Selasa, 23 Juli 2013

AL-Qur'an dan Terjemahanya. Edisi Ilmu Pengetahuan (9)



Bekal yang Diperlukan
Dalam rangka membangun kembali sains di Dunia Islam, anak-anak  muda Isalm harus didorong untuk berbondong-bondong memasuki dunia sains terlebih dahulu. Harus ada anak muda dalam jumlah cukup besar yang terjun, bergelut dengan tekun dan bekerja secara konsisten serta totalitas sebagai ilmuwan di laboratorium-laboratorium. Tanpa itu, jangan bermimpi ada sains di Dunia Isalm, baik sains modern apalagi sains Islam.

Karena aspek ontologis maupun aksiologis telah tersimpan secara inheren di dalam jiwa muslim, jalan bagi seorang muslim untuk menguasai dan membangun sains muslim dibedakan pada pelibatan wahyu sebagai sumber inspirasi dan doa bagi terjadinya akselerasi perolehan ilham atau wahyu. Mengingat kenyataan bahwa Al-Qur’an disampaikan dalam bahasa Arab, setiap calon ilmuwan muslim hendaknya juga melengkapi diri dengan pemahaman bahasa Arab dan pendukungnya, seperti nahwu, sharaf, dan balȃgah. Di belakang akan diperlihatkan contoh signifikansi bahasa Arab dalam memahami secaara kriitis fenomena dan ayat tentang semut (al-namlu).

Para pemuda Islam tidak perlu bimbang dengan sains apa yang akan digelutinya. Silakan geluti bidang sains yang sesuai dengan minat, sesuai dengan panggilan hati. Seluruh ciptaan pada dasarnya telah tunduk pada kehendak Ilahi.
Dan mereka (orang-orang kafir) berkata, “Allah mempunyai anak.” Mahasuci Allah, bahkan apa yang ada di langit dan di bumi adalah kepunyaan Allah. Semua tunduk kepada-Nya. (QS Al-Baqarah [2]; 116).

Dan kepunyaan-Nyalah apa saja yang ada di langit dan di bumi. Semuanya hanya kepada-Nya tunduk. (QS Ar-Rum [30]; 26)

Sejarah ilmu telah membuktikan kebenaran ketundukan ciptaan kepada Sang Pencipta. Klaim kepensiunan dan ketiadaan Tuhan para filsuf dan ilmuwan ateis yang menyandarkan argumennya pada fisika klasik akhirnya dimungkiri sendiri oleh sains, tepatnya fisika modern. Seperti akan kita lihat pada uraian-uraian mendatang, sains memperlihatkan bahwa Tuhan tidak pensiun, melainkan terus menerus mencipta, memusnahkan, dan mengulangi aksi penciptaan makhluk-Nya. Tuhan tidak mati, melainkan terus-menerus bahkan sangat sibuk dengan penyelenggaraan tatanan ciptaan-Nya.

Dengan demikian, para pemuda tidak perlu terlalu risau dengan subjek yang akan digeluti. Sepanjang hati bersih dan tulus, maka Allah tidak akan membiarkan hamba-Nya tersesat. Memang akan lebih baik bila kita mempunyai pertimbangan matang ketika menentukan satu bidang yang akan kita ggeluti. Setdak-tidaknya, sikap demikian akan membuat kita lebih siap terhadap berbagai kemungkinan yang akan kita hadapi ketika mengembangkan suatu subjek. Kita tidak menjadi frustrasi dan kehilangan orientasi tatkala menghadapi kendala minimnya fasilitas.

Para calon ilmuwan muslim juga perlu dibekali dengan sejarah Islam dan tradisinya serta sejarah pemikiran dan filsafat secara umum. Melalui pendidikan yang benar, semua bekal yang diperlukan ini bukanlah hal yang sulit untuk dipenuhi.

Pustaka:
Sofyan Abdul Rosyid (2011).Al-Qur'an dan Terjemahanya. Edisi Ilmu Pengetahuan PT Mizan Publishing House. Bandung 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar