tidak sepenuhnya kontradiksi satu sama lain, namun justru dengan kelebihan dan keterbatasannya dapat saling melengkapi pendekatan-pendekatan dalam manajemen sehingga ilmu manajemen menjadi kaya akan perspektif. Masing-masing perspektif memiliki konteksnya tersendiri atau dirumuskan berdasarkan situasi yang berbeda satu sama lainnya.

Sebagai tambahan, ilmu manajemen berkembang hingga kini (kontemporer) yang pengembangannya terjadi dalam berbagai bentuk dan konsep manajemen. Secara garis besar, pengembangannya ini dapat terbagi menjadi dua, yaitu perspektif sistem dalam manajemen dan perspektif kontingensi dalam manajemen.

Perspektif Sistem Dalam Manajemen. Perspektif sistem merupakan salah satu konsep penting dalam ilmu manajemen kontemporer. Sistem didefinisikan sebagai kesatuan elemen-elemen dalam organisasi yang memilliki fungsinya masing-masing. Terintegrasi satu sama lain secara menyeluruh dan melalui sebuah proses diarahkan untuk pencapaian suatu tujuan. Sebagaimana digambarkan dalam Gambar perspektif sistem dalam manajemen pada dasarnya berupaya untuk mewujudkan tujuan organisasi berupa output yang bermanfaat bagi lingkungan dengan melakukan proses transformasi dari faktor input yang juga diperoleh dari lingkungan. Adapun yang termasuk ke dalam subsistem-subsistem atau elemen-elemennya adalah dari mulai sumber daya manusia, bahan baku, informasi, uang (input), dan kemudian sistem administrasi, sistem operasi, teknologi, dan sistem kontrol (proses transformasi) dan barang atau jasa, output informasi, maupun perilaku pekerja (output). Lingkungan akan memberikan umpan balik atau tanggapan apakah apa yang dihasilkan oleh organisasi sesuai dengan permintaan atau keinginan mereka.
 
 


  
 Perspektif sistem dalam organisasi dan manajemen memberikan pandangan lain bagi kita dalam melihat seluruh organisasi. Salah satu pandangan lain yang bisa diperoleh adalah konsep-konsep seperti sistem terbuka (open system), bagian atau elemen sistem (subsystem), sinergi (synergy), dan entropi (entropy). Sistem terbuka adalah sistem yang melakukan interaksi dengan lingkungan di mana kebalikannya, sistem tertutup tidak melakukan interaksi dengan lingkungan. (perlu dicatat, untuk organisasi mana pun hampir mustahil jika interaksi dengan lingkungan tidak dilakukan). Susbsistem merupakan elemen-elemen dalam sistem organisasi atau manajemen yang satu sama lainnya saling berkaitan. Apabila misalnya organisasi terdiri dari subsistem produksi, subsistem pemasaran, subsistem keuangan, dan subsistem sumber daya manusia, maka pengambaian atau hambatan pada salah satu subsistem tersebut, akan berakibat pada subsistem yang lain, dan juga keseluruhan organisasi. Sebagai contoh, jika dari sisi subsistem sumber daya manusia, pegawai mengalami ketidakpuasan dalam kerja mereka, maka ketidakpuasan ini akan berdampak kepadagangguan pada subsistem produksi di mana produktivitas akan menurun. Penurunan produktivitas ini akan mengakibatkan ketidakberesan yang lebih parah kepada organisasi jika tidak segera dicarikan jalan penyelesaiannya. Sinergi adalah konsep yang menjelaskan bahwa pekerjaan yang dilaksanakan secara bersama-sama akan memberikan hasil yang lebih baik ketimbang jika hanya dikerjakan oleh seorang saja. Sinergi sangat bermanfaat bagi kegiatan manajemen karena pada dasarnya kegiatan manajemen melibatkan berbagai faktor dan orang yang beragam dan berbeda-beda, sehingga diperlukan proses yang sinergis berupa kerja sama dan saling pengertian antara satu sama lainnya dalam organisasi. Entropi adalah kondisi di mana organisasi mengalami penurunan produktivitas dan kualitasnya disebabkan ketidakmampuan dalam membaca dan beradaptasi dengan lingkungan. Berbagai organisasi besar misalnya bisa jadi tidak lagi menjadi populer, bukan disebabkan karena tidak memiliki aset yang berharga, akan tetapi karena ketidakmampuan dalam membaca situasi lingkungan dan melakukan adaptasi dengan situasi lingkungan tersebut.

Perspektif Kontingensi dalam Manajemen. Salah satu perspektif dalam manajemen yang juga cukup populer saat ini adalah perspektif kontingensi. Pendekatan seperti klasik, perilaku dan kuantitatif dalam manajemen dapat dikatakan sebagai perspektif yang universal dalam manajemen karena memberikan semacam “jalan yang tepat dan umum” (one best and general way) untuk melakukan kegiatan manajemen. Pendekatan kontingensi justru merupakan kebalikannya. Pendekatan kontingensi memandang bahwa dikarenakan karakterisitik organisasi berbeda dengan yang lainnya, maka pendekatan manajemen yang harus diberikan juga secara otomatis akan berbeda. Dari sisi kepemimpinan misalnya, dapat dikatakan bahwa pendekatan demokratis cukup baik untuk digunakan dalam sebuah organisasi, karena pendekatan demokratis memberikan kesempatan kepada semua orang dalam organisasi untuk dapat memberikan pandangannya dan terlibat aktif dalam memberikan masukan bagi kemajuan organisasi. Namun disisi yang lain, jika suatu saat organisasi mengalami situasi yang genting, apakah pendekatan demokratis masih relevan dan cocok untuk dilakukan. Mungkin ya mungkin tidak. Banyak faktor yang mungkin perlu dilihat jika organisasi mengalami situasi genting seperti itu. Misalnya, situasi genting tersebut berupa terbakarnya gedung atau ruang kantor dari organisasi tersebut. Apakah kita masih dapat menerima pendekatan demokratis untuk memadamkan api yang membakar gedung? Tentu saja tidak. Barangkali pebdekatan yang paling cocok pada saat itu justru pendekatan otoriter, di mana seseorang mengambil inisiatif yang beerarti untuk menyuruh orang-orang untuk melakukan tindakan yang tepat untuk memadamkan api yang membakar gedung kantornya. Sebagai bahan renungan, kadang-kala kita perlu melakukan otokratik terhadap persoalan yang sedang dihadapi oleh bangsa kita, apakah situasinya dalam keadaan normal, genting, atau bagaimana? Renungan kita tersebut mudah-mudahan memberikan jawaban pendekatan seperti apa yang harus dilakukan untuk menyelesaikannya. Karena jika pendekatan yang diambil tidak tepat, maka bisa jadi sebuah organisasi, perusahaan bahkan sebuah negara akan kehilangan segala-galanya.

Berbagai Isu Kontemporer Seputar Perkembangan Ilmu Manajemen. Sebagaimana diterangkan sebelumnya, berbagai pendekatan dalam manajemen hingga sekarang ini terus bermunculan. Apakah pendekatan tersebut merupakan sebuah rekontruksi atas teori manajemen yang terdahulu maupun tekontruksi atas teori manajemen yang terdahulu maupun tawaran pendekatan baru dalam ilmu manajemen. Di antara berbagai isu seputar ilmu manajemen adalah di antaranya mengenai konsep Diversity Management, Teknologi Informasi, Globalisasi, Etika dan Tanggung Jawab Sosial, Management for Quality, hingga Ekonomi Jasa (Service Economy). Berikut akan diperkenalkan konsep dasar dari berbagai isu tersebut.

DOWNSIZING. Konsep dasar downsizing adalah bahwa organisasi berusaha untuk meningkatkan efisiensi dengan melakukan pengecilan bentuk organisasinya melalui di antaranya pengurangan jumlah pekerjanya atau jumlah anggotanya. Konsep downsizing juga semakin diterapkan sebagai salah satu adanya kemajuan teknologi di mana berbagai pekerjaan saat ini tidak lagi harus dilakukan oleh orang, akan tetapi oleh mesin. Namun, kemajuan ini menimbulkan adanya ekses kehilangan pekerjaan dari sebagian masyarakat, yang tidak mustahil akan memberikan tantangan besar bagi perekonomian sebuah negara.

DEVERSITY MANAGEMENT. Konsep dasar diversity management atau mengelola perbedaan adalah bagaimana manajemen dalam organisasi mampu mengelola berbagai perbedaan yang terdapat di dalam organisasi atau perusahaannya. Perbedaan tersebut dapat disebabkan oleh adanya perbedaan etnis, agama, karakter dan sisfat, motivasi, hingga perbedaan tujuan yang ingin dicapai oleh setiap bagian yang ada di dalam organisasi. Salah satu isu yang juga penting dalam diversity management ini adalah isu mengenai cross-cultural managment atau manajemen lintas budaya.

TEKNOLOGI INFORMASI. (INFORMATION TECHNOLOGY). Perkembangan yang sangat pesat di seputar teknologi informasi memunculkan beberapa media informasi dan komunikasi seperti Internet, website (world wide web), electronic mail, chatting, dan lain sebagainya yang memunculkan perkembangan terbaru mengenai “ cara orang-orang dan organisasi berinteraksi”. Perkembangan ini memunculkan di antaranya konsep semacam electronic commerce atau e-commerce, di mana berbagai pihak yang melakukan kegiatan bisnis tidak lagi harus melakukan transaksi di tempat tertentu, akan tetapi dapat dilakukan di mana saja dan kapan saja. Perkembangan ini memberikan tantangan baru bagi para praktisi manajemen untuk dapat menyesuaikan diri dengan berbagai perubahan di seputar teknologi informasi ini.

GLOBALISASI. Globalisasi dapat didefinisikan sebagai suatu proses atau situasi di mana berbagai pihak di seluruh dunia dapat semakin mudah melakukan interaksi tenap harus dibatasi lagi dengan batas-batas regional atau geografis sebuha negara. Misalnya, kita dapat memiliki seluruh organisasi bisnis di negara lain, ataupun orang lain dari negara lain dapat semakin mudah memiliki aset sebuah perusahaan di negara lainnya dan menjual produknya ke negara yang lainnya lagi. Perkembangan globalisasi ini memberikan peluang sekaligus tantangan bagi para teoritisi dan praktisi manajemen untuk dapat melakukan penyesuaian secara cepat bagaimana mengaplikasikan konsep-konsep manajemen dalam situasi seperti itu. Perbedaan kultur, budaya, politik, dan lain sebagainya kerapkali menjadi kendala dalam proses globalisasi ini.

ETIKA TANGGUNG JAWAB SOSIAL. Isu-isu seputar korupsi dalam sebuah organisasi maupun perusahaan, kemudian isu-isu mengenai kerusakan lingkungan, penipuan konsumen, dan lain sebagainya menjadi isu utama dalam hal etika dan tanggung jawab sosial dari sebuah organisasi. Sebuah organisasi yang berharap dapat terus beradaptasi dengan lingkungan dengan sendirinya tidak dapat mengabaikan isu-isu tersebut jika ingin terus diterima oleh masyarakat.

MANAGING FOR QUALITY. Teori dan praktik manajemen saat ini juga tidak dapat mengambaikan tercapainya kualitas. Kualitas akan menentukan kompetensi dan kemampuan untuk berkompetisi dengan yang lain, disamping kualitas juga akan menentukan biaya dalam jangka panjang. Kualitas juga merupakan indikator tercapainya produktivitas.

EKONOMI JASA (SERVICE ECONOMY). Perkembangan saat ini semakin menunjukan bahwa kegiatan perekonomian khususnya tidak dapat lagi dilihat sebagai sebuah kegiatan dalam menghasilkan barang melalui kegiatan manufaktur. Kegiatan ekonomi saat ini juga merupakan kegiatan penyediaan jasa bagi para konsumen. Dalam perkembangan ekonomi yang begitu cepat, jasa menjadi sesuatu yang sangat dibutuhkan. Dengan perkembangan ini, pendekatan manajemen pun tidak lagi hanya terfokus bagaimana melakukan, misalnya, efisiensi dalam proses pembuatan barang di pabrik, akan tetapi juga harus mulai merumuskan bagaimana penyediaan jasa dapat dilakukan secara efektif dan sekaligus juga efisien. Termasuk isu yang terkait dengan ekonomi jasa ini adalah juga mengenai isu hak-hak kekayaan intelektual atau property rights.

   
Pustaka:
Ernie dan Kurniawan (2009), Pengantar Manajemen, Kencana Perdana Media Group, Jakarta.
..............



Kamis, 07 November 2013

Pengantar Manajemen (22)



Perkembangan Ilmu Manajemen
Tiga Kelompok Pemikiran Dalam Ilmu Manajemen
Kelompok Ketiga: Perspektif Manajemen Kuantitatif.
Kelompok ketiga dalam melakukan pendekatan studi manajemen adalah perspektif manajemen kuantitatif, yaitu perspektif yang mulai tumbuh dan berkembang setelah perang dunia kedua. Dalam peperangan yang terkait dengan Amerika Serikat dan Inggris, para petinggi militer mereka memerlukan para pekerja pemerintah dan ilmuwan untuk memberikan masukan bagaimana agar penggunaan sumber daya militer dapat digunakan secara lebih efektif dan efisien. Perspektif kelompok ini melakukan adopsi pendekatan matematika dalam menjalankan prinsip-prinsip manajemen terdahulu sebagaimana misalnya telah diperkenalkan oleh Frederch W. Taylor dan diterapkan dalam pengendalian bahan logistik.

Setelah perang dunia berakhir, pendekatan kuantitatif ini juga dilakukan oleh perusahaan DuPont dan General Electric di antaranya untuk melakukan penentuan jumlah pekerja, penentuan lokasi perusahaan, hingga pengaturan pergudangan dan persediaan. Pada intinya, perspektif ini menekankan penggunaan teknik kuantitatif dalam setiap kegiatan manajemen. Di antara konsep-konsep yang dikembangkan oleh kelompok ini adalah proses pengambilan keputusan, efektivitas dan efisiensi secara ekonomis, model matematika, hingga penggunaan alat bantu komputer dalam kegiatan manajemen.

Di antara dua perspektif yang muncul dalam kelompok manajemen kuantitatif ini adalah perspektif manajemen sains dan manajemen operasi.

Perspektif Manajemen Sains. Penggunaan istilah manajemen sains ini agak mirip dengan manajemen saintifik sebagaimana telah diterangkan sebelumnya dengan memperkenalkan salah satu kontributornya seperti Frederich Winslow Taylor. Akan tetapi, perlu dicatat perbedaannya bahwa perspektif manajemen sains di sini lebih menekankan pada penggunaan model matematika dalam penyelesaian seluruh kegiatan dan persoalan manajemen. Sebuah model matematika pada dasarnya merupakan representasi dari sebuah sistem, proses, dan hubungan antar-subsistem dalam sistem tersebut. Sehingga bisa disimpulkan bahwa perspektif ini mencoba menjelaskan realitas dalam kegiatan manajemen organisasi melalui model.

Di antara contoh penerapan perspektif manajemen sains dengan menggunakan model matematika ini adalah sebagaimana yang dilakukan Bank of England ketika mereka menentukan berapa banyak jumlah teller yang diperlukan oleh Bank of England di seluruh kantor cabang yang dimilikinya dalam setiap harinya sesuai dengan transaksi yang dilakukannya. Kita juga bisa melakukan peramalan atas volume penjualan di mana yang akan datang dengan menggunakan persamaan matematis berdasarkan data-data historis di masa lalu. Salah satu metode manajemen sains yang sekarang banyak digunakan adalah pendekatan Six Sigma yang mengadopsi model statistika untuk meningkatkan produktivitas perusahaan.

Perspektif Manajemen Operasi. Berbeda dengan perspektif manajemen sains, pendekatan manajemen operasi merupakan salah satu bentuk aplikasi manajemen sains yang lebih memfokuskan pada kegiatan tertentu dalam kegiatan manajemen secara ooperasional. Manajemen operasi membantu manajemen agar dapat melakukan kegiatan produksi secara lebih efektif dan efisien. Di antara pendekatan yang biasanya dipergunakan, misalnya queuing theory, breakeven analysis, dan simulasi. Berbagai pendekatan ini sangat bermanfaat dalam meningkatkan efisiensi terutama dalam perusahan-perusahan yang bergerak dalam sektor manufaktur, walaupun juga – sebagaimana dikutip Griffin – dapat bermanfaat juga dalam sektor keuangan, pemasaran, dan sumber daya manusia.

Penilaian Terhadap Perspektif Manajemen Kuantitatif. Sebagaimana pendekatan manajemen lainya, perspektif manajemen kuantitatif telah memberikan kontribusi berharga bagi peningkatan produktivitas organisasi, terutama yang terkait dengan model pengambilan keputusan dan peningkatan efisiensi. Tetapi, sebagai sebuah pendekatan model, perspektif ini memiliki berbagai keterbatasan, terutama jika dikaitkan dengan kenyataan bahwa perilaku manusia dalam organisasi tidak mudah untuk dipahami dan dikuantifikasi. Lebih daripada itu, model matematika yang dibuat sering kali mensyaratkan pemberlakuan berbagai asumsi yang kadangkala tidak mudah atau kurang realistis untuk dipenuhi. Kadangkala variabel-variabel yang terlibat dalam kegiatan manajemen begitu banyak sehingga interkasi antarvariabel sukar untuk ditentukan sehingga model-model matematika dan riset operasi tidak sepenuhnya dapat diaplikasikan.

Sering kali ahli kuantitatif terjebak pada perhitungan dan tidak sampai pada makna dan perhitungan itu sendiri. Keputusan manajemen selain harus memberikan kejelasan dan kepastian, namun juga memberikan ruang bagi ketidakpastian dan fleksibilitas. Hal ini sebagaimana kritik Peter F. Drucker dalam salah satu artikelnya, “We Need to Measure, Not Count”,1 Drucker mengkritisi mereka yang terfokus pada perhitungan akan tetapi melupakan pemaknaan dan pengukuran dari perhitungan itu sendiri. Manajemen kuantitatif pada akhirnya tidak ada bedanya dengan matematika biasa.
................................

1 Peter F Drucker, “We Need to Measure, Not Count”, The Wall Street Journal Tuesday, April 13, 1993.   

Pustaka:
Ernie dan Kurniawan (2009), Pengantar Manajemen, Kencana Perdana Media Group, Jakarta.
..............